10. Amarah

3.6K 236 21
                                    

Our Home
Happy Reading For All😁😁


Amarah

Aryan duduk termenung dengan tangan Rayan yang ada di genggaman tangannya. Anak itu belum berbicara sepatah katapun setelah bertemu dengan Rayan yang saat ini masih diam membisu tanpa menatap kearahnya.

Disisi lain Ken dan kedua putranya menatap kearah si bungsu yang masih diam di tempat yang sama. Mereka sadar jika Aryan pasti sudah tahu apa yang terjadi di balik celakanya Rayan saat ini. Bahkan, mungkin Aryan saat ini tengah menunjukkan amarah lewat diamnya saat ini.

Ken menghela napasnya berat. Rasanya di diamkan oleh Aryan adalah suatu hal yang sangat mengganggu dirinya saat ini.

"Son, Papa.."

"Jangan bicara! Aku tidak mau mendengar Papa bicara!" Aryan menatap tajam Ken yang saat ini menatapnya melas.

"Son, dengar—"

"Aku bilang jangan bicara!!" ujar Aryan kesal tanpa melihat sang ayah.

Melihat respon Aryan saat ini, baik Ken dan dua putranya yang lain hanya bisa pasrah. Agaknya, Aryan memang sedang marah berat saat ini.

Rayan yang belum mengerti keadaan tak banyak bicara. Anak itu hanya membalas genggaman tangan saudaranya saat ini, jujur saja kejadian di sekolah tadi lumayan membuatnya takut.

Aryan yang peka akan keadaan saudaranya langsung menatap keluarganya yang saat ini tengah duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Kalian pergi! Nggak ada yang boleh disini selain aku!" ucap Aryan dingin.

"Oh ya dan satu lagi, sebelum kalian menyadari kesalahan kalian dan mau minta maaf, jangan harap kalian bisa ngomong sama aku! Pokoknya aku nggak mau!" Aryan melempar tatapan tajamnya dan tentu saja itu mampu membuat Ken dan kedua putranya tak bisa melawan.

Mau tak mau Ken menggiring dua putranya pergi meninggalkan ruang rawat Rayan. Mereka sudah tak bisa lagi menghadapi si bungsu yang saat ini tengah dalam mode pemarah.



"Mereka udah pergi. Ayan nggak usah takut lagi.." ujar Aryan setelah ruangan luas ini sepi.

Rayan yang dari tadi hanya diam perlahan mulai menunjukkan ekspresi aslinya. Anak itu nampak ketakutan dengan mata yang berkaca-kaca menatap kearah saudaranya.

Aryan mengusap lembut kepala saudaranya. Ia mengerti betul jika saudaranya pasti tengah dilanda rasa takut saat ini. Lagipula perlakuan yang di dapat Rayan dari Dikta memang sangat keterlaluan menurutnya. Padahal saudaranya itu sangat baik dan manis, tapi kenapa orang seperti Dikta seolah menganggap Rayan adalah monster yang harus di musuhi?

"Ayan pasti ketakutan banget ya waktu itu?"

"Maaf ya, Aryan nggak ada waktu mereka lagi jahatin Ayan.." raut wajah Aryan menyendu. Bagaimanapun dirinya merasa sangat bersalah dengan keadaan saudaranya ini. Padahal Aryan dulu selalu di bantu oleh Rayan, tapi kenapa saat Rayan membutuhkan bantuan dirinya malah tidak tahu?

"Aryan gagal jaga Ayan. Liat, semuanya lebam.." tangis Aryan yang sangat jarang keluar kini terdengar juga. Rasanya sangat sakit ketika mengetahui semua yang terjadi pada saudaranya, apalagi ayah dan juga kakak-kakaknya malah berniat menutup-nutupi semuanya.

OUR HOME [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang