Our Home
Happy Reading For All😁😁
▪
▪
▪
Kebenaran yang Hampir Terungkap
Jika saat ini Rayan dan Ken tengah bergelut dengan masalah hati mereka, maka berbeda lagi dengan yang sedang terjadi pada Aryan dan kawan-kawannya.
Saat ini, tepatnya di markas tempat circle-nya dulu sering berkumpul Aryan dan Devano mengikuti langkah Jodi dalam diam. Tadinya keduanya terus bertanya dan mengatakan jika Jodi berniat melakukan sesuatu yang aneh lagi pada mereka, namun Jodi yang saat itu kesal tak sengaja membentak keduanya dan meminta mereka untuk diam.
Tepat di bagian ruang berkumpul Jodi berhenti melangkah. Anak itu berbalik dan menatap dua orang yang kini tampak bingung menatapnya.
"Dipojokan sana ada Dikta. Dan kalian bisa liat dia dulu sebelum gue ngomongin apa yang mau gue omongin." ujar Jodi.
Walau dengan hati gamang Aryan dan Devano melangkahkan kaki mereka mendekat kearah tubuh yang kini tengah merapat di pojokan. Dapat keduanya lihat bercak darah yang tergambar di sepatu yang katanya pemiliknya adalah Dikta itu.
"Dikta?" Devano memanggil sosok itu ragu.
Sosok yang tadinya bergetar ketakutan itu mulai mengangkat wajahnya. Dan setelah mata Aryan dan Devano menatap mata Dikta saat itu, perasaan mereka menjadi sedikit tak karuan karenanya. Bahkan, sesaat mereka kehilangan fokus karena tatapan mengiba milik Dikta saat itu.
"Liat muka dia bikin gue pengen nonjok Dev.." ujar Aryan setelah menetralkan emosi dalam dirinya. Anak itu memalingkan muka dari Dikta saat ini.
Jodi yang mendengar ucapan Aryan langsung maju beberapa langkah mendekat. Dia menepuk bahu Aryan yang sedang mengalihkan tatapannya.
"Kita emang salah soal saudara lo itu. Tapi buat kasus ini bukan salah kita, bahkan bisa dibilang kita dituduh sama Oval."
Aryan terkekeh mendengar ucapan Jodi padanya. Memang benar jika dirinya cukup terpengaruh dengan keadaan Dikta saat ini. Namun, ketika hampir saja luluh Aryan teringat bagaimana keadaan Rayan dulu.
"Gue bersyukur kalian dituduh. Seenggaknya, mungkin ini karma dari kalian yang udah nyakitin saudara gue waktu itu!" tegas Aryan.
Dikta dan Jodi terdiam mendengar itu. Mereka sempat lupa jika seharusnya mereka sedikit tahu malu untuk meminta bantuan. Namun, disituasi saat ini entah mengapa keduanya tiba-tiba saja kompak mengingat dua mantan sahabatnya ini.
"Gue tau kita salah. Tapi—"
"Dunia adil udah hukum kalian. Dan nggak pantes tau nggak buat kalian minta bantuan kita. Kalian nggak punya malu atau apa?!" tanya Devano.
Jodi kehabisan kata-kata. Rasa frustasi menggiring Jodi untuk menarik paksa Dikta dari tempat persembunyiannya. Anak itu mengantarkan tubuh penuh luka Dikta ke depan dua mantan sahabatnya.
"Kalian liat! Liat baik-baik keadaan mantan sahabat kalian yang udah kalian pandang kayak sampah!" ujar Jodi dengan nada suara meninggi.
Tanpa rasa kasihan Jodi membuka pakaian yang dikenakan Dikta saat itu. Bersamaan dengan itu, terlihatlah semua bekas luka dari yang masih basah hingga yang sudah kering.
Aryan dan Devano yang tadi dikuasai amarah langsung terdiam. Keduanya menatap seluruh luka itu dengan tatapan yang tak bisa dijabarkan.
▪
▪
▪
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HOME [TAMAT]
General FictionRayan tidak menyangka jika pada akhirnya ia akan bertemu lagi dengan sahabatnya sewaktu di panti dalam suasana yang jauh berbeda. Setelah pertemuan kembali itu, Rayan dihadapkan pada permintaan sang sahabat yang sama sekali tak disangkanya. Kira-k...