"Sudah kubilang, Thaddeus Emeric Caleigh itu berbahaya," Roran mengangguk yakin sambil melipat tangannya. Dia berdiri di tepi jendela sebuah kamar yang ada di kastil istana. Roran mengenakan pakaian kebesarannya sebagai ksatria, termasuk beberapa bros militer dan gelarnya sebagai putra mahkota.
Roran menyisir rambutnya rapi dan menahannya dengan minyak rambut. Dia terlihat seperti baru saja mencelupkan rambutnya di air. Penata rambutnya hari ini benar-benar berusaha keras untuk menjinakkan rambutnya yang ikal kaku.
"Aku sudah berbicara dengan ajudan raja, termasuk lady Anne dan beberapa perempuan yang pernah menjadi informannya. Dia benar-benar tidak punya hati. Apa dia benar-benar menginginkan kekuasaan sampai sejauh itu?" Kata roran lagi geram.
Rupanya, roran telah melakukan investigasi pribadinya. Menyelidiki kasus-kasus yang melibatkan sang duke selama belasan tahun terakhir. Sayangnya sang duke bertindak dengan rapi dan tidak bodoh membiarkan bukti-bukti. Para informannya seperti Lady Anne, kebanyakan tidak bersedia mengungkap bukti. Karena jika mereka berani, hidup mereka akan hancur seperti Lady Anne.
Selama ini, sang duke menggunakan tangan orang lain untuk melakukan perbuatan kotornya. Membunuh, mencuri informasi, menghancurkan sebuah keluarga, dia telah melakukan hal-hal yang sulit diterima nalar manusia normal. Sang duke, pasti punya anomali di otaknya. Karena dia tidak pernah menganggap dirinya salah. Dia tidak pernah minta maaf apalagi tunduk kepada seseorang.
Bahkan ketika sang raja memerintahkannya untuk menikah pun, dia tidak bersedia tunduk begitu saja, dan memaksa raja mengajukan kontrak boneka. Seorang thaddeus, mampu membuat raja phillip mengikuti caranya. Raja juga jadi seolah menjaminkan nyawa putra mahkotanya.
Kebanyakan yang diceritakan roran sudah diketahui oleh Sophie. Dia sudah berbulan-bulan tinggal di sana. Walau thaddeus bisa menjadi sangat keji, anehnya semua staf di mansion caleigh tetap menghormatinya. Sophie tidak bodoh untuk tahu kalau loyalitas mereka bukan karena ancaman atau dibawah pengaruh parfum. Thaddeus, sangat jarang menggunakan parfum untuk orang-orangnya sendiri.
Mungkin karena itu juga banyak yang loyal terhadapnya, dan tidak bersedia menjual kesetiaannya terhadap sang duke.
Pada dasarnya, selama menjadi sekutu Thaddeus, mereka akan aman. Bahkan tidak sedikit yang memiliki karir bagus dan hidup sejahtera. Sebaliknya, memusuhinya hanya akan mempercepat penderitaan mereka di dunia.
Roran berkata seolah dia mengenal sang duke dan bisa saja mengalahkannya. Tapi sophie mendengarnya dengan diam. Roran tidak bisa menghadapi Thaddeus. Dia belum siap. Untuk lolos dari muslihat sang duke, Roran harus menjadi lebih licik, lebih tega dan lebih berani. Sophie jadi sadar kenapa raja setuju roran berteman dengan sigmar. Karena sigmar akan mengajarinya dengan dunia kejahatan, membuatnya akrab dengan hal-hal tidak terhormat yang bisa dilakukan oleh manusia.
Tapi itu belum cukup. Roran harus memperkuat dirinya. Apalagi, sang duke punya kartu truf lain. Rayya, seorang putri dari Navaran, entah bagaimana punya perjanjian rahasia bersama Roran. Walaupun roran melakukannya sebelum dia menjadi putra mahkota, tetap saja itu adalah kejahatan yang bisa membuatnya menerima hukuman mati.
Sophie tahu Roran tidak akan bersedia melakukan hal buruk demi melindungi kepentingannya. Tapi, bagaimana jika roran berubah? Bagaimanapun, raja dan sigmar perlahan membawanya ke arah sana. Namun, sophie pribadi berharap Roran tidak berubah menjadi penjahat tanpa nurani. Sophie masih percaya kalau Roran bisa menjadi raja yang baik, tanpa harus melakukan kejahatan demi melindungi tahta. Itu naif, karena semua pemilik kekuasaan di dunia tidak mungkin memimpin dengan tangan bersih. Tapi, sophie berharap Roran setidaknya masih mempertahankan nuraninya.
"Hei, soph, kau dengar kan? Aku akan mencari cara, untuk membatalkan pertunangan kalian!" Sahut Roran berapi-api. Tatapannya masih sama, lugu dan bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...