“masih mual sayang?” tanya Mew yang khawatir
Ia mencoba mengoleskan minyak kayu putih ke bagian leher dan perut Gulf yang saat ini sedang berdiri pucat dikaca wastafel.
Gulf masih merasakan mual diperutnya bahkan ia juga tak sadar mengeluarkan air mata. Mew rencananya tadi ia akan mengunjungi villa yang tengah dibangun disebuah resort miliknya.
Saat berbalik merasa handphone nya tertinggal, ia justru menemukan Gulf yang ditemani Win di kamar mandi.
“daddy, ayo bawa bibub ke rumah sakit” Win yang juga khawatir
“iya sayang, kita ke rumah sakit ya?” Mew memapah Gulf yang tidak berdaya ke mobil
“ga mau di rawat” lirih Gulf sambil memegang perutnya
“iya sayang iya kita periksa aja ya” Mew membujuk Gulf yang masih enggan pergi
“ga mau disuntik” lirih nya lagi
“iya bub iya” Mew memberikan lengannya untuk digigit dipukul Gulf, berharap bisa mengalihkan rasa sakitnya
“daddy, ayo” ajak Win langsung diangguki Mew
Mereka membawa Gulf ke dalam untuk dilakukan pemeriksaan, karena setau Win Gulf bukan hanya kali ini merasakan hal yang seperti ini.
Lain halnya Mew, ia tidak tau menau bahkan ia sering bertanya dengan Gulf tapi Gulf tidak pernah bilang kalau ia merasa sakit.
Mew kini tengah memeriksa beberapa laporan di laptopnya, tidak semua, tapi ia membawa beberapa pekerjaan nya ke rumah sebab ia rasa sangat rawan meninggalkan Gulf disaat yang seperti ini.
Sesekali ia mengecup punggung tangan gulf sambil terus fokus pada pekerjaan di hadapan nya. Ayah dari Win Metawin Scolders itu duduk bersandar pada kepala ranjang dengan satu tangan di laptopnya satunya lagi berfungsi untuk mengelus perut Gulf.
“mhhh” lenguh Gulf dalam tidurnya, sedikit tidak nyaman mungkin
“honey, I'm here” Mew tidak lagi memperhatikan pekerjaan nya, ia mengecup kening Gulf sambil membisikkan kata cinta
“takut” lirih Gulf didalam tidurnya
“ada phi disini untuk Gulf ya, jangan khawatir sayang” Mew terus mencoba membuat agar Gulf nyaman dalam tidurnya, walaupun sejak saat itu Gulf tidak bisa kembali tidur
“mau nonton sayang?” gelengan Gulf jadi jawaban
“terus mau nya apa hm?”
“mau nontonin phi” jawab Gulf sambil memegang milik Mew
“hehe sayang nonton yang lain aja ya? yang ini jangan” rayu Mew menghentikan gerakan tangan si berondong binal
“baby nya pengen liat daddy ga pake celana” ucap nya sambil tersenyum lebar
Mew terdiam kaku, apakah ia harus ikut tersenyum juga?
..
..
“kenapa suaminya ngomong ga didengerin?” tanya Mew sambil menunggu jawaban Gulf yang kini menunduk
“denger” jawab Gulf pelan
“ngomong itu liat ke orangnya, baru ngomong. emang phi ada dilantai jadi liat ke sana terus?” Gulf diam memainkan jarinya sambil cemberut
“henggg dengerr” jawabnya lagi sambil menatap Mew, ga lama tapi soalnya takut:(
Mew tidak mengindahkannya sama sekali, ia melewati Gulf begitu saja dengan wajah datarnya. Gulf yang melihat itu merasa sedih, ia menyayangkan sikapnya tadi yang sangat tidak pantas, tapi jika dilihat dari mimik wajahnya sekarang tidak terlihat aura kesedihan justru ia menatap sengit setiap langkah Mew.
“apasih marah - marah aja, jelek banget mukanya” gerutu Gulf mendudukkan bokongnya diatas sofa
“awas aja deket - deket, gamau pokoknya” monolog Gulf merebahkan tubuhnya ke sofa dengan posisi kaki menjuntai
Tak mendengar suara dari arah kamar dikantor miliknya, rupanya Gulf tengah tertidur nyenyak dalam posisi yang tak nyaman. Ia mengamati Gulf sambil geleng - geleng kepala, sungguh membingungkan.
Awal mula kejadiannya itu begini,..
“dasar jablay” batin Gulf lengkap dengan melipat tangan didada
Gulf memonitori Mew sari balik pintu ruang meeting, alih - alih seperti agen fbi ia justru terlihat seperti musang yang bersiap menerkam ayam, maksudnya menyergap mangsa. Bibirnya bergerak - gerak layaknya bicara tanpa suara, sudah pasti mengoceh tentang wanita yang tengah berusaha memikat suaminya.
Menurutnya.
Gulf beranggapan jika semua orang yang ikut meeting menyukai Mew. Entah apa dasarnya atau feeling seorang istri, tapi kali ini ia benar - benar tidak menyukai wanita itu.
Pokoknya menurut Gulf, wanita didalam sana kurang belaian. Sibuk mencari perhatian suaminya, sengaja memegang buku satu berdua, memuji kinerja Mew yang berlebihan, hatinya bahkan langsung berkobar ketika Mew justru tersenyum dan berkata “thank you” atas pujian si wanita.
“emang ya, semua laki - laki sama aja!” ucapnya kesal, tak lupa menyeruput kopi caramel machiato yang kini menjadi kesukaannya
Sudah hampir 60 menit lamanya sejak ia kembali dari ruang meeting ia tidak dihiraukan Gulf. Katanya sih marah, tapi sang permaisuri itu tengah sibuk menghabiskan semua makanan sogokan Mew.
Ia hanya memperhatikan sang istri tanpa ada tanda - tanda ingin bergabung. Sejak mengetahui Gulf hamil, ia sadar akan berubahnya pola makan Gulf yang bisa dibilang ia tidak ada habisnya.
Kalau dulu ia makan secukupnya, kini kalau bisa makan semuanya.
Kabar itu juga membuat keluarga besar mereka sangat bahagia. Mereka juga banyak merencanakan hal - hal baik untuk menyambut kehamilan Gulf, melakukan do'a bersama, bahkan ada yang sudah memberikan hadiah untuk calon anak mereka yang masih sebesar biji kacang kedelai.
tbc