.....
Not Me
Aku berlari mencari pacar ku yang pergi, kenapa dia tidak menungguku ketika dia akan pergi kekantin.
"Kau tau dimana ketua kelas 2 1?" Tanya ku pada siswa yang berdiri dilorong lorong, namun mereka hanya menunjuk kearah yang tidak mungkin pacar ku datangi.
Namun aku juga memeriksanya karna tidak ada pilihan lain, bau obat menyerang hidungku ketika aku membuka pintu sampai aku menutup hidungku karna panik tiba tiba menyerangku.
"Sayang?" Panggilku.
"Ah kamu datang kemari?" Itu perawat di UKS ini.
"aku mencari pacar ku" ucapku tanpa basa basi.
"Owh ketua kelas 2 1?"
Aku mengangguk dengan cepat, "bisakah kita bicara diluar"
"Tentu, ayo" perawat itu buru buru keluar.Di depan UKS
"Aku tadi konsultasi dengan konselor keruang sebelah, ketika aku kembali dia ada disini sambil menyembunyikan sesuatu ditangannya. Kupikir itu beberapa hansaplas jadi aku membiarkannya" berpikir.
"Berarti tidak ada catatan kunjungannya?"
"Yaa"
"Okay" aku baru saja ingin berlari lagi, namun perawat itu mencegahku.
"Sudut bibir mu koyak, bahkan belum terlambat untuk menghilangkan bekasnya"
"Tidak, ini tidak penting sekarang"
Aku berlari ke atap sekolah, gedung 1 2 sampai 5 gedung sudah ku cari. Kini ketika di gedung ke 6 juga tidak menemukannya, ini gedung terakhir jadi aku duduk disofa bekas disana.
"Haa capee" aku mengusap perutku karna siang ini melewatkan jam makan dan kelas.
"siapa disana?" tanya ku tenang.
"aku osis yang ditugaskan untuk gedung ini" dia keluar dengan membetulkan kaca matanya.
"gw gk perduli, pergi. Terserah mau tulis apa dibuku lu" mengusirnya dengan tangan mengisyaratkan untuk menyuruhnya pergi.
"Aku osis disini jangan berani berani nya menyuruhku" datang dan berdiri didepanku.
Aku menatapnya dari sepatu sampai kepala, "budak sekolah heh" ejek ku.
"jangan sok kau tidak ada kuasa disekolah ini" mencengkram bajuku.
"Sialan, apa mau mu budak. Gw bilang pergi" mendorongnya, namun dengan cengkramannya dibajuku dia hanya oleng.
"Sombong sekali kau, ini tempatku kau harus pergi dari sini"
"gw anak donatur disekolah ini Mister Yz"
"Hahahahahah lucu sekali, terkadang aku juga mendengar anak donatur itu kasar tapi gk menyangka ini adalah trik murahan dari orang yang ingin diakui"
Aku mendorongnya mundur sampai diujung atap, dengan tatapannya dia menantangku untuk menjatuhkannya.
"Jangan sampai aku membuatmu jatuh dari sini, memang kalau tidak mati ya cacat heh" hampir saja aku melepas pakaian jasku namun seseorang memegang tanganku.Aku menatapnya dengan tatapan tajam, dia pacarku. Aku sudah tau kalau sebenarnya dia ada hubungan dia perempuan ini, namun dengan bermain main seperti ini membuat ku jelas bahwa dia sangat menyukai osis ini.
"HHAHAHAHAH" aku tertawa terbahak bahak dengan menatapnya jijik dan langsung menjatuhkan osis itu kebawa.
"Aku sangat puas, sayang" mengecup dahinya dan pergi meninggalkannya yang melihat kebawah sambil bergetar.
"Tunggu" teriaknya. Aku tanpa berbalik hanya berhenti lalu dia datang kehadapanku, dia memberikan hansaplas ketanganku.
"aku bahkan tidak bisa memiliki teman curhat? Aku melakukan apa yang kamu suka bahkan menjadi yang terbaik dikelas sampai kamu merasa puas terhadapku" dia menangis dengan kata katanya itu.
Tiba tiba beberapa murid datang keatap untuk memeriksa siapa pelaku yang menjatuhkan orang kebawah...
Lusa Di kantor kepala sekolah
Aku duduk berhadapan dengan osis itu, dia berhasil jatuh dibalkon kelas elit namun lengannya patah karna terbentur kelantai.
"Apa benar kamu yang menyelakai anak ku?"
Ya ini ibunya osis, dia terus mencelaku didepan kepala sekolah. Tapi kepala sekolah hanya memijat kepalanya dengan kuat seakan akan aku selalu membuat masalah, ya memang sih hanya ini tujuanku sekolah.
"Apa kali ini kita selesaikan baik baik" tanya kepala sekolah padaku yang membuat ibu ini terdiam.
"Apa yang kau maksud, anak ku sampai cedera karna anak berandalan ini. Apa kau akan menyelesaikan nya baik baik? Kau gila? Anakku sampai seperti ini tapi ini diselesaikan baik baik?"
"Maaf, tapi ini adalah 1 1 nya cara untuk mendamaikan situasi ini" wakil memberikan surat tanda tangan.
"Aku ingin ganti rugi dan tidak akan membiarkannya begitu saja anak ini" dia menatap kertas tadi, dia menatapku remeh dengan sombong.
"Kau tumbuh tanpa ibu? Pantas saja sifatmu seperti bajingan"
