Our Home
Happy Reading For All😁😁
▪
▪
▪
Musuh dan Teman
[Btw ini Ryuu lagi baik, makanya double hehe..
Selamat membaca yaaa.
Awas jangan pelit komen!!]Ken menatap reaksi Rayan yang baru saja dirinya perlihatkan video rekaman anak itu ketika diganggu oleh Dikta si bungsu Wijaya itu.
Ia sengaja memberikan rekaman itu guna memberitahu Rayan jika dirinya sudah mengetahui masalah yang terjadi di sekolah Rayan, bahkan di hari pertamanya.
"Saya tidak mengira kalau kamu yang jadi target anak itu selanjutnya. Biasanya keturunan Wijaya mengincar anak-anak saya, tapi sepertinya namamu membuat mereka tertipu." celetuk Ken dengan wajah datarnya.
"Dia mau menjadikanku bahan pelampiasan karena mereka sering kalah dengan kalian. Dan dia juga bilang "Selamat datang di neraka" padaku waktu itu." Rayan berkata jujur pada Ken. Ia tak tahu kenapa, hanya saja ia merasa perlu memberitahukan hal semacam ini pada Ken. Mungkin untuk Aryan ia tak mau, tapi pada Ken berbeda.
Lagipula mereka keluarga bukan? Dan sudah sepatutnya Rayan memberitahukan sesuatu yang harus di ketahui Ayahnya.
Ken menghela napas kasar mendengar pengakuan Rayan. Pria itu memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba saja terasa sakit.
"Mereka memang tidak ada habisnya mencari gara-gara. Tapi saya bersyukur jika bukan Aryan lagi targetnya." ujar Ken santai. Dalam hati Rayan tentu saja terasa sedikit sakit.
Hey! Dia juga bagian keluarga ini. Lalu, jika hal yang mengerikan itu terjadi padanya apa mereka tidak peduli? Begitu?
"Jadi, jika itu bukan Aryan maka semua bukan masalah? Tapi, bagaimana denganku? Dia mengancam bahkan juga melakukan apa yang sering ibu lakukan padaku." ujar Rayan dengan wajah sendunya.
Jujur saja, kejadian di sekolah tadi betul-betul membuatnya takut. Bahkan memikirkannya saja Rayan tak bisa. Ia terlalu takut. Ia bungkam saat ini saja terpaksa, ia takut jika nanti Aryan terlibat. Karena seperti yang ia dengar dari pembicaraan Aryan dan sahabatnya, orang itu mengincar keluarga Wirawarna. Dan Aryan dulu pernah terlibat dengan masalah ini.
"Kau tenang saja, ini hanya sementara. Saya hanya tidak ingin membuat Aryan tahu dan masalah nanti jadi runyam nantinya. Kau tau sendiri kan bagaimana Aryan?" Rayan perlahan menganggukan kepalanya. Ia tahu, Aryan pasti tak akan membiarkan siapapun melukainya seperti itu.
"Berikan saya waktu sedikit. Saya akan membereskan semuanya dengan baik. Hanya saja beri saya waktu, kamu bisa bukan? Demi Aryan.." ujar Ken sembari menatap Rayan.
Rayan mungkin ragu karena pastinya dirinya yang akan di rugikan disini. Namun, nama Aryan tak bisa ia abaikan. Ia juga takut jika Aryan nantinya akan celaka karena ini.
"Terserah saja. Lagipula akupun tak bisa melakukan apa-apa selain diam." ujar Rayan pasrah.
Ken menatap anak di depannya. Meskipun menentang keberadaan anak ini di keluarganya, dirinya tetaplah manusia yang bisa kapanpun merasa bersalah. Saat tadi berbicara dengan Radit mungkin Ken terkesan tak peduli dan keras kepala. Namun ketika berhadapan langsung dengan Rayan kenapa rasa bersalah tiba-tiba menyelimutinya?

KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HOME [TAMAT]
Художественная прозаRayan tidak menyangka jika pada akhirnya ia akan bertemu lagi dengan sahabatnya sewaktu di panti dalam suasana yang jauh berbeda. Setelah pertemuan kembali itu, Rayan dihadapkan pada permintaan sang sahabat yang sama sekali tak disangkanya. Kira-k...