Not Me
Melihat bulan adalah salah satu keinginan terbesar sekarang, apa kamar sempit ini akan memberikan seorang bulan yang menerangi malam ini. Aku menunggu akan kepastian kamu datang namun apa yang kudapat, janjimu begitu palsu namun aku akan tetap menunggu.
Sebulan
2 bulan
3 bulan
Setengah tahun
1 tahun
2 tahun
Klep (semua lampu mati)
=
Pagi ini aku lagi lagi menunggu mu yang entah kapan akan Kembali, aku menunggu dibalkon yang bahkan ketinggiannya memuaskan naluri ku untuk keinginan melompat dari lantai apartman ini. Begitu tinggi hingga beberapa orang pernah datang ke apartman untuk melakukan penyelamatan hidup, ini sudah ke sekian kalinya aku melihat seseorang menatapku sambil melayang diudara.
"halo" sapaku dengan senyuman terukir dibibirku.
Aku melihat kebawah untuk memastikan dia benar benar menatapku dan membalas sapaku atau tidak namun dia ternyata sudah sampai didarat dengan memercikkan oh tidak mengeluarkan tinta merah sangat banyak disekitarnya,
"NONA" beberapa pelayan datang.
"tidak kali ini juga, aku akan baik baik saja" duduk menyeruput kopi dengan nikmat dibalkon.
Mereka hanya mengecekku apa aku masih hidup atau tidak, "cepat bawakan aku bulannya, aku sangat kesepian"
"bulan lagi? Sampai kapan kamu akan menunggu bulan mu hmm"
Aku berbalik melihat ibu yang kini sudah menggunakan tongkat untuk menyanggahnya berjalan, aku menatapnya tanpa berkata kata.
"sampai kapan kamu mau menunggu nya di sini kembali lah, ibu mu menunggu dirumah mentalmu akan terganggu juga kalau disini terus"
"aku tidak suka ibu, ibu disana memiliki kakak yang menyayanginya. Sedangkan aku tidak"
"bagaimana dengan ibu ke 2 mu, apa kamu akan mengabaikannya" mengangkat tongkatnya memukul mukul bahuku dengan keras namun aku tidak bergeming.
"ibu ku sudah tidak ada, ibuku hanya 1 dan kalian bukan ibu ku"
"sampai kapan kamu tidak menerima kami, aku sudah melakukan segalanya agar kau sadar kalau kami ini sama dengan ibu kandungmu..."
"JANGAN SAMA KAN IBU KANDUNGKU DENGAN KALIAN YANG PENJILAT PENIS AYAH KU"
PLAK
BRUK
BRAK
Pelayan memegang ibu yang sudah berapi api, aku bangun dari tumpukan tanaman yang patah. Bangun dengan pelan membersihkan darah di bibirku dan memar dipipiku dan begitu pula dengan badanku yang penuh dengan luka dipunggung. dia menghantamkan tongkat nya lagi dan lagi.
