Our Home
Happy Reading For All😁😁
▪
▪
▪
Sendirian
Selama perlajaran tak sekalipun Aryan merasa fokus. Tubuhnya mungkin disekolah, tapi jiwa serasa saja tertinggal di rumah.
Sebagai sahabat yang baik dan budiman Devano mengajak Aryan untuk menenangkan diri di rooftop sekolah. Keduanya beralasan izin ke toilet pada guru yang sedang mengajar, dan untung saja mereka berdua diizinkan secara terpisah.
Aryan menghela napasnya lega kala mereka berdua sudah ada di atap sekolah. Mereka tak perlu khawatir akan ketahuan bolos karena tadi Devano sudah mengunci pintu rooftop. Dan soal guru yang sedang mengajar itu Devano sudah punya rencana sendiri, jadi aman lah jika mereka bolos hari ini.
"Gue udah ngasih tau Papa kalo kita bolos plus kasih alesannya. Gue dusta dikit sih, tapi dia percaya kok. Aman.." ujar Devano sembari menunjukkan chatnya dengan Radit.
Aryan menganggukkan kepalanya dan langsung duduk lesehan di lantai rooftop. Devano yang tahu suasana langsung ikut duduk dan mengeluarkan makanan ringan yang ia bawa di saku jas sekolahnya.
"Masalah kemaren bener-bener nganggu gue tau nggak Yan? Gue sampe nggak bisa turu semaleman cuma gara-gara itu." curhat Devano.
Alasan utama Devano mengajak Aryan bolos memang untuk membahas masalah mereka yang ini. Ia juga tahu jika Aryan tidak fokus sebab Rayan yang sakit, jadi ada baiknya memang jika mereka bolos saja.
"Sebenernya masalah itu ganggu gue juga. Dan sebenernya Rayan sakit juga gara-gara dengerin gue curhat plus nemenin gue semaleman.." ucap jujur Aryan.
Devano menghela napasnya. Anak itu mengambil satu buah Kinderjoy dan memakan jajanan itu dengan lahap.
"Si Dikta emang nggak ada abisnya bikin kita susah. Tapi setelah tahu kenapa dia jadi gitu gue nggak bisa nggak kepikiran juga. Gue kira Om Arav nggak kayak gitu loh orangnya.."
Aryan mengangguk membenarkan, "Sekarang mau benci pun gue mikir-mikir dulu Dev. Mana dia minta tolong lagi, kan lo juga tau sendiri kalo selama ini gue nggak beneran benci sama dia." ujar Aryan dengan lesu.
Sebetulnya dari dulu hingga saat ini benci yang Aryan dan Devano sebut-sebut bukanlah benci yang nyata. Mereka berdua masih beranggapan jika Dikta dan Jodi tak bersalah untuk semuanya. Lagipula, yang pertama menaburkan benci adalah Oval dan Ical. Mereka berdua yang kesal karena kesombongan keluarga Dikta serta ditambah sikap Dikta yang arogan pun mencoba segala cara untuk menjatuhkan anak itu, dan sejak saat itulah permusuhan keduanya berlanjut hingga kini.
"Dari awal Dikta kan emang punya sikap yang nyebelin, tapi alesan itu nggak gitu kuat buat bikin Oval sama Ical berbuat yang enggak-enggak. Jelas sih gue pro sama Dikta walaupun dia juga salah di masalah kita yang ini.."
Aryan membenarkan ucapan Devano kali ini. Dan jika boleh jujur, sebenarnya ini lah yang mendasari kepusingan mereka saat ini.
"Sebenernya ini rumit dan gue nggak mau terlibat. Tapi.." Aryan menggantung ucapannya.
"Tapi apaan?" tanya Devano penasaran.
Baru saja Aryan akan membuka mulut lagi tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Karena Aryan ingat jika Rayan tengah sakit di rumah dengan segera ia pun membuka pesan itu, siapa tahu dari orang rumah kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HOME [TAMAT]
Fiksi UmumRayan tidak menyangka jika pada akhirnya ia akan bertemu lagi dengan sahabatnya sewaktu di panti dalam suasana yang jauh berbeda. Setelah pertemuan kembali itu, Rayan dihadapkan pada permintaan sang sahabat yang sama sekali tak disangkanya. Kira-k...