“Tidak ada salahnya untuk membantah, karena semua pemikiran manusia berbeda-beda wataknya.”
- Vocational High School -
Prawira Utama
Class RPL
- Student The Hidden Network -
❗❌👻❌❗
“Mau langsung ngerjain, atau pulang ke rumah masing-masing dulu nih?” tanya Lukman menghentikan langkahnya, menyadari dirinya serta kedua teman kelompoknya sudah berada di area parkiran.
“Gue ngikut kalian aja sih,” sahut Hendra menatap Meina dan Lukman bergantian.
“Mending langsung aja sih. Kalau pulang dulu waktunya bakalan kebuang percuma. Apalagi jarak rumah gue sama rumah kalian 'kan lumayan.” Meina memberi usulan demikian.
Hendra dan Lukman kompak menganggukkan kepalanya. Ketiganya memikirkan tempat dimana yang cocok untuk mereka belajar bersama.
“Kita kerja kelompok diluar atau di rumah masing-masing? Maksud gue di rumah gue misalnya?” tawar Lukman melipat kedua tangannya di atas dada.
“Luar!” kompak Meina dan Hendra diiringi dengan tawa yang cenderung kaku.
“Ahaha ... okelah,” pasrah Lukman menggaruk-garuk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
“Lo bawa sepeda, Mei?” tanya Hendra menepis jauh-jauh rasa groginya ketika berdekatan dengan Meina.
“Nggak. Soalnya tadi gue bareng Dan—”
“MEI!” teriak Danish menghampiri Meina dan teman-temannya.
Panjang umur nih anak, baru juga mau bilang Danish. Udah dateng aja orangnya, dasar kutu kupret!
Sialnya ucapan itu hanya terlontar dalam hatinya. Meina terkekeh geli, membayangkan dirinya benar-benar mengucapkan itu di hadapan teman satu kelompoknya. Mungkin mereka akan tertawa, mendengar ocehan Meina yang menjelek-jelekkan nama Danish.
“Kalian mau ngerjain tugas kelompok 'kan?” tanya Danish memastikan.
“I-iya ...”
“Gue ikut!” seru Danish tersenyum lebar.
Meina mengernyit. “Lo 'kan bukan bagian dari kelompok kita? Ngapain ikut segala?”
Danish menghela napas berat. Menoleh ke arah Elvan dan Sandina yang tengah berjalan ke arahnya. “Nah kebetulan banget nih, kita juga mau ngerjain tugas kelompok. Biar tugasnya cepet selesai, gimana kalau kita ngerjainnya rame-rame?”
“Iya nggak?” Danish merangkul pundak Elvan dan Sandina berbarengan.
Keduanya saling pandang satu sama lain. Antara bingung, dan tidak mengerti dengan maksud Danish mengajak mereka untuk mengerjakan tugas kelompok rame-rame.
Dikira mau tawuran kali ya? Harus banyak anggotanya?
Perihal kerja kelompok, sejujurnya Danish tidak memperdulikan hal itu. Yang ada di benaknya hanya Meina. Ia sudah berjanji akan menjaga Meina dari pagi sampai berakhirnya pulang sekolah. Selain ia ingin bertanggung jawab dengan janjinya, ia juga ingin menjaga Meina dengan sepenuh hatinya.
Entah kenapa semenjak hari dimana Meina mengorbankan nyawanya demi dirinya, rasa ingin melindungi gadis itu semakin lama semakin besar terasa. Ia kalang kabut, menjaga Meina dengan pengawasan ketat.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION GHOST [SELESAI]
HorrorClay mempunyai arti yang tunduk pada kematian. Salah satu obsesi terbesarnya yaitu ingin hidup kembali, merubah takdir Tuhan yang tidak bisa dirubah karena sudah menjadi ketetapan. Jasadnya hilang bersamaan dengan jaringan yang beredar di satu sekol...