20. Berulah

1.8K 159 57
                                    

Our Home

Happy Reading For All😁😁

Berulah

Rayan duduk bersandar di depan pintu kamarnya yang tertutup rapat. Anak itu menutup mulutnya dengan kedua tangan guna menahan isakan yang bisa saja keluar dari mulutnya. Masih berbekas diingatannya kata-kata menyakitkan yang tadi dirinya dengar dari orang yang bahkan tadi memberikannya perhatian layaknya seorang yang memang menyayanginya.

"Kenapa Om Jeff tega banget?"

"Sebenernya apa salah Ayan sama keluarga ini sih?" batinnya menerka-nerka.

Tanpa diketahui siapapun Rayan memang mendengar percakapan antara Ken, Jeff dan Levi di ruang tengah tadi.

Entah ini hanyalah kebetulan atau kehendak tuhan, tapi Rayan yang berniat ingin mengambil wadah air minum yang tertinggal di ruang tengah malah mendengar semua percakapan pribadi yang menurutnya cukup menyakiti hati kecilnya.

Saat pertama kali diadopsi dulu dirinya tidak diterima siapapun kecuali Aryan, lalu kemudian kini orang yang berstatus pamannya hanya berpura-pura menyukainya karena takut Aryan akan marah padanya. Lalu, apakah itu berarti semua orang di keluarga ini juga sama?

Anak pungut?

Apakah diterimanya dia dikeluarga ini adalah sebuah keterpaksaan?

Apakah mereka melakukan semua hanya karena Aryan menginginkan Rayan untuk menjadi saudara seutuhnya?

Jika begitu, lalu bagaimana dengan perasaan Rayan? Apakah mereka tidak peduli padanya sama sekali?

Dengan perasaan sedih Rayan mengeluarkan liontin terakhir pemberian mendiang ayah angkatnya dulu. Rayan membuka liontin yang berisi dua foto bersama orang yang berbeda. Satu dengan Aryan, dan satu lagi dengan sang ayah.

Rayan menangis begitu melihat foto-foto tersebut. Rasanya, dirinya bebar-benar tak punya siapapun jika tak mengenal keduanya. Hidupnya selalu saja tak diterima seolah Rayan memang tak layak untuk itu.

"Harusnya kalo emang nggak ada yang tulus sayang sama Ayan, kalian nggak usah repot-repot jadi keluarga buat Ayan.."

"Rasanya lebih menyakitkan ketika kalian cuma terpaksa sayang dan terima Ayan jadi keluarga.." gumamnya sendu.

Rayan mengusap air matanya kasar. Anak itu menatap jam yang terpasang apik di dinding kamarnya.

Tiba-tiba saja Rayan ingin mengunjungi makam Ayah angkatnya dulu untuk melepas rasa lelah. Meski sekarang sudah hampir petang, Rayan tidak peduli. Ia hanya ingin ke tempat sang ayah saat ini.

Ia hanya ingin ke tempat dimana dia diterima tanpa sebuah alasan.



Aryan mengatur napasnya kala dirinya telah sampai di warung tempat dirinya sering membolos dulu. Aryan sedikit syok melihat warung pinggir jalan yang saat ini sudah sangat rusak keadaannya. Dirinya mengedarkan pandangan mencoba mencari keberadaan Devano dengan perasaan yang sungguh berantakan.

"Devano?!"

"Dev!!!"

Aryan dengan panik mengelilingi warung yang hampir rubuh sepenuhnya. Dari penampilan warung itu Aryan yakin jika telah terjadi sebuah kecelakaan disini tadi.

OUR HOME [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang