[03 OG] Ruangan Lantai 7

373 37 0
                                    

“Mereka berada di dekatmu, namun mereka bersembunyi untuk menutupi wujud asli. Dia ada, dia tidak pergi. Dia hanya tidak terlihat oleh mata, tapi bisa dirasakan lewat udara.”

- Vocational High School -

Prawira Utama

Class RPL

- Student The Hidden Network -

❗❌👻❌❗

Lingsir wengi sliramu tumeking sirno~
Ojo tangi nggonmu guling ~
Awas jo ngetoro ~

Alunan lagu mengalun merdu, menyempit gendang telinga Liza yang kini membasuh wajahnya menggunakan air kran. Gadis itu tertegun dibalik pintu, hanyut akan lirik yang ia dengar dari dalam toilet.

“Kok perasaan gue nggak enak ya?” gumam Liza mengusap tengkuk lehernya yang terasa basah, antara basah dari air kran atau basah karena keringat dingin yang bertubrukan.

Track

Tubuh Liza menegang sempurna, merasakan pandangannya menggelap akibat lampu toilet tiba-tiba mati. Tangan gemetarnya meraba-raba dinding yang basah, mencari letak knop pintu toilet itu berada.

Ceklek ....

Ceklek!

Ceklek!

Terkunci. Liza menjambak rambutnya kepanikan. Dalam situasi genting seperti ini ia terjebak di dalam toilet yang sunyi, ditemani gelapnya lampu yang tiba-tiba mati. Lengkapnya lagi pintu toilet sekarang tiba-tiba terkunci rapat, membuat Liza mengigit bibir bawahnya ketakutan.

“TOLONG! SIAPAPUN TOLONG!”

Lingsir wengi sliramu tumeking sirno~
Ojo tangi nggonmu guling ~
Awas jo ngetoro ~
Aku lagi bang wingo wingo ~
Jin setan kang tak utusi ~
Dadyo sebarang ~
Wojo lelayu sebet ~

Deg!

Lagu itu lagi.

“Aretha! Gue tau itu lo. Please buka pintunya! Gue mau keluar!”

Hening. Tidak ada seseorang pun menyahuti teriakannya.

Liza menggedor-gedor pintu toilet menciptakan suara bising. “Aretha! Gue tau nyanyian lo itu bagus. Cepet bukain pintunya! Gue enggap di dalam mati lampu!”

Untuk yang kedua kalinya Liza mengomel. Tidak ada jawaban dari teriakannya. Ia menghela napas panjang, sampai akhirnya lampu pun menyala. Namun sedetik kemudian mati kembali.

“Aretha! Jangan mainin lampu!” teriak Liza murka. Pasalnya bukan sekali atau dua kali, tapi beberapa kali.

Oke. Kali ini kesabaran Liza sudah habis, ia menendang pintu toilet namun tidak ada hasil apapun hingga ketika ia berbalik menghadap kaca.

Deg!

Di depan pantulan kaca toilet. Sosok perempuan memakai baju lusuh serta bibir pucat berlumuran darah menyeringai dibelakang tubuh Liza, bersiap mencekik lehernya yang dibanjiri keringat dingin.

“AAA! JANGAN BUNUH GUE PLEASE! GUE EMANG ANAK PANTI ASUHAN! TAPI GUE JUGA MASIH PUNYA MASA DEPAN! JANGAN CEKIK GUE SETAN!!” teriak Liza menutup wajahnya berbarengan dengan suara pintu toilet yang terbuka, menampilkan Siswi bernama Meina menatapnya kebingungan.

“Meina!”

Liza langsung berlari memeluk tubuh Meina erat. “Na ... gue takut.”

“Lo kenapa?” tanya Meina tampak kaku direngkuh erat oleh Liza yang kini meredam lirihan suara beratnya.

“Gue ...”

“Woy! Kalian ngapain peluk-pelukan di depan pintu toilet?” Aretha datang dengan sebungkus roti tawar di genggaman tangannya.

Liza menatap Aretha dengan mata berkaca-kaca. “Aretha! Lo 'kan yang tadi nyanyi-nyanyi lagu pengundang arwah kematian?! Lo mikir lah anjir gue hampir mati konyol tadi!”

Aretha mengernyit. “Jangan asal tuduh! Gue emang suka nyanyi, tapi sumpah. Gue nggak pernah nyanyiin lagu pengundang arwah kematian. Jangan aneh-aneh deh!”

“Tapi tadi jelas banget, itu suara lo!” sewot Liza sudah hafal betul karakter suara merdu Aretha yang sering booming di sosial media.

Aretha tertawa terbahak-bahak. Tangannya bersedekap dada. “Habis dari toilet otak lo kayaknya mulai geser. Oh apa mungkin, lo kali yang sering main susuk, makanya banyak setan yang ngikutin lo.”

Liza melotot tidak terima. “Jangan asal ngomong lo! Gue nggak pernah main ilmu hitam kayak lo.”

“Gue juga nggak pernah mainin begituan Liz! Kalau perlu gue ingetin. Ada satu pepatah pernah mengatakan, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lo fitnah gue, sama aja lo udah bunuh temen lo sendiri!” bantah Aretha tidak mau kalah.

Keduanya berdebat di depan pintu toilet. Membuat Meina mau tidak mau ikut andil, memisahkan kedua teman kelasnya yang semangat beradu mulut, tidak mau kalah satu sama lain.

“Ck, kalian kenapa jadi ribut gini sih. Mending sekarang kita jengukin Elvan di UKS, gue tadi baru dapet info dari Faqih lewat handphone. Katanya Elvan udah ditemukan dalam keadaan pingsan di lantai tujuh.”

“Lantai tujuh?” tanya Aretha kaget.

“Kok bisa Elvan ada di lantai tujuh? Bukannya dalam peraturan Prawira Utama jangan ada Siswa yang masuk ruangan itu?” Liza pun ikut bertanya dengan ekspresi terkejut bukan main.

Meina terdiam sejenak. “Gue belum tau pasti kejadiannya kayak apa, makanya gue cari lo buat jengukin dia di UKS. Ayok!”

Ketiganya beranjak dari area toilet pojok kelas. Berniat menemui Elvan yang kini tidak sadarkan diri di atas brankar. Pertanyaan demi pertanyaan belum terjawab sampai sekarang, karena sang korban masih setia menutup matanya, sampai akhirnya suara bel masuk kelas berdering, menutup pembahasan yang diliputi rasa penasaran.

❗❌👻❌❗

40 coment untuk lanjut😄

OBSESSION GHOST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang