21. Keraguan Dua Belah Pihak

1.9K 140 29
                                    

Our Home

Happy Reading For All😁😁

Keraguan

Dua Belah Pihak

"Makan. Itu Ramennya udah nggak
sepanas tadi kok.." ujar Anor pada sosok Rayan yang masih menunduk.

Anak itu memang senantiasa diam dan menunduk semenjak mereka memutuskan untuk pulang bersama tadi. Bahkan, ketika berada di mobil Rayan lebih tertarik memperhatikan jalan alih-alih mengajaknya bicara.

"Ini pertama kali makan Ramen, abang nggak tau kamu sukanya apa, atau malah kamu nggak suka sama Ramen?" tanya Anor mencoba memancing Rayan untuk bicara.

Rayan yang mendengar ucapan sang kakak langsung memperhatikan mangkuk di depannya lekat. Dahulu ayah angkatnya pernah mengajaknya makan ramen ketika pulang sekolah, hanya saja rencana mereka saat itu batal lantaran sang ibu menelfon dan mengatakan jika dia sudah masak banyak makanan.

"Ramen itu.. Kayak mie kan?" tanya Rayan sembari mengangkat wajahnya.

Anor tersenyum melihat wajah polos adik angkatnya yang baru kelihatan sekarang ini. Meski ada jejak air mata serta hidung anak itu masih memerah karena menangis tadi, menurut Anor wajahnya masih manis. Persis seperti Aryan ketika kecil dulu.

"Ramen mungkin masih masuk jenis Mie. Hanya saja tekstur, rasa, dan penyajiannya agak berbeda dari Mie lain yang mungkin pernah kamu coba.." jelas Anor dengan nada lembut. Rayan hanya menatap mangkuknya tanpa melakukan apapun. Hal itu membuat Anor tersenyum teduh.

"Daripada penasaran, coba saja. Kamu akan tau rasanya setelah dicoba."

Rayan dengan patuh mencoba kuah Ramennya. Anak itu mengecap sebentar dan sedikit tersenyum kala rasa baru itu terasa di indra pengecapnya.

"Oh, jadi ini Ramen yang dulu Ayah mau kenalin.." batinnya sendu.

Mata Rayan kembali mengembun, namun anak itu melanjutkan makannya sembari mengusap kasar air matanya. Anor yang melihat itu hanya diam, dia belum ingin menanyakan ada apa atau kenapa Rayan menangis hanya karena memakan seporsi Ramen saat ini.

Keduanya pun makan dengan tenang tanpa pembicaraan berarti. Walau Anor masih menyimpan tanya, dirinya lebih memilih untuk diam dan membiarkan Rayan makan dengan kenyang terlebih dahulu. Setelah makanan utama keduanya habis, Anor berinisiatif memesankan ice cream untuk Rayan dan dirinya. Anor merasa dengan memakan makanan penutup terlebih dahulu akan membuat waktu bersama dengan Rayan semakin lama. Lagipula ia juga masih ingin tahu alasan Rayan berada di pemakaman pada petang hari seperti tadi.

"Rayan?"

"Hm?" Rayan yang tengah memakan ice creamnya dengan tenang langsung mengalihkan atensinya.

"Sebetulnya abang bukannya ingin ikut campur urusan kamu atau mengekang kamu, hanya saja kamu disana sendiri di jam seperti itu. Apa Papa atau abang tau?" tanya Anor. Rayan menggeleng kecil.

"Aryan? Dia tau?" tanya Anor lagi. Dan lagi-lagi Anor mendapatkan gelengan kecil Rayan sebagai jawaban.

Anor menghela napasnya melihat Rayan  yang saat ini menunduk. Bukannya Anor marah atau apa, hanya saja pemakaman tadi lumayan jauh dari rumah. Dan ditambah lagi hari sudah akan malam saat itu, lalu kenapa Rayan bisa berani disana?

OUR HOME [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang