[OG 39] Terbongkar

145 12 0
                                    

"Garis besar kemaslahatan tercipta hanya pada satu relawan. Dia yang berjasa dalam aturan, atau dia yang menyongsong kebenaran."

- Vocational High School -

Prawira Utama

Class RPL

- Student The Hidden Network -

❗❌👻❌

“Sekolah ini dibangun sejak dua ribu dua puluh tujuh. Namanya terkenang abadi dalam kitab keramat tujuh keabadian. Peraturan itu hanya ilusi, untuk meluruskan jaringan tersembunyi.” Akhirnya Prawira membuka jati dirinya di hadapan enam siswa yang tadi berada di dalam gudang.

Sekarang mereka tengah berkumpul di ruangan perpustakaan. Bersama seorang pria yang berjubah hitam yang tak lain dan tidak bukan adalah Heru—operator sekolah yang dijadikan alat untuk Prawira melancarkan misi-nya.

“Jadi yang mau mengusai sekolahan ini adalah Pak Yuda? Bukan Pak Prawira?” tanya Liam usai Prawira menceritakan panjang lebar tentang sejarah sekolahannya.

Prawira mengangguk. “Benar. Lambat laun semua akan terbongkar dengan sendirinya. Sekolah ini tidak bisa bertahan lebih lama lagi—”

“Kenapa?”

“Besok tanggal tujuh belas, bulan tujuh. Hari ulang tahun Clay. Pada tanggal yang sama pula, Yuda bersikeras untuk menghancurkan sekolah ini. Hanya satu yang bisa saya pertahankan.”

“Apa itu?” tanya Faqih penasaran.

“Nyawa murid kesayangan.”

Deg!

“Siapa yang Anda maksud?!” tanya Danish sedikit menyentak.

Prawira menatap keluar jendela. “Puncak kemusnahan ada pada bembelaan yang tak wajar. Jika hari itu para musuh berburu darah saudara korban kematian, maka hari ini ia bergerak untuk memusnahkan darah dagingnya sendiri.”

“Apa yang Anda maksud? Jangan bertele-tele!” bentak Danish tidak sabaran.

Prawira menghela napas panjang. “Berapa jumlah murid Prawira Utama?”

Pertanyaan konyol apa yang sedang Prawira buat? Bahkan mereka terdiam membisu mendengar pertanyaan yang menurut mereka tidak penting.

“Apa hubungannya dengan jumlah murid yang bersekolah disini?”

“Tiga ratus. Kurang lebih, dua ratus lima puluh? I don't know,” Liam mengangkat bahunya acuh.

Sedangkan yang lain berpikir keras, hingga Danish melontarkan pertanyaan. “Sepenting apakah teorimu hingga kami harus menghitung banyaknya murid di sekolah ini?”

Prawira tertawa. “Hanya mengetes IQ kalian saja. Tapi kau benar Danish, untuk menjumlahkan banyaknya murid di sekolah ini memang tak terhingga persenannya.”

“Bisakah Anda menjawabnya dengan serius? Hari sudah mulai petang hari. Kami harus pulang ke rumah kami masing-masing.”

Prawira terdiam, merilik erloji emas miliknya. “Ah iya. Sudah hampir jam lima sore, sebaiknya kalian pulang—”

OBSESSION GHOST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang