[OG 14] Tumbal Hutan Terlarang

193 24 2
                                    

“Perlindunganmu membawa malapetaka dalam keadilan. Lebih baik diam, daripada berjuang, tapi berujung nyawamu yang menjadi tempat sasaran.”

- Vocational High School -

Prawira Utama

Class RPL

- Student The Hidden Network -

❗❌👻❌❗


Keterpaksaan Yuda mengunci Meina di dalam kamar bukan tanpa alasan. Tetapi ada maksud dan tujuan yang harus segera terselesaikan. Levo dan Bi Ningrum sempat kaget, melihat Meina yang dibawa paksa oleh Yuda hingga berakhirnya lelaki paruh baya itu memukul dinding mansion dengan brutal.

Tangisan Meina tak kunjung berhenti, membuat Yuda meninggalkan area kamarnya, tidak sanggup mendengar jeritan putri kesayangannya itu menangis.

“Aghhh! Bocah sialan!” gerutunya, menahan sakit di bagian tangannya yang sempat tertusuk pedang.

“Maaf Tuan. Mau diobati sekarang?” tawar Pelayannya sudah siap sedia kotak p3k ditangannya.

Yuda mengangguk. “Perbanyak alkoholnya. Bagian sini sangat sakit untuk digerakkan. Serangan bocah ingusan itu, tidak perlu diragukan lagi. Dia ahli dalam hal tusuk-menusuk ... aghh! Pelan-pelan!”

“B-baik Tuan. Maaf, saya tidak sengaja menekankan lukanya,” lirih Pelayan Yuda kembali mengobati tangan kekarnya.

Yuda memijat pelipisnya yang terasa pening. “Fokus mengobati tanganku saja, tidak perlu melihat-lihat wajahku. Saya benci dengan seseorang yang mempunyai mata jelalatan.”

Perkataan Yuda tentu saja sangat tepat sasaran. Peringatan sekaligus sindiran menyakitkan itu hanya tertuju kepada Pelayannya. Tanpa sadar Pelayannya diam tak bisa berkutik, benar saja, satu setengah jam berlalu. Tidak ada pergerakan apapun, selain pandangan fokus kepada tangannya yang terluka.

“Selesai Tuan. Bolehkah saya pergi?” Pelayan itu menundukkan kepalanya, berusaha untuk tidak melihat ekspresi kesal majikannya.

Yuda mengangguk, memberi isyarat menggunakan tangannya. Setalah Pelayan itu pergi dari hadapannya, Yuda kembali melangkah, menemui Meina yang berada di dalam kamar.

“Bagaimana keadaan putriku? Apa sudah baik-baik saja?” tanya Yuda kepada Bodyguard yang berjaga di depan pintu kamar.

“Sepertinya Nona tertidur di dalam kamar Tuan. Sudah setengah jam kami menunggu, kami tidak mendengar lagi suara tangisan dari Nona Meina.” lapor salah satu Bodyguard yang sedari tadi berada di ambang pintu.

Yuda menghela napas panjang. Membuka kunci kamar, menyapa putri kesayangannya. “Sayang ... maafin Papah, nak. Papah tidak bermaksud untuk menguncimu seorang diri di dalam kamar.”

Tidak ada sahutan. Yuda tersenyum, melihat gundukan selimut yang menutupi seluruh tubuh putrinya. Mungkin Meina sedang bersembunyi di bawah selimut tebal itu.

“Meina ...”

“Kamu tidak mau memaafkan Papah? Baiklah. Papah akan menunggumu disini,” ucap Yuda mendaratkan bokongnya ditepi ranjang.

Yuda mengernyit, sudah beberapa menit berlalu. Tidak ada pergerakan dari dalam selimut tersebut.

“Begitu nyenyak kah tidurmu sayang? Sampai tega mengabaikan Papah begitu lamanya,” ucap Yuda sudah mulai kesal dengan sikap acuh putrinya.

“Mei—”

Tunggu. Yuda meremas selimut tebal milik putrinya, melemparnya ke sembarang arah. Kedua sorot matanya menajam sempurna, saat mengetahui tidak ada jejak tidur Meina disana. Sial! Meina tidak ada di kamarnya, yang ia dapatkan hanya balutan guling-guling diselimuti oleh boneka pingky favoritnya.

“PENGAWAL!”

“Siap! Disini Tuan!”

“Kemana Meina? Sialan! Saya memerintahkan kalian berjaga-jaga di depan pintu kamar! Kenapa bisa kecolongan seperti ini? Hah!” Marah Yuda menatap para Bodyguard serta pengawalnya penuh kekecewaan.

“Maaf Tu—”

“TUAN! TUAN! NONA MEINA KEBUR LEWAT JENDELA KAMAR!” teriak salah satu Pelayan yang berjaga di lantai bawah. Melapor kepada Yuda jika putrinya tengah kabur saat ini.

Sudah Yuda duga, jika putri keras kepalanya itu akan bertindak semaunya. “Tutup semua jendela kamar putriku, dia sudah berani menentang diriku rupanya.”

Yuda menyeringai jahat, berjalan ke ruangan bawah tanah. Menemui putrinya yang sudah pasti akan melindungi penyusup yang akan pengawalnya habisi malam ini.

Kita lihat sayang, seberapa besar kecerdikanmu mengelabui Papahmu?

Sedangkan di situasi genting lainnnya, para Pengawal Yuda berhasil membawa Danish ke hutan terlarang untuk mereka jadikan tumbal.

Bulan purnama kian datang, bersamaan dengan langkah kaki Meina yang memata-matai Pengawal Papahnya dari belakang. Meina terkejut, melihat langit yang mulai menghitam.

“Ada apa ini?” bisiknya pelan.

Tangannya yang bergetar, ia tahan di atas ranting. Tatapannya tertuju kepada Danish yang diseret paksa oleh bawahan Papahnya. Begitu liciknya, mereka tega menganiaya Danish yang tidak salah apa-apa.

“Tolong! Lepasin gue! Gue nggak mau mati sekarang njing!” Tenaga Danish sudah mulai melemah, ia tidak sanggup untuk memberontak.

Tubuhnya sudah diikat kencang, membuat Danish menghela napas pasrah. Para pengawal Yuda meletakkan tubuh tak berdaya Danish di atas meja panjang, disana terdapat seorang kakek-kakek yang tengah mengguyur tubuh Danish menggunakan air kembang tujuh rupa.

Harum bunga melati menyeruak memasuki penciuman mereka. Disusul bau asap sesajen, menciptakan kerutan resah di dahi Meina. Gadis itu menundukkan kepalanya, menangis sesenggukan di bawah pohon rindang. Menyaksikan ritual pertumbalan yang kian Yuda lakukan, lewat anak buah suruhannya.

Hush!

Angin kencang dari sebelah barat tiba-tiba datang bersamaan dengan kedatangan Yuda yang menghampiri Kakek tua yang Meina kenal sebagai dukun pertumbalan hutan terlarang.

“Ini tidak bisa dibiarkan. Danish nggak bersalah!” ungkap Meina mengusap air jejak air matanya kasar.

Kakinya mulai melangkah, berniat mendekati Yuda. Namun saat ia bangkit, tiba-tiba kedua kakinya sulit untuk di langkahkan. “Hey! Kaki gue kenapa?!”

Wajah Meina memerah kepanikan. Ia tidak mengerti dengan kakinya yang seolah-olah menolak untuk di langkahkan. Terasa kaku, dan berat untuk bergerak.

“Jangan temui para pendosa itu. Kamu tidak akan sanggup melawan ilmu hitam darinya.” Suara tanpa rupa itu tiba-tiba hadir, membuat Meina meringis dengan bulu kuduknya yang berdiri ketakutan.

“L-lo siapa?!”

“Aku disampingmu,” bisiknya pelan.

Meina melotot kaget. “C-clay?!”

“Ya. Aku terjebak di lingkaran ilmu hitam ini, selepas Danish mengikuti jejakmu kemari.”

“Hah! Kapan gue kesini?” tanya Meina terkejut, pasalnya ia baru saja menginjakan kakinya ke hutan terlarang itu setelah beberapa tahun ke belakang.

Meina tertawa kecil. “Jangan bercanda, Clay. Gue nggak pernah datang kesini. Terakhir kali gue kesini, pas kematian Mei—”

“ARGHHH!!”

“Danish!” teriak Meina kaget dengan jeritan Danish malam ini.

Meina menutup mulutnya, menatap keranda putih melayang-layang ke atas, di dalamnya ada Danish tengah melawan rasa sakit yang menyerang seluruh tubuhnya. Jujur saja, Danish tidak kuat menahan rasa panas sekaligus rasa nyeri yang menusuk-nusuk bagian dadanya.

Bunda ... tolongin Danish Bunda ...


❗❌👻❌❗

Gess jangan lupa vote and coment dan follow akun WP aku yapp Dy_Nana07 thank you 🤩♥️👻

OBSESSION GHOST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang