[OG 02] Elvan Menghilang

430 42 21
                                    

“Terkadang manusia membutuhkan sejuta fakta untuk menganggap bahwa peraturan itu benar-benar nyata adanya.”

- Vocational High School -

Prawira Utama

Class RPL

- Student The Hidden Network -

❗❌👻❌❗

Jam istirahat telah selesai. Semua murid Vocational High School kembali ke kelasnya masing-masing. Bersamaan dengan itu, Bu Ani datang untuk mengisi mata pelajaran Simulasi Digital.

Namun sebelum memulai pembelajaran, kebiasaan Bu Ani adalah mengabsen para murid di kelas. Takut nantinya ada yang kabur, atau mungkin bolos pelajaran.

“Aretha Salsalia!”

“Hadiroh!” jawabnya mengangkat tangan.

“Danish Fadgham!”

“Hadir Bu!” seru Danish mengangkat tangannya ke atas.

“Elvan Aditama!”

Hening. Tidak ada yang menjawab dari Siswa bernama Elvan. Bu Ani beranjak dari duduknya, sambil melihat sekeliling para murid yang saling berbisik dengan teman sebangkunya, membicarakan Elvan yang tidak ada di dalam kelas.

“Elvan kemana?” tanya Bu Ani kepada semua muridnya yang hadir.

Faqih yang duduk di sebelah bangku Elvan menjawab. “Setau saya pas tadi jam istirahat dia nggak kemana-mana. Cuma baca buku aja, Bu.”

Bu Ani menatap Faqih khawatir. “Terakhir kali kamu lihat Elvan duduk dimana?”

Faqih menoleh ke arah bangku pojok. Tepatnya pada bangku kosong yang ia yakini itu adalah kursi Elvan yang sengaja di geserkan ke sudut ruangan. “Disini, Bu.”

Deg!

“E-elvan ...”

Bu Ani membekap mulutnya shock. Para murid yang berada di kelas ikut tertohok mendengar lirihan Bu Ani. “Cepat cari Elvan. Firasat ibu tidak enak.”

“Baik Bu!”

Seluruh murid kelas Rekayasa Perangkat Lunak berhamburan keluar mencari keberadaan Elvan. Liza memisahkan diri untuk pergi ke toilet, karena dirasa ia ingin kencing ditengah-tengah perasaan genting.

“Mei! Gue ke toilet dulu ya, nggak tahan banget ini!” teriak Liza sambil berlari ke arah toilet sudut ruangan kelas yang tepatnya di sebelah kiri area perpustakaan.

“Jangan lama-lama, Za!” teriak Meina memperingati. Sebab ia ingat betul atas peraturan sekolah yang melarang para murid Prawira Utama untuk pergi ke toilet lebih dari tujuh menit yang ditentukan.

***

Disituasi lain kedua bola mata Elvan berkedip beberapa kali. Deru napasnya memburu di tengah-tengah kegelapan. Tidak ada secercah cahaya maupun suara, yang ia rasakan hanya angin yang menghembus melewati relung dada.

Perlahan ia mulai melangkah, mencari sesuatu yang dapat menyelamatkannya dari kegelapan yang ia rasakan. Sungguh, Elvan tidak mengerti mengapa ia bisa sampai di alam gelap seperti ini.

“Tolong! Siapapun! Tolong gue!” teriak Elvan memberanikan dirinya untuk bersuara.

Hush ...

Hembusan angin kencang lewat dari belakang. Spontan kedua matanya melotot kaget, namun tubuhnya tetap diam mematung. Elvan berbalik. “Siapa disana?!”

Tidak ada jawaban. Suasana tiba-tiba sunyi mencekam. Elvan meneguk ludahnya gusar sambil mengambil ancang-ancang dari kejauhan.

Brukh!

Degup jantungnya berdebar kencang, sebuah buku tebal jatuh tepat di ujung kaki Elvan. Laki-laki itu memberanikan dirinya untuk berjongkok, mengambil buku asing itu dengan perasaan tak karuan.

Elvan mengamati buku tebal itu dari sisi kanan dan kiri. Tidak ada yang mencurigakan dari segi manapun, hingga sebuah cahaya keluar dari sudut buku itu.

“Aghhh!”

Elvan berteriak kesakitan, saat ia mulai membuka bagian lembar buku, sebuah tusukan seperti jarum mengenai kulit tangannya. Rasanya seperti sengatan listrik sampai tangan Elvan bergetar hebat.

Ujung jarinya mengeluarkan darah. Elvan terkejut saat darahnya menetes kebawah, mengenai lembar buku yang terbuka.

“Hah!”

Elvan merasakan tenggorokannya sesak napas. Kedua bola matanya hampir loncat, saking kagetnya melihat buku itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya diikuti dengan beberapa huruf yang timbul di belakangnya.

Percaya tidak percaya. Buku itu melayang, menghampiri Elvan yang memundurkan langkahnya ketakutan. “Pergi! Pergi!”

Teriakan Elvan seakan di anggap angin lewat oleh buku tebal itu. Sampai akhirnya ia merasakan ada tangan yang melingkar di lehernya, bukan sebuah tangan biasa.

Tapi ... sebuah tangan yang berlumuran darah. Elvan ingin menghindar jauh, tapi kakinya seakan di tahan dari belakang membuatnya kesusahan bergerak.

Brukh!

Elvan terjatuh berbarengan dengan buku tebal yang tergeletak di bawah lantai kotor. Matanya mendelik, membaca setiap huruf yang tertera di dalam buku asing itu.

“Tujuh keabadian?”

❗❌👻❌❗

06:10:23

20 coment untuk lanjut 😌

OBSESSION GHOST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang