Our Home
Happy Reading For All😁😁
▪
▪
▪
Papa
Siang ini, suasana suka cita terasa di ruangan di mana Rayan di rawat. Aryan, Devano, Dikta, Jodi, serta Anor berkumpul bersama sembari bercerita dan makan-makan.
Semua makanan yang ada di ruangan ini di bawa oleh Devano dan juga Aryan. Keduanya berbelanja banyak makanan karena memang mereka berniat merayakan hari dimana Rayan kembali membuka mata dan bisa tersenyum pada mereka sepulang dari Aryan serta teman-temannya sekolah.
"Itu bubur bayi rasa pisang gue beliin khusus buat bayik gue. Tolong seduhin ya bro~" ujar Devano sembari memberikan bubur khusus bayi yang baru dibelikan oleh anak itu.
Oh ya, mengenai keadaan Rayan sudah jauh membaik. Bahkan sebetulnya Devano serta Aryan sudah izin terlebih dahulu untuk merayakan kembalinya Rayan dan tak lupa juga mereka menanyakan makanan apa yang kiranya bisa dimakan Rayan untuk ikut memeriahkan acaranya.
"Jangan banyak-banyak dulu ya makannya. Kamu masih dalam tahap penyembuhan, jadi nggak boleh berlebihan." Anor mengusap lembut pucuk kepala dua adiknya.
Dirinya sedikit memperingatkan Aryan, takut-takut Aryan terlalu banyak memberikan bubur bayi itu pada Rayan. Meski memang bubur bayi, makanan Rayan masih harua dipantau dengan baik, jadi Anor memutuskan untuk mengingatkan adiknya.
Suasana ramai serta banyaknya percakapan-percakapan random membuat Rayan tersenyum walau dengan wajah yang masih pucat. Anak itu lumayan terhibur juga dengan keberadaan kawan-kawannya saat ini.
"Itu Dikta udah bisa senyum lagi. Ayan seneng liatnya.." ujar Rayan berkomentar.
Aryan yang memang berada di sisinya tersenyum teduh. "Semua masalah Dikta dan keluarganya udah selesai. Dikta juga udah baikan sama kakak-kakaknya, malah dia juga bawa kakak-kakaknya buat ketemu sama Mas Levi dan meluruskan masalah pribadi mereka." jelas Aryan.
"Syukurlah kalo gitu. Setiap orang emang perlu mulai lagi dari awal dan bahagia."
Rayan tersenyum bahagia. Dari yang diceritakan Aryan memang katanya banyak yang terjadi ketika Rayan tak sadarkan diri. Di mulai dari Arav yang dipenjara, Dikta yang sudah berbaikan dengan Aryan, dan juga banyak lagi. Rayan merasa dirinya seolah baru saja memimpikan mimpi buruk yang panjang, dan ketika terbangun di paginya ternyata semuanya hanya mimpi dan hidupnya jauh lebih baik dari pada mimpi.
Naif memang, tapi Rayan hanya senang saja ketika dirinya bisa melihat gambaran kehidupan penuh dengan kebahagiaan seperti ini. Mungkin masih kurang satu, yaitu dirinya dan Aryan belum bertemu dengan Ken dan berbaikan dengan ayah mereka itu.
Saat Aryan sibuk memperhatikan kawan-kawanya serta Anor yang tengah melakukan games kecil, perhatian Rayan justru tertuju pada pintu kamar rawatnya yang tertutup. Anak itu tadi sempat melihat siluet Ken sekilas dari kaca kecil di pintu ruang rawatnya. Dirinya melihat bagaimana kusutnya wajah Ken saat itu, dan dari yang pernah dia dengar Ken memang sangat menyedihkan di luar sana. Kata Lucas, pria yang biasanya terlihat berwibawa itu kini tampak tak mengurus diri dan hanya berdiam di depan kamar rawat Rayan saja.
Ken bahkan melimpahkan semua urusan kantor pada Radit dan juga Levi karena dia bahkan tak ingin meninggalkan Rayan barang sebentar saja.
"Aryan.." suara kecil Rayan membuat Aryan yang tadinya tengah tertawa langsung mengalihkan perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HOME [TAMAT]
General FictionRayan tidak menyangka jika pada akhirnya ia akan bertemu lagi dengan sahabatnya sewaktu di panti dalam suasana yang jauh berbeda. Setelah pertemuan kembali itu, Rayan dihadapkan pada permintaan sang sahabat yang sama sekali tak disangkanya. Kira-k...