17. Syarat

2.5K 166 48
                                    

Our Home

Happy Reading For All😁😁


Syarat

Paginya seperti biasa Aryan berangkat sekolah bersama Rayan. Anak itu menggandeng tangan saudaranya seolah tak ingin kehilangan kontak dari Rayan barang sebentar saja.

"Hari ini dan seterusnya Aryan bakal anter Ayan ke kelas pokoknya!" ujar anak itu tegas. Rayan hanya bisa menurut saja, lagipula akan sulit menolak saudaranya itu.

Keduanya tengah menuju kelas saat ini, dipertengahan jalan mereka bertemu dengan Devano yang baru kembali dari kantin sepertinya.

"Eh, ada Ayan sama pengawalnya.." ujar Devano sembari mendekat.

Anak itu sudah ditatap tajam oleh Aryan lantaran ucapannya barusan, namun Devano tentu saja tak peduli dirinya malah menyerahkan plastik jajanan yang tadi ia beli. Niatnya sih untuk diberikan saat istrirahat, tapi karena bertemu disini jadi dirinya langsung memberikan makanan itu sekarang.

"Omong-omong kok lo ngikut Rayan? Bukannya lorong kelas udah kelewat ya?" tanya Devano heran. Pasalnya tak biasanya pagi-pagi begini Aryan mau keluyuran.

"Gue mau anter Ayan ke kelas. Sekalian juga mau minta tuker tempat duduk biar dia nggak deket sama Dikta anjing!" seru Aryan apa adanya.

Devano mengangguk mengerti. Dirinya memang sudah mengira jika kejadian saat itu akan berimbas pada sikap over dari Aryan.

Pada akhirnya Devano dan Aryan kompak mengantarkan Rayan ke kelasnya. Dan seperti kata Aryan tadi, dirinya meminta salah satu adik kelasnya untuk bertukar tempat dengan Rayan. Beruntung adik kelas itu adalah salah satu junior di klub basketnya, jadi tidak ada sama sekali drama dalam perpindahan tempat duduk ini.

"Sebisa mungkin jauhin kontak apapun sama Dikta. Ayan udah dititipin sama junior Aryan di basket, dan Aryan juga udah minta Arsen barengin Ayan terus." jelas Aryan sebelum dirinya pamit ke kelas.

"Ayan inget pesan Aryan kok. Yaudah, sana ke kelas nanti telat!" Rayan sedikit mendorong tubuh Aryan menjauh. Bukan apa, ini sudah hampir jam masuk kelas dan Aryan masih betah berada di depan kelasnya sedari tadi.

"Yaudah Aryan pergi ya. Inget, jaga diri baik-baik. Kalo ketemu dia jangan diladenin aja!"

Rayan mengangguk kecil, "Iya iya.. Ayan inget semua pesen Aryan kok.." ujar Rayan sembari tersenyum manis.

Setelah acara menasihati yang memakan waktu lumayan lama akhirnya Devano menyeret sahabatnya pergi setelah berpamitan barusan. Dirinya sudah sangat malas dengan sikap Aryan yang satu ini. Lagipula setelah ini mereka punya sesuatu yang harus dilakukan, jadi tak baik jika membuang waktu lagi bukan?





"Yakin mau bolos? Nggak takut dimarahin Om Ken sama Bapack Radit gitu?" tanya Devano memastikan. Aryan menggeleng pelan sembari membersihkan tubuhnya yang terkena debu gudang ruang teater.

Saat ini keduanya memang tengah melaksanakan aksi bolos lantaran Aryan yang sudah janji bertemu dengan Dikta. Katanya sih hanya ingin membicarakan sesuatu saja, bukan untik berkelahi. Makanya Devano setuju saja.

"Papa bucin, nggak akan marah-marah kalo tau alesannya. Cuma kalo Om Radit gue nggak tau deh, urusan lo diamah." ujar Aryan santai.

Sudah hampir setengah jam mereka ada di gudang ini. Awalnya Devano sudah akan menyeret sahabatnya untuk pergi karena debu ruangan ini sungguh sangat mengganggu. Namun niat itu ia urungkan begitu melihat seseorang yang sangat mereka kenali datang dengan jalan yang sedikit pincang?

OUR HOME [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang