“Antara hidup ataupun mati. Dunia kelam itu pasti ada, hanya saja ada yang terlihat dan ada pula yang tidak bisa dilihat. Contohnya kehidupan Clay yang akan abadi dalam kitab tujuh keabadian. Buku itu tersebar luas, tapi hanya tujuh pasang mata yang dapat melihatnya.”
- Vocational High School -
Prawira Utama
Class RPL
- Student The Hidden Network -
❗❌👻❌❗
Setelah kejadian di lab komputer, Meina tidak kembali lagi ke kelasnya. Bahkan tas hitamnya pun tidak ada di dalam kelas. Membuat Danish mulai bertanya-tanya ada apa kaitannya Meina dengan tali pocong yang ia kenakan sebagai ikat rambut?“Clay. Menurut lo Meina nyembunyiin sesuatu nggak? Soalnya kan lo setan. Ibaratnya lo suhu lah dari kita-kita yang lemah ini, lo pasti tau isi pikiran dia tadi, apa aja yang lo ketahui tentang dia. Kasih tau gue dong, Clay.”
Danish mengedipkan sebelah matanya, merayu Clay yang notabenenya setan multi talenta. Menurutnya tingkatan Clay lebih sepadan dengan para malaikat yang mampu melihat apa yang orang lain tidak bisa melihatnya.
Clay mencoba menerawang apa saja yang tadi dilakukan Meina. Namun sedikit pun jejak gadis itu, Clay tidak menemukan keanehan darinya. “Dia seperti manusia pada umumnya, tapi yang aku rasakan dia sedikit berbeda. Gadis itu unik, dia istimewa. Bahkan aku saja tidak bisa menemukan jejak keburukannya selain isi hatinya yang lembut.”
Bukan jawaban yang tepat untuk Danish harapkan. Clay malah memberikan Meina pujian. Entah sadar atau tidak, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman licik.
“Gadis unik?” tanya Danish terdengar meremehkan.
“Mustahil! Meina cuma gadis aneh yang pernah gue temuin. Cewek nyebelin yang udah bikin baju gue kotor, dia tuh cewek sialan. Lo nggak lihat Clay? Dia berani malu-maluin gue didepan orang banyak. Bahkan video yang direkam Liam udah tersebar luas di media sosialnya. Lama-lama bukan cewek itu aja yang gue kasih pelajaran, mungkin lo juga bakalan kena getahnya.” Danish memicingkan sudut matanya ke arah Clay.
Namun berbanding terbalik dengan tanggapan Clay yang memasang wajah datar. “Dia berbeda, Danish. Kau mungkin akan menyesal mengatakan jika ia gadis sialan. Dia perempuan spesial.”
“Percuma aja lo jadi setan, ngintilin gue cuma jadi beban pikiran,” ketus Danish menyesal telah mengizinkan Clay untuk mengikutinya kemanapun dan dimanapun ia pergi.
“Seharusnya kau berterimakasih kepadaku. Karena aku, ilmu hitam yang akan menyerang tubuhmu menghindar secara perlahan,” gumam Clay pelan, naas tidak terdengar sedikitpun.
Danish mengabaikan celotehan Clay. Ia lebih sibuk memainkan handphonenya, melupakan kejadian hari ini yang berdebat dengan Meina hingga berakhirnya ia terdiam. Merenung, teringat akan ucapan Clay yang mengatakan jika Meina adalah gadis spesial. Hal itu membuatnya sedikit kaget sekaligus penasaran dalam waktu bersamaan.
****
Meina menumpahkan segala kekesalannya dibawah pohon taman belakang sekolah. Sudah cukup ia menanggung rasa malu hari ini, tidak lagi. Batinnya tidak sanggup untuk mendengarkan berbagai celaan yang dilontarkan oleh para siswa dan siswi Vocational High School Prawira Utama.
Liam Liadra. Ia benci dengan video yang dipublikasikan oleh selebgram muda itu. Karena satu video pertengkaran antara dirinya dengan Danish, banyak oknum yang menggambarkan Meina tidak bisa bertanggung jawab atas gelarnya yang menjadi ketua OSIS.
Makian serta hinaan terus masuk ke dalam telinganya yang terbuka bebas. Meski tidak langsung bertatap muka, akan tetapi mengenai gosip yang beredar. Meina dapat dengan cepat menyimpulkan jika mereka memang sedang membicarakannya.
Melihat perubahan mereka yang bertindak tidak sopan terhadap dirinya sudah dipastikan jika harga diri Meina kini sedang direndahkan.
“Kenapa sih semua orang jahat sama gue ...” lirih Meina menyeka air matanya yang hendak turun kembali.
Saat Meina bergeser, tanpa disangka ada seseorang yang menyodorkan tisu dari belakang punggungnya.
“Hapus air mata lo, Meina.”
Antara kaget dan bingung. Meina berbalik badan dengan eskpresi melotot, terkejut. “Elvan?”
Laki-laki yang bernama Elvan itu tersenyum tipis. Duduk disebelah Meina, seraya mengusap jejak air matanya menggunakan tisu yang ia ambil dalam saku celananya.
“Ketos Prawira Utama nggak boleh sedih-sedih lagi. Harus banyakin senyum,” ucap Elvan menatap manik mata Meina yang masih berkaca-kaca.
“Lo ngapain disini?” tanya Meina malah mengalihkan pembicaraan.
“Nemenin lo, Mei. Lagian di kelas nggak ada Guru mapelnya. Jadi gue inisiatif baca buku di taman. Pas nyampe sini, malah lihat lo lagi nangis,” ucap Elvan membuka buku tebal yang ia bawa.
Meina terdiam sesaat. “Lo tau tentang video gue di kantin tadi?”
Sejenak Elvan terdiam tidak menanggapi. Setelah sekian beberapa detik, barulah ia menganggukkan kepalanya. “Nggak papa kok. Bukan salah lo juga 'kan? Itumah Danish nya aja yang gampang marah. Lo aman kok, nggak usah terlalu dipikirin.”
“Nggak dipikirin sih ... tapi kepikiran,” lirih Meina tidak bersemangat.
Elvan menaruh buku miliknya. Menatap Meina meyakinkan. “Lo udah tunjukin sikap terbaik lo, Mei. Nggak usah merasa bersalah. Yang berlalu biarlah berlalu, lo harus tetap melangkah untuk mewujudkan harapan yang baru.”
Meina terkekeh geli. “Nggak biasanya lo ngomong panjang kali lebar kayak gini. Kesambet dedemit Clay ya lo?”
Elvan mengernyit, merasa tidak asing dengan nama dedemit yang Meina ucapkan barusan. “Dedemit Clay?”
Meina refleks membekap mulutnya. Perlahan ia menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri berulang-ulang kali. Tanpa sadar ia mengigit bibir bawahnya.
Mati gue, kok bisa keceplosan gini sih?!
Elvan dilanda kebingungan dengan ekspresi Meina yang terlihat gugup, salah tingkah, bahkan raut wajah kepanikan membuat auranya lebih dominan. “Lo nggak kenapa-napa, Mei?”
“N-nggak!” jawab Meina sedikit menyentak.
Elvan mendelik curiga. “Yakin nggak kenapa-napa? Kok keringatan gitu? Lo sakit?”
Ketika Elvan hendak memeriksa Meina, dengan cepat gadis itu memundurkan tubuhnya, menghindar. Kepalanya menggeleng cepat, takut Elvan mengira ia kesurupan karena perubahan wajah Meina yang tiba-tiba memucat.
“G-gue mau ke kelas duluan.” Meina beranjak dari duduknya. Merapihkan roknya yang sedikit kusut, lalu setelahnya ia berlalu, meninggalkan Elvan sendiri di taman belakang sekolah.
“Ehh Mei!”
Meina tidak berbalik badan sama sekali, gadis itu malah semakin gencar menghindari teriakan Elvan yang berusaha menghentikan langkahnya. Helaan napas panjang Elvan luapkan bersamaan dengan kakinya yang ikut melangkah, menyusul Meina dari belakang.
Siapa Clay? batin Elvan bertanya-tanya.
❗❌👻❌❗
Lanjut ngak nih??
Jangan lupa vote sebelah kiri, and coment di tengah²... GRATIS LOH ITU👇🙄
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION GHOST [SELESAI]
HorrorClay mempunyai arti yang tunduk pada kematian. Salah satu obsesi terbesarnya yaitu ingin hidup kembali, merubah takdir Tuhan yang tidak bisa dirubah karena sudah menjadi ketetapan. Jasadnya hilang bersamaan dengan jaringan yang beredar di satu sekol...