"Beraninya kau menentang kami! Kami utusan duke Caleigh. Kami tidak akan segan menyita tanah dan hartamu karena ini!" Salah seorang pengawal membentuk thaddeus.
"Aku tidak tinggal di sini, kalian tidak punya apapun untuk mengancamku," Thaddeus bersikap tenang. Tentu, dia tidak bisa begitu saja mengakui identitasnya. Tidak akan ada yang percaya. Dia berencana untuk mengurus masalah di Aqua Portia setelah dia kembali ke ibukota. Tapi sepertinya konfrontasi ini tidak terelakkan.
"Orang-orang ini tidak patuh! Upeti yang mereka bayar tidak cukup! Kami akan mengambil benih yang ada," salah seorang pengawal lainnya menjejakkan sepatu bootnya yang berat di tanah yang sudah digali seharian. Thaddeus seketika murka, melihat hasil kerja kerasnya dirusak semudah itu.
"Kami menggarap tanah itu seharian, Menyingkirlah." Kata thaddeus.
Kemudian dua orang dari mereka segera menangkap tangan thaddeus, mengikatnya di belakang punggungnya. Sang duke memberontak. Tapi dia seketika sadar, walaupun dia memberitahu identitasnya, dia mungkin akan berada dalam bahaya lebih besar. Para pengawal itu adalah tentara bayaran. Thaddeus salah satu orang paling penting di kerajaan. Mereka bisa saja berharap mendapat uang tebusan karena menculik sang duke.
Selain itu, mereka bisa saja membawa dirinya ke musuh dengan imbalan uang. Thaddeus berusaha menenangkan emosinya. Dia tidak pernah kehilangan ketenangannya. Tapi, menggarap ladang sangat sulit. Walau thaddeus melakukannya karena terpaksa, dia tidak ingin ladang itu rusak. Hal itu membangkitkan amarahnya yang biasanya selalu bisa dia kendalikan.
"Pikirkan ini dengan otak kalian yang bebal! Kalau kalian mengambil benih dan merusak ladang, lalu bagaimana cara keluarga ini bisa membayar upeti?" Kata Thaddeus.
"Hah? Itu jawaban yang mudah. Mereka bisa bekerja di resort. Mendapatkan gaji dari sana. Kenapa mereka harus memaksakan diri bertani atau menangkap ikan?" Salah satu pengawal itu tertawa meremehkan.
Thaddeus segera tersadar. Mereka menginginkan desa ini bergantung kepada resort. Tujuannya agar mereka bisa membuat warga desa bersedia menjual tanah mereka nantinya. Thaddeus memang suka jika resortnya lebih luas. Tapi walau dia menjalankan bisnis tanpa empati, dia tidak pernah memikirkan cara seperti ini. Atau, mungkin thaddeus tahu, hanya saja dia tidak peduli.
Melihat sang duke dan para pemilik ladang terdiam di tempat enggan bergeser, para prajurit itu memutuskan bertindak lebih keras.
"Tangkap mereka semua yang membangkang!"
Ketika itulah thaddeus bergabung dengan para petani, menuju sebuah tempat yang asing baginya. Tentunya dia punya rencana. Dia sengaja ikut dengan mereka.
***
Sudah lebih dari tiga hari thaddeus tidak kembali. Tentunya, sophie mencurigai ada yang tidak beres dan segera mencari Carl dan Andrei. Pasukan pencari segera dikerahkan namun sophie tidak kunjung mendapat kabar.
Sang duchess berada di resort, di sebuah paviliun yang telah disewa khusus untuk rombongan sang duke. Dia enggan mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih elegan, apalagi berdandan. Sophie tampak pucat karena dia khawatir setiap malam. Selain itu, rasa bersalah juga menderanya terus menerus.
Dia meremehkan gelar duke dan duchess. Dia pikir semua akan baik-baik saja asalkan identitas mereka tidak ketahuan. Seharusnya kegiatan relawan itu bisa berjalan dengan baik-baik saja. Tapi, sophie dengar thaddeus melawan para prajurit bayaran di ladang yang dia bantu garap. Kini dia menghilang.
Sophie ditemani oleh Andrei, yang walaupun tetap melayaninya dengan patuh, tidak bisa mengenyahkan tatapan menghakimi terhadap sophie. Tentu saja, ide sophie yang tidak biasa telah membawa sang duke dalam bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...