Our Home
Happy Reading For All😁😁
▪
▪
▪
Tak Peduli
Aryan hampir saja lupa menjemput Rayan ke kantin karena dirinya menghabiskan jam pertama di lapangan basket untuk latihan. Beruntung dipertengahan jalan Aryan ingat dan langsung menuju ke kelas saudaranya untuk menjemput anak itu bersama dengan Devano.
Mereka saat ini sudah berada di kantin dan sebagai saudara yang baik Aryan memutuskan untuk memesankan Rayan makanan yang mungkin saja saudaranya suka.
"Di kantin ini agak lain emang, jadi jangan kaget kalo nanti si Aryan bawa-bawa menu yang mungkin lo jarang temuin di sekolahan lo dulu." peringat Devano. Omong-omong hari ini Aryan tengah baik padanya dan mau memesankan dirinya makanan.
Karena kantin ini luas dan memiliki banyak stan makanan, Aryan tak perlu waktu lama untuk kembali ke mejanya. Anak itu membawa nampan yang lumayan besar bersamanya saat itu.
"Makanan sampe.." ujar Aryan dengan senyum semangat.
Devano membantu sahabatnya untuk menata makanan milik masing-masing dari mereka.
"Loh, ini nggak ada minumnya? Seret ntar kalo makan nggak pake minum!" protes Devano sembari menggeplak tangan Aryan.
Aryan yang di geplak menatap sinis Devano dan menunjuk Lucas yang saat itu membawa nampan dengan tiga gelas Jus dan satu air mineral.
"Tadi ketemu Lucas di pojokan. Lo tau sendiri kan dia emang kerjanya buat ngawasin gue, yaudah sekalian gue suruh aja dia bawain itu.." seru Aryan dengan wajah yang bangga akan idenya.
Devano hanya bisa menepuk jidat sembari menggeleng tak habis pikir dengan isi otak anaknya Kenio si duda kaya itu.
"Unbelibebel.." gumamnya pelan.
Setelah sedikit keributan itu ketiganya pun memakan makan siang mereka dengan lahap. Tadi Aryan memesankan Rayan spagetti karena saudaranya itu suka mie, sementara dirinya dan Devano memesan hidangan yang sama yaitu cheeze burger dan juga kentang goreng.
"Eh bro, lo tau nggak? Denger-denger nih ya katanya Ardikta masuk sekolah ini lagi, cuma dia ngulang lagi jadi kelas satu." ujar membuka percakapan Devano di sela kunyahannya.
Aryan yang tadinya makan dengan tenang langsung melotot tak percaya, "Serius lo? Ardikta yang dulu cari masalah sama gue itu?" tanya Aryan memastikan.
"Iya Ardikta yang itu. Ada yang bilang kalo dia masuk jalur khusus dua hari yang lalu. Makanya kita-kita nggak tau.." jelas Devano dengan ekspresi bak ibu-ibu yang punya kabar terhangat dan terpercaya.
Mendengar berita tersebut tentu saja Aryan sedikit was-was. Bukan dirinya takut, hanya saja setahun yang lalu anak itu membuat kekacauan yang lumayan besar hingga membuat dirinya harus di keluarkan dan bahkan sempat berurusan dengan pihak yang berwajib. Orang-orang mungkin akan biasa dengan kehadiran Dikta, namun dirinya jelas tidak.
Di lain sisi diam-diam Rayan meremat celana yang dikenakannya setelah mendengar berita yang di bawa Devano. Jujur saja ia tak tahu siapa sebenarnya Ardikta ini, namun tadi dirinya sempat merasakan bagaimana berada di dekat Dikta. Dan jujur saja Rayan merasakan hawa yang benar-benar tak enak. Rayan merasa terancam dekat dengan Dikta, sama seperti saat dirinya merasa terancam oleh ibunya yang sering lepas kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HOME [TAMAT]
General FictionRayan tidak menyangka jika pada akhirnya ia akan bertemu lagi dengan sahabatnya sewaktu di panti dalam suasana yang jauh berbeda. Setelah pertemuan kembali itu, Rayan dihadapkan pada permintaan sang sahabat yang sama sekali tak disangkanya. Kira-k...