Our Home
Happy Reading For All😁😁
▪
▪
▪
Berita
Latihan basket kali ini terasa berbeda dengan kehadiran orang yang sama sekali tidak diharapkan oleh Aryan.
Setelah seminggu lamanya beredar kabar jika musuh bebuyutan Aryan kembali ke sekolah, akhirnya Aryan bertemu juga dengan wajah menyebalkan sosok itu di sini.
"Idih.. Ketemu lagi nih sama bungsu kesayangan om Ken.." ejek Dikta kala dirinya, Aryan, Devano, dan Jodi mendapatkan tugas membereskan bola yang barusan di pakai kegiatan ekskul.
Senyuman jenaka Dikta, tatapan mata serta keseluruhan wajah menyebalkan itu sungguh mengganggu penglihatan Aryan. Ingin sekali rasanya ia menonjok sosok itu jika saja tidak ingat dengan kemarahan yang mungkin ia dapat akibat berurusan dengan orang ini.
"Aryan, gimana sih rasanya jadi lo? Enak nggak punya keluarga tajir?"
"Ya pasti enak lah.. Buktinya kesenggol dikit aja gue sampe hampir masuk penjara.." Dikta terkekeh setelah mengucapkan itu.
Bisa dirinya lihat jika saat ini Aryan tengah menahan emosinya. Dikta tahu benar bagaimana tabiat bungsu Wirawarna itu. Dirinya paling tak suka jika ada yang mencampuri urusan keluarganya.
"Eh Dikta! Lo bacot mulu ya dari tadi! Diem kenapa sih?! Lagian apaan lo mancing-mancing hah?! Mau bikin keributan lagi ya lo? IYA?!" Devano berucap kesal. Bahkan saat itu ia hampir saja melempar bola pada Dikta jika saja tak ingat mereka masih ada di sekolah.
"Ups ada yang marah nih! Tapi omong-omong soal bola basket, tadi gue main bola basket juga loh. Mau tau nggak sama siapa maennya?" tanya Dikta dengan raut menyebalkannya.
"Dih bodo amat lo abis ngapain juga! Emang urusan kita banget apa?!" Devani berujar sewot.
Melihat Aryan yang masih fokus membereskan lapangan membuat Dikta sedikit kesal. Dan karena diabaikan, Dikta pun mengambil ponsel miliknya dan memutar sesuatu disana.
Terdengar suara hentakan-hentakan bola dan juga seseorang yang tengah berbicara. Aryan yang tadinya fokus bersih-bersih sedikit tertarik dan mencoba menajamkan telinganya kala suara isakan serta tangisan terdengar diantara tawa renyah milik Dikta.
"Maafin Rayan.. Rayan lupa.. Janji nggak ulangin lagi kok.. Maafin Rayan.."
"Cih, maafin aku katanya.."
Deg
Mata Aryan membulat sempurna begitu mendengar nama Rayan dan juga suara lirihan itu di video yang diputar Dikta.
Aryan langsung melempar asal bola yang tengah di pungutnya ke sembarang arah dan saat itu juga dirinya langsung menerjang sosok Dikta yang bisa-bisanya masih tersenyum jenaka.
Brak!
Prang!
"BERANI LO GANGGUIN RAYAN SIALAN!!!!"
Bugh!
▪
▪
▪Lucas berlari tergesa-gesa di lorong rumah sakit begitu mendengar berita yang di berikan para pelayan rumah padanya. Jantungnya berdegup kencang lengkap dengan peluh di sekitar pelipisnya.
Begitu sampai di ruang depan emergency, Lucas langsung menghampiri dokter yang bertugas tanpa memperdulikan salah satu pengawal rumah yang tengah duduk di ruang tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HOME [TAMAT]
Fiksi UmumRayan tidak menyangka jika pada akhirnya ia akan bertemu lagi dengan sahabatnya sewaktu di panti dalam suasana yang jauh berbeda. Setelah pertemuan kembali itu, Rayan dihadapkan pada permintaan sang sahabat yang sama sekali tak disangkanya. Kira-k...