24. Sakit

2.8K 165 25
                                    

Our Home

Happy Reading For All😁😁




Sakit


"Dari yang tadi aku denger, intinya Dikta tuh kayak gitu dari dulu karena Om Arav ayahnya. Dan karena beberapa hal Dikta nggak pernah cerita masalah ini sama orang lain termasuk kita sebagai sahabat sahabatnya.." Aryan akhirnya menyelesaikan ceritanya pada Rayan.

Rayan saat itu tak langsung memberikan reaksinya. Anak itu hanya diam sembari mencerna kembali apa yang dikatakan oleh saudaranya itu.

"Semua orang punya luka dan semua orang berhak ngapain aja buat mengekspresikan luka. Dari sini Ayan nggak bisa komentar apa-apa buat sikap Dikta, tapi buat lukanya Dikta Ayan ikut sedih. Saat dibenci sama keluarga sendiri tuh emang sakit Aryan, apalagi Dikta yang dibenci sekaligus dituntut dengan apa yang dia sendiri nggak mampu. Itu pasti bikin frustasi banget. Ayan ngerti.." ujarnya dengan nada sendu.

Ada sedikit rasa sedih kala mengingat jika posisi Dikta dan dirinya itu tak jauh berbeda. Mereka sama-sama terabai di keluarga sendiri.

Aryan kini merenggut. Rasanya memikirkan masalah ini sama membuat mood nya turun. Bagusnya dia tak usah tahu saja dengan alasan perbuatan Dikta padanya setahun yang lalu dan juga semua perbuatannya sekarang ini. Lebih tenang membenci Dikta saja daripada sekarang dirinya bingung harus membenci atau memaklumi.

"Yang Aryan bingung tuh Aryan harus gimana? Dia tuh udah bikin masalah sama Aryan, terus ditambah dia juga jahat sama Ayan waktu itu. Aku mungkin bisa tahan kalo dia cuma jahat sama aku dan Devano karena emang kami terlibat sama ini sejak awal. Tapi kalo sama Ayan tuh bedaa.." ujarnya dengan nada kesal.

Rayan tersenyum teduh mendengar ucapan Aryan padanya. Dirinya betul-betul merasa disayangi jika dengan saudaranya ini. Dari dulu hingga saat ini Aryan selalu bersamanya dan membelanya, dan tentu saja itu membuat Rayan merasa jika dirinya itu adalah hal paling berharga.

"Aryan nggak usah bingung, ikutin aja kata hatinya Aryan. Kalo emang Aryan mau deket lagi sama dia Aryan coba aja, jangan berat ke Ayan. Selama ini Ayan selalu dukung semua keputusan Aryan kok, Ayan nggak masalah mau apapun itu asalkan nggak berhubungan sama hal yang ngebahayain Aryan.."

Aryan yang mendengar itu menatap melas saudaranya, "Baik banget sih sodaranya Aryan.."

"Sayang banget sama Ayan pokoknya.." ujarnya sembari memeluk gemas Rayan.

Ia rasa dengan jawaban dari Rayan barusan hatinya akan dengan segera menemukan jawaban. Entah itu memutuskan untuk percaya lagi pada Dikta atau tidak, semua ia serahkan pada kata hatinya saja.

Yang penting, ia berharap jika apapun keputusannya nanti semuanya tak akan merugikannya ataupun merugikan orang-orang disekitarnya.





Pagi hari setelah Aryan yang menyandera Rayan untuk dirinya sendiri itu ia harus izin sekolah karena saudaranya malah terserang demam.

Saat dini hari tadi memang dirinya yang menyadari pertama kali jika saudaranya itu sakit. Karena memang terbiasa saling mengurus satu sama lain saat dipanti, Aryan memutuskan untuk mengurus saudaranya sendirian. Ia tak membangunkan siapapun untuk membantunya karena saat itu masih pukul 3 pagi, dan lagipula dirinya juga tak masalah kok jika hanya mengerus Rayan saja.

OUR HOME [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang