Bab 7

3.7K 460 14
                                    

Sophie menyipitkan mata, kadang dia masih harus beradaptasi dengan terang dari kumbang api berwarna kebiruan di penginapan. Ini adalah malam ketiga Sophie di Wysterina. Seperti kata Roran, dia minta Sophie tinggal di penginapan sampai dia datang menjemputnya.

Roran mungkin lupa, kalau sophie bisa saja tidak sendirian. Dia datang bersama pedagang bernama Thaddeus, dan sebenarnya dia masih diizinkan tinggal di rumah megahnya di pusat kota. Tapi Thaddeus sama sekali tidak mencarinya, dia mungkin sudah lupa dan kembali sibuk dengan urusan bisnisnya.

Sophie sempat setuju untuk membuat satu botol parfum dragon blood lagi, dan Thaddeus berjanji memberikan bahannya. Kali ini Sophie akan menerima bayaran penuh. Tapi entah kenapa thaddeus tidak mencarinya.

Masalahnya, uang Sophie tidak banyak. Paling lama dia hanya bisa menginap tiga hari lagi. Sophie juga merasa sayang,  uang itu sebenarnya bisa untuk menyewa gerobak atau benda apapun yang bisa menghasilkan uang. Tapi impulsif dan tidak suka berpikir panjang memang sifat buruk roran.

Sophie berharap thaddeus tidak berubah pikiran dan Sophie bisa menjual parfum dragon blood untuknya. Lumayan, setidaknya Sophie bisa menerima 2000 krom. Itu jumlah yang sangat besar untuk memulai hidup baru.

Sophie memainkan garpu perunggunya di piring keramik. Setangkup roti lapis dengan irisan keju, telur dan selada. Hanya itu makan malam yang bisa dia beli dengan sisa uang yang ada. Besok, dia mungkin hanya bisa makan beberapa potong roti tanpa sup, atau menyimpan sup dingin jatah sarapan di setiap paginya.

Kemana Roran? Sophie benci dengan segala ketidakjelasan yang melingkupinya saat ini.

"Anda yang bernama Sophie, miss?" Tiba-tiba sebuah tepukan di pundak membuyarkan lamunannya.

"Apa?" Sophie balik bertanya.

Orang itu, memiliki ekspresi datar, cenderung pahit seolah tidak pernah bersenang-senang. Mulutnya ditekuk dan pakaiannya lumayan bagus. Dia seperti pegawai kerajaan berpangkat. Rambutnya keriting dan diikat ke belakang.

"Anda harus ikut kami, sekarang,"

"Saya tidak mengenal anda,"

Pria misterius itu mengeluarkan sebuah emblem dari balik jas cokelatnya. Bentuknya bulat, berbahan perak dan ada lambang kuda pegasus di sana. Sophie tidak suka belajar dan dia lama tidak bersekolah tapi dia kenal kalau itu adalah lambang dari kerajaan Anatoille. Hanya saja dia tidak tahu apa maksud orang itu menunjukkan itu kepadanya.

"Saya utusan istana, anda harus ikut kami, miss,"

Sophie merasa enggan, ada beberapa alasan kenapa dia harus menolak. Pertama dia janji kepada Roran untuk tetap berada di penginapan. Kedua, orang itu sudah berada di penginapan itu selama berhari-hari. Sophie selalu melihatnya ketika waktu sarapan atau ketika makan malam tapi kenapa dia tiba-tiba menyapa dan meminta Sophie ikut?

Lalu darimana Sophie tahu kalau emblem itu asli?

"Saya tidak bisa meninggalkan tempat ini," Sophie menggeleng.

"Maaf miss, tapi–"

Sophie merasa terancam, dia tidak tahu kenapa. Tapi mengingat yang dikatakan Roran, bisa saja mereka terlibat dalam bahaya. Gadis itu kehilangan nafsu makannya dan beranjak segera dari kursinya.

Dengan langkah sedikit kasar, Sophie menyambar tas pribadinya yang selalu dia bawa dan berlari keluar.

"Hey!"

Sophie bisa mendengar orang itu merutuk dan memanggil. Sophie telah melanggar perintah Roran, dia kabur. Tapi dia berjanji akan kembali lagi ke penginapan setelah orang itu menyerah. Mungkin dia bisa bersembunyi di dapur, atau ruang loker. Apapun itu, Sophie hanya berpikir untuk menghindar dari orang itu.

Ketika sophie merasa kakinya mulai melemah, dia menyelinap ke celah sempit di antara rumah-rumah yang dibangun padat. Dia terengah, berusaha agar tidak ketahuan.

"Dia di sana!"

Sophie terkesiap. Dia kembali berlari, tidak tahu arahnya kemana. Dia hanya merasa harus kabur. Kali ini dia melangkah ke lapangan terbuka. Tapi sekelompok prajurit mengepungnya. Mereka tentara kerajaan dengan atribut lengkap.

Roran, kejahatan apa yang sudah kau lakukan? Apakah dia adalah buronan kerajaan? Tapi sophie tidak pernah melihat poster buronannya di alun-alun kota summerville. Kalau dia kriminal, pasti Sophie tidak bersedia mengikuti rencana Roran.

"Aku tidak melakukan apa-apa!"

Sophie, gemetar, lelah dan takut. Dia hanya punya suara dan kekeraskepalaannya.

"Kami mencari kakak anda, Roran Alderbranch,"

"Apa yang sudah dia lakukan? Tapi kalaupun aku tahu, aku tidak akan–"

"Sophie!" Sebuah suara terdengar dari langit.

Sophie terpana, melihat sosok yang familiar menunggang seekor naga wyvern bersayap lebar.

"Ro- Roran?"

"Wyvern! Dia menunggang Wyvern!"

"Shrieeehh!" Wyvern itu mengembuskan nafas, mengebaskan sayapnya yang mirip kelelawar, dengan pembuluh-pembuluh darah kebiruan tersebar di sana.

Wyvern itu mendarat, mengebaskan ekornya. Membuat beberapa prajurit terpental.

Sophie ketika itu berpikir, Roran benar-benar sudah menjadi kriminal. Menyerang petugas adalah kejahatan besar.

"Ayo naik!" Roran berteriak kepada Sophie.

"Ayo naik!" Roran berteriak kepada Sophie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kau gila?"

Inikah yang Roran maksud dalam suratnya? Dia akan datang dengan cara yang tidak biasa?

"Tembak!" Sophie tersadar, ada pasukan lain. Dengan seragam yang berbeda.

Mereka membawa busur dan panah serta tombak. Kemudian secara bersamaan mereka semua menembak Wyvern itu.

Serangan mendadak itu, membuat lengan Roran tertusuk panah.

"Aarrgh!" Roran terjatuh.

"Roran!" Sophie berlari ke arahnya, dia cemas luar biasa.

Roran menjatuhkan diri dari wyvern, kemudian menerima pelukan Sophie.

"Hentikan tembakan!" Pria keriting yang ada di penginapan berseru emosional. Dia memamerkan emblemnya lagi.

"Kami penjaga kota Wysterina hanya ingin menyingkirkan ancaman,"

"Wyvern itu dan penunggangnya adalah urusan prajurit kerajaan! Mundur! Atau kalian semua akan didakwa atas pemberontakan!"

Sophie mulai menangis, dia membayangkan akan berpisah dengan roran untuk selamanya. Darahnya mengalir begitu banyak. Sementara Wyvern yang tadi ditunggangi Roran sudah terbang menjauh.

"Astaga! Astaga! Kita harus mencari dokter!"

Prajurit Wysterina, perlahan mundur. Mereka jelas tidak mau berhadapan dengan prajurit kerajaan.

"Siapapun, tolong kami," kata sophie lirih. Roran tampak kesakitan, pria keriting itu berjongkok di dekatnya, dan memperhatikan panah yang menusuk lengannya.

"Panah dengan racun, tapi panah seperti ini tidak akan membunuh Wyvern. Prajurit! Interogasi pasukan wysterina tadi, cari tahu siapa yang memberi perintah," kata pria itu dengan raut tegas.

"Kalian, jangan memberontak lagi kalau mau selamat. Hanya dokter istana yang bisa menyembuhkan luka seperti ini," Katanya lagi.

****

Terima kasih masih setia membaca. Jangan lupa vote dan komentar yaa

Taming The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang