[OG 11] Kehilangan Sosok Clay

236 25 0
                                    

"Bukan hak untuk kita memilih, bukan banyaknya teori yang mesti kita gali, tapi keadilan yang seharusnya kita tegakkan kembali."

- Vocational High School -

Prawira Utama

Class RPL

- Student The Hidden Network -

❗❌👻❌❗


Biasanya ketika Danish bangun tidur Clay sudah standby di depan pintu kamar mandi. Menatap Danish tanpa ekspresi, kecuali wajahnya yang pucat pasi. Namun kali ini tidak lagi. Sosok angkuh yang sering Clay pancarkan menghilang, bak ditelan bumi.

Danish menghela napas panjang, menggeleng-gelengkan kepalanya dari kanan ke kiri beberapa kali. "Please, Nish. Dia tuh setan, nggak perlu lo pikirin dia sampe kayak gini!"

Laki-laki itu mengacak rambutnya frustasi. Berusaha untuk tidak memikirkan kemana hilangnya Clay setelah ia pulang kemarin malam. Kakinya melangkah, memasuki kamar mandi dengan perasaan tak karuan.

Seharusnya Danish bersyukur karena tidak ada lagi beban di kehidupannya, namun ternyata berbanding terbalik. Danish seakan-akan merindukan kehadiran Clay yang terus mengusiknya kemanapun ia pergi.

***

Keadaan kelas 12 Rekayasa Perangkat Lunak begitu sunyi. Alisnya mengerut, kebingungan. Danish berjalan mendekati Liam yang sibuk memainkan handphonenya. "Pak Bandi nggak masuk, Li?"

"Guru-guru lagi ada rapat," jawabnya dengan pandangan fokus kedepan.

Danish menganggukkan kepalanya, melirik meja Meina yang masih kosong. "Meina nggak sekolah?"

"Sekolah, lagi ikut rapat juga sama guru-guru. 'kan dia pengurus OSIS," jawab Elvan yang duduk di pojok ruangan sambil membaca buku pelajaran.

"Oh, kirain nggak sekolah."

"Tumben nanyain Meina. Kangen ya?" celetuk Faqir yang sibuk berdzikir dengan tasbih di genggaman tangannya.

Danish memicingkan sudut matanya sinis. "Lo lagi wiridan juga masih sempat-sempatnya aja ngatain orang. Kagak! Gue nggak kangen sama dia. Cuma aneh aja, itu orang 'kan paling rajin sekolah, berangkat pagi buta. Gue ngerasa aneh aja kalau dia tiba-tiba nggak ada di kelas."

"Ngeles aja lu, Nish," timpal Aretha ikut-ikutan meledek.

Danish memutar bola matanya malas. Ketika semua orang sibuk dengan dunianya masing-masing. Menyilangkan kedua tangannya di atas meja, menutup matanya perlahan dengan spotify yang dinyalakan. Tanpa sadar Danish terlelap, melupakan tujuannya datang ke sekolah untuk belajar.

"Clay! Kok lo disini? Lagi ngapain?" tanya Danish menepuk-nepuk pundak Clay yang bersandar dibawah pohon.

Mata sayu Clay mengerjap-ngerjap. "Danish?"

Danish mengangguk. "Eh bentar, kok gue bisa pegang lo Clay? Bukannya lo setan ya?"

Clay menggeleng dengan tatapan terkejut. "A-aku nggak tau."

Danish mengernyit sesaat, namun setelah itu ia tersenyum lebar. Menarik tangan Clay, lalu memeluknya erat. "Clay! Lo tau nggak? Semenjak lo nggak ada, hidup gue tuh kayak sepi banget. Tapi setelah gue lihat lo, perasaan nggak enak gue jadi mereda. Gue harap lo nggak akan pernah ninggalin gue Clay."

"K-kamu kesepian?" tanya Clay tidak mengerti dengan apa yang Danish bicarakan.

Danish mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, bak bayi yang baru saja diberikan asi oleh sang Ibu. "Gue juga nggak tau Clay, tapi itu yang gue rasain."

Clay tersenyum tipis, namun tak lama kemudian senyumannya mulai memudar. "Pulanglah Danish. Dan jaga temanmu, hutan disini tak aman untukmu tempati."

Tatapan Danish berubah linglung. "Teman? Maksud lo siapa Clay?"

Clay terdiam membisu, lalu menghilang dari pandangan Danish membuat laki-laki itu mematung. Danish berteriak, mencari keberadaan Clay yang menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun.

"Clay! Clay! Lo dimana Clay!"

"CLAY!!"

Semua orang yang berada di kelas menoleh ke arahnya. Refleks Danish berdehem, merapihkan rambutnya yang berantakan.

"Lo kenapa?" tanya Elvan menatap Danish kebingungan.

Danish menggeleng-gelengkan kepalanya. "Masih jam kos?" Bukannya menjawab, Danish malah balik bertanya.

"Masih."

"Gue ke toilet dulu," ucapnya singkat. Laki-laki itu langsung beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan teman sekelasnya yang rundung kebingungan oleh sikap Danish yang tiba-tiba berteriak, lalu keluar sempoyongan seperti orang tak tak harus arah dan tujuan.

"Danish kenapa sih?" gumam Liam pelan, namun bisa terdengar oleh Faqih yang duduk tepat di sebelah kanannya.

"Nggak tau. Mimpi buruk kali, lo nggak liat? Mukanya tiba-tiba ketakutan gitu?" ucap Elvan menanggapi kerutan aneh di wajah teman kelasnya itu.

"Nah iya juga," balas Liam menyetujui.

❗❌👻❌❗

AKHIRNYA UPDATE SEKIAN ABAD AKU SEMEDI😣

JANGAN LUPA VOTE

COMENT

SHARE JUGA KAWAND🤗

OBSESSION GHOST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang