"Manusia hanya mampu berkeluh kesah, tanpa usaha untuk mengasah jati dirinya."
- Vocational High School -
Prawira Utama
Class RPL
- Student The Hidden Network -
❗❌👻❌❗
Prang!
Yuda membanting piring kaca yang berisikan kuah ayam. Semua para pelayannya menunduk takut, begitupun dengan para maid yang meneguk ludahnya susah payah.
“Pengawal tidak becus! Menjaga satu perempuan pun kalian kecolongan. Bagaimana jika saya tugaskan untuk menjaga sepuluh perempuan? Hah!”
“M-maaf Tuan. Saat hujan tiba, kami kehilangan jejak Nona. Tapi yang saya yakin. Danish telah lancang membawanya pergi dari sekolah,” lapor salah satu pengawal yang sedari tadi standby di parkiran. Namun saat menyadari Meina tidak terlihat di area sekolahan, mereka pun memutuskan pulang dengan informasi seadanya.
Rahang tegas Yuda mengeras sempurna. “Cari Meina sampai dapat! Jangan berani menginjakkan kaki ke hadapan saya, sebelum kalian membawa anak saya pulang dengan selamat.”
“BAIK TUAN!” serentak. Sepuluh pengawal Yuda kembali berpencar, mencari keberadaan Meina yang hilang entah kemana.
Shit! Anak sialan!
Kaki jenjang Yuda melangkah ke arah ruang bawah tanah. Tidak lupa umpatan kasar yang ia lontarkan untuk anak semata wayangnya yang pembangkang.
“Kamu lupa Papahmu ini siapa? Meina?” tanya Yuda kepada dinding polos di hadapannya, lalu tangannya mengambil pisau, menyayat lengannya tanpa ada rasa sakit sekalipun. Mengukir nama anaknya, dengan seringai mengerikan.
****
Meina tercengang melihat Danish yang sedang berdiri ke arah kiblat, mengangkat kedua tangannya, dengan lantunan suara ...
“Allahuakbar!”
Meina tidak mau mengganggunya. Gadis itu duduk ditepi ranjang kamar, menunggu Danish menyelesaikan ritual ibadahnya, dengan kedua bola mata yang menerawang keluar jendela. Meina menghela napas panjang.
“Hujannya deras banget,” gumam Meina pelan.
Tanpa disadari Danish sudah selesai shalat isya. Ia bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Meina.
“Lo mau shalat, Mei?”
Meina tersentak kaget. “S-shalat?”
Danish mengangguk. “Nggak lagi halangan 'kan?”
“Ehh ...” Meina menggigit bibir bawahnya gugup. “G-gue nggak pernah shalat.”
Danish melotot kaget, ia langsung menutup mulutnya. “Sorry, Mei. G-gue nggak tau kalau lo—”
“Gue Islam,” potong Meina, takut jika Danish mengira ia bukan beragama Islam.
Mendengar hal itu Danish melotot kembali. Kali ini ekspresi wajahnya lebih serius, “Jangan becanda, Mei. Katanya Islam kok nggak pernah shalat. Haha ... ngada-ngada lo.”
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION GHOST [SELESAI]
HorrorClay mempunyai arti yang tunduk pada kematian. Salah satu obsesi terbesarnya yaitu ingin hidup kembali, merubah takdir Tuhan yang tidak bisa dirubah karena sudah menjadi ketetapan. Jasadnya hilang bersamaan dengan jaringan yang beredar di satu sekol...