35

721 66 2
                                    

Happy reading.




  baru saja mengantar Jake kerumah sakit, orang tua Sim hampir jantungan saat mendengar kabar dua calon menantu mereka diserang saat hendak pulang dari pemakaman Jaeyun tadi. apalagi keduanya dirumah sakit yang sama dengan Jake. 

orang tua Lee dan Park juga tergopoh gopoh datang kerumah sakit saat mendengar kabar tentang kedua anak mereka. ketiga anak dari keluarga berbeda itu dibaringkan diruangan VVIP yang sama. agar tidak repot. 

kondisi Heeseung tidak terlalu serius. dia memang cedera tapi tidak terlalu parah. yang paling parah bagian bahunya yang tadi tertembak. ternyata peluru itu tidak menyerempet, tapi menyangkut dikulit bahu Heeseung. 

sedang Jay yang kondisinya parah. kepalanya bocor karena menghantam kaca jendela mobil yang pecah karena efek benturan. kakinya terjepit dengan posisi yang membuat ngilu. kakinya patah. 

Dokyeom dengan marah langsung menghubungi asistennya agar mencari tahu siapa yang menyerang mobil anaknya itu. sementara Joshua menangis kecil disudut. dipeluk oleh Taeyong dan Seungmin yang tidak bisa berkata kata melihat kondisi anak anak mereka. 

anak anak Jake menonton disudut ruangan. ngeri melihat kondisi kedua ayah mereka itu. Kyungmin bahkan sampai menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Minyoung setelah dia melihat bahu Heeseung dan kepala Jay. 

dua jam setelah Dokyeom menghubungi asistennya, asistennya datang kerumah sakit dan memberi tahu siapa pelakunya. dia mengetuk pintu ruangan itu. yang dibukakan oleh Taeyong. dalam ruangan itu ada ruangan lagi. ruangan tempat bagian darurat. Heeseung dan Jay dibawa kesana. 

asisten Dokyeom itu membungkuk dan lalu menyerahkan berkas berkas kepada Dokyeom. setelah itu dia undur diri dan bergegas pergi lagi. Jaehyun dan Jeongin mendekat kearah Dokyeom. Jeongin terperangah menatap foto orang yang telah menyerang anaknya. 

Park Sunghoon. 

_______________________

   "Sunghoon!!" seru Jiwoong. dia berlari menuju sebuah sel darurat. memegang jeruji besi disekitarnya. memandang Sunghoon yang berada disudut. tatapan mata Sunghoon menerawang dan dia hanya melirik sekilas Jiwoong. 

dengan raut wajah bingung bercampur panik Jiwoong menoleh kearah dua polisi yang berdiri didekatnya. "Ada apa ini?" tanya Jiwoong bingung. salah satu dari dua polisi itu berdeham. "Park Sunghoon telah menabrak dengan sengaja mobil milik penerus keluarga Lee dan Park. menyerang tuan Lee Heeseung dan tuan Park Jongseong dengan terencana. membawa pistol ilegal" 

iris Jiwoong membesar. dia menatap kearah Sunghoon yang tidak berkata apa apa. dia tidak melawan sama sekali dari tadi. malah dia meminta minta kepada polisi polisi disekitarnya untuk menembak mati dirinya. 

polisi polisi itu sedikit tidak tega, apalagi saat mereka melihat perut Sunghoon yang mulai membuncit. mereka menduga duga kenapa pemuda manis itu menyerang dua penerus keluarga Lee dan Park itu. 

Jiwoong terlihat terpukul. dia menatap Sunghoon tidak percaya. "Sunghoon.. kenapa kau melakukan hal ini?" tanya Jiwoong setelah dirinya masuk kedalam sel tempat Sunghoon dititipkan untuk sementara. dia memegang lembut jemari lentik Sunghoon dan menciumnya sekali. 

mata Sunghoon berair. air mata menetes dari sudut matanya. "Aku tidak tahan lagi.." bisiknya. tanpa balas menggenggam jemari Jiwoong. dia menyandar kedinding sel yang dingin dan memejamkan matanya. 

"Kak. aku mau mati.. aku tidak ingin hidup. aku tidak kuat.." 

dengan terkejut Jiwoong menatap wajah Sunghoon. menangkup dua belah pipi Sunghoon yang tembam itu. "Apa yang kau bilang? Sunghoon, jangan. ada apa??" tanya Jiwoong khawatir. dia memegang jemari Sunghoon dingin semakin erat. 

ini bukan hanya soal Jay. dua hari yang lalu Sunghoon pulang kerumah orang tuanya. disana dia disiksa oleh Yeri. bukan hanya itu, Yeri membawa Sunghoon kesebuah klub malam dan lalu banyak orang yang memperkosa Sunghoon disana. 

mereka tidak peduli jika Sunghoon sedang hamil dan dengan buas menggangbang Sunghoon. Sunghoon ditinggalkan begitu saja paginya dengan kondisi menyedihkan. saat dia berusaha kembali dari klub malam itu kerumahnya, dia langsung disambut dengan pukulan dan hajaran dari kedua orang tuanya. 

kemudian dia melewati rumahnya dulu dengan Jay saat dia masih bersama dengan Jay. pandangan Sunghoon dipenuhi rasa kebencian dan kesedihan. jika saja Jay tidak meninggalkannya, hidupnya tidak akan sesengsara ini. 

itu membuat Sunghoon diam diam mencuri sebuah pistol diklub malam sebelumnya dan mengambil mobil milik pelayan bar. mobil itu dapat dia ambil dengan mudah pun karena dia telah menembak pecah kepala pelayan bar tersebut. 

rupanya hanya sedikit kewarasan yang tersisa pada diri Sunghoon. dia terlalu dibutakan dengan kesengsaraan, dendam, kesedihan, dan juga kesepiannya. dia pergi kerumah orang tuanya, menembak pecah kepala Yeri dan kedua orang tuanya tanpa ada rasa kasihan. 

dan lalu Sunghoon mengikuti Jake. rencananya dia ingin membunuh Jake. itu adalah kesempatan emas. Jake hanya berdua dengan anak perempuannya. tetapi entah kenapa Sunghoon tidak bisa menarik pelatuk pistolnya. dia menatap Jake yang sedang berdoa didepan makam Jaeyun dan menangis. 

Sunghoon tidak kuat. dia memalingkan wajah dan masuk kembali kemobil. tepat saat itu mobil dua penerus keluarga sukses calon suami Jake itu sampai disana. rasa dendam kembali membara. membakar hati Sunghoon. 

Sunghoon melihat jika Jake dan anak anaknya menggunakan mobil yang berbeda dengan Jay serta Heeseung, dan dia dengan rasa senang juga ketakutan mengikuti mobil Heeseung dan Jay. tepat saat mobil mereka berhenti dilampu merah, Sunghoon tidak peduli langsung menabrakkan mobilnya sendiri kemobil mereka. 

jika dia mati bersama keduanya, itu lebih baik. 

tapi tidak. dia selamat dan sialnya kedua calon suami Jake itu juga selamat walaupun kondisi mereka parah. Sunghoon tidak peduli akan kakinya yang luka menerobos keluar dari mobilnya dan menembak Heeseung yang sebenarnya tidak memiliki salah padanya. 

dia tidak peduli saat dirinya ditangkap oleh polisi. dia berpikir hidup dipenjara tidak akan sama parahnya dengan hidupnya selama ini. lebih baik dirinya dipenjara dibanding hidup normal. para polisi melihat keputus asaan pada Sunghoon dan mereka tidak tega untuk memperlakukan Sunghoon seperti mereka memperlakukan kriminal lainnya. 

apalagi saat melihat bahwa Sunghoon sedang hamil besar. 

mata Jiwoong ikut berkaca kaca saat melihat wajah Sunghoon. tidak ada lagi semangat hidup pada diri Sunghoon. pandangan matanya kosong dan tangannya lemas. Sunghoon hanya memandang langit langit. "Sunghoon. kumohon, dengarkan aku. ingat lah, aku masih berada disisimu. aku akan selalu bersamamu. dan ingat bahwa kau masih memiliki bayi diperutmu" 

pandangan Sunghoon tidak berubah. matanya berkaca kaca sedikit dan lalu dia mengerjap beberapa kali sebelum dia memejamkan matanya. "Kak Jiwoong.. tolong bunuh aku.. aku tidak bisa hidup lagi.. biarkan aku menggugurkan anak diperutku ini"

Jiwoong menggeleng. dia menggenggam jemari Sunghoon dengan lebih erat, matanya makin berkaca kaca melihat wajah Sunghoon yang mengenaskan. "Sunghoon. kumohon.. aku masih ada disini. bersamamu. aku akan selalu bersamamu, aku janji. aku akan membawamu pergi dari keluarga brengsekmu itu" 

Sunghoon menggeleng. sungguh tidak ada lagi keinginannya untuk hidup. dia tidak akan juga bisa membalas dendam. setidaknya dia sekarang bisa mendekam dipenjara. 

Tbc. 

Hoonie.. T__T

TWINZ [HEEJAYKE] (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang