[OG 06] Clay Bertingkah

293 32 1
                                    

“Sakitnya hidup, lebih sakit merasakan mati, tanpa ada kesempatan untuk hidup kembali.”

- Vocational High School -

Prawira Utama

Class RPL

- Student The Hidden Network -

❗❌👻❌❗

Kring!

04.55 WIB

Suara alarm berbunyi. Danish terbangun dari tempat tidurnya, mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya ia kuasai. Tangannya meraba-raba dinding kamar, mencari handuk untuk ia pakai selepas membersihkan diri.

Namun saat ia membuka kedua matanya, Danish dikejutkan dengan kehadiran Clay yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi.

“Astagfirullah! Setan!”

Clay mengernyit. “Kau baik-baik saja?”

“Baik-baik gundulmu! Gue hampir jantungan liat lo udah ada disitu, njir!” sarkas Danish memicingkan sudut matanya tajam.

Clay memasang wajah datar. “Kau terlalu berlebihan. Padahal semalaman aku sudah berada di dekatmu.”

Danish menghembuskan napasnya kasar. Bangkit dari tempat tidur dengan ekspresi kesal tak tertahan. “Awas lo setan. Gue mau mandi, jangan ngintip!”

Kedua alis Clay berkerut. “Aku punya nama. Berhenti menyebutku dengan sebutan setan.”

“Ck, dasar nggak mau terima takdir. Udah jadi setan aja nggak mau disebut setan, aneh ...” gumam Danish yang masih bisa didengar oleh Clay. Bahkan ketika ia berbicara di dalam hati pun Clay dengan mudah mengetahuinya.

“Berhenti membicarakan takdir. Aku tidak mau menyakitimu lebih jauh lagi,” ucap Clay duduk ditepi ranjang kamar.

Danish mengacuhkan Clay yang bertindak semaunya. Dirinya sudah lelah, muak dan tidak sabaran untuk berbicara lama-lama dengan wujud hantu seperti Clay, lebih baik ia mandi, lalu bergabung dengan Bunda-nya yang sedang memasak di bawah.

****

Danish duduk di meja makan dengan gelisah. Sedari tadi kedua tangan Clay tidak berhenti bergerak. Hantu itu dengan lancangnya memainkan sendok, garpu, dan terakhir membuang-buang nasi yang berada di atas nampan miliknya.

Evi yang sedang sibuk memasak pun tidak bisa melihat bagaimana paniknya Danish pagi ini. Laki-laki itu melotot, menatap Clay seakan-akan memberi peringatan untuknya agar diam.

“Benda ini yang sering aku mainkan saat hidup. Benda ini juga yang Papah gunakan untuk menusuk-nusuk tubuhku, benda ini yang merenggut kebahagiaanku selama deru napasku masih berfungsi dengan normal,” celoteh Clay membolak-balikkan pisau tipis yang berada di atas meja makan.

Clay bercerita terus terang kepada Danish. Namun laki-laki itu menghiraukan ceritaannya, malah semakin geram dengan tingkah Clay yang tidak tahu diri, memainkan alat-alat makan, tanpa khawatir Evi melihat tindakan lancangnya.

“Lo setan. Bisa diem nggak sih?!” Marah Danish menekan sendok makannya sampai bengkok.

Clay mengernyit. “Apa salah jika aku bercerita kepadamu? Lagian Bundamu sedang sibuk memasak.”

Danish menoleh ke belakang, melirik Evi yang menuangkan kecap ke dalam wajan hitam berisikan tumis kacang.

“Bentar lagi Bunda gue kesini. Lo diem disamping gue. Jangan mainin apapun!” Peringat Danish kepada Clay yang kini melihat-lihat dekorasi dapur miliknya.

Danish menghela napas panjang. Tidak lama kemudian Evi duduk dengan mangkuk tumis kacang buatannya. “Loh sayang. Kamu belum makan? 'kan itu dagingnya udah mateng.”

Danish menyengir lebar. “Nungguin Bunda.” Bohongnya. Nyatanya ia sibuk memperhatikan Clay yang mulai bergerak tak nyaman di sampingnya.

Evi menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh. “Kamu ini, Nish. Ada-ada saja.”

Danish tersenyum tipis. Mengambil nasi serta lauk pauk yang ia letakan di atas nampan miliknya. Lalu tangannya beralih mengambilkan sedikit nasi untuk Evi.

“Terimakasih, sayang.”

“Sama-sama, Bun.”

Keduanya pun sarapan bersama, hingga Clay yang dari tadi diam memperhatikan keduanya pun rasanya sedikit bosan. Tanpa adanya izin dari Danish, Clay mengambil piring yang berada ditengah-tengah meja. Membuat Danish tersedak melihatnya.

Uhuk-uhuk ...

“Danish!” Evi segera mengambilkan air putih untuk Danish. “Pelan-pelan makannya. Masih pagi loh ini, kamu nggak akan telat kalau makan santai sekalipun.”

Danish menganggukkan kepalanya. Ujung matanya menatap Clay selidik. “Diem!”

Tatapan tajam Danish mengisyarakatkan Clay agar tangannya tetap diam dan tidak bergerak sedikitpun. Melihat ekspresi Danish yang memendam amarah Clay hanya membalasnya dengan tatapan polos.

Clay mendekati Danish, membaca pikiran laki-laki itu yang mengomeli Clay tanpa henti. Bukannya meminta maaf Clay malah tertawa terbahak-bahak, membuat Danish kaget bukan main.

“Jangan ganggu gue setan!” bentak Danish menggebrak meja makan.

Evi yang berada di hadapannya tersentak kaget. “Nish!?”

Danish mengatupkan bibirnya. “B-bukan. Bukan sama Bunda, hehe ... a-aku berangkat dulu ya Bun. Lupa ada jadwal piket, jadi harus berangkat pagi-pagi banget.”

Danish beranjak dari duduknya dikuasai rasa gugup, menyalami tangan Evi yang masih diam mematung.

“Assalamualaikum, Bun!”

“W-wa'alaikumsalam,” gumam Evi menggaruk-garuk tengkuk lehernya kebingungan.

Danish kenapa ya?

Clay mengikuti Danish yang keluar rumah tanpa menutup pintu. Atas rasa kesopanan Clay, ia menutup pintu rumah hingga menciptakan suara gebrakan yang nyaring.

Brakh!

“Astagfirullah! Danish!” teriak Evi yang masih bisa terdengar jelas dari luar oleh Danish yang berada di dalam garasi motor.

Clay mengangkat kedua jari tengah serta jari telunjuknya bersamaan. Menatap Danish dengan senyuman tanpa dosanya. “Maaf.”

Danish berdengus sebal. “Clay, sialan!”

❗❌👻❌❗

Kalau kalian jadi Danish kesel nggak sih? Diganggu setan tiap hari??😭🤧

Kalau aku si mungkin udah banting bumi, saking gregetnya sama tuh setan Obses😬

Lanjut ngak nih??

Jangan lupa vote sebelah kiri, and coment di tengah²... GRATIS LOH ITU👇🙄

OBSESSION GHOST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang