"Saya yakin anda sudah tahu kenapa saya meminta anda ke sini," Ratu Charlotte, duduk di singgasana kebanggaannya di istana Ratu. Dia menopang rahangnya yang tirus dengan punggung tangan kanannya sambil menatap sang Duke dengan beragam emosi.
"Ah, apakah ini tentang kesalahpahaman yang terjadi di mansion saya beberapa waktu yang lalu?" Thaddeus memasang ekspresi tenang, seolah itu hal remeh.
"Anda pasti sudah mendengarnya sendiri dari putri Sophia. Tidak ada yang terjadi," kata Thaddeus lagi tenang. Sophie pasti berusaha keras membantah. Dia tidak mungkin bersedia menikah lebih cepat. Thaddeus yakin dia tidak perlu banyak bicara hari ini karena Sophia pasti sudah membujuk Ratu untuk mengabaikan yang terjadi di rumahnya tempo hari.
"Apa? Beraninya kau bicara seperti itu? Putri Sophia menangis kepadaku," kata Ratu geram.
"Maaf?" Thaddeus kini terdengar bingung. Reaksi Ratu kali ini tidak sesuai dengan bayangannya.
"Dia bilang kau yang membawanya ke kamar ketika dia pingsan,"
"Itu benar," thaddeus mengangguk.
"Kau yang mengganti pakaiannya," lanjut Ratu lagi. Thaddeus terdiam. Kenapa Sophie harus menceritakan hal itu?
"Ada kondisi dimana hanya saya yang bisa melakukannya, yang mulia," Thaddeus mencoba menjelaskan dengan tenang.
"Kau juga melanggar ranah privasinya dengan menggeledah lemarinya dan mengekspos rahasianya, itu mempermalukannya," lanjut Ratu.
"Tidak terlalu spesial, saya hanya tahu kalau putri sophia suka membaca novel. Itu bukan sesuatu yang memalukan," kata Thaddeus lagi.
"Benarkah? Tapi kenapa kau harus mengurung diri berdua di kamar dan tidak mengizinkan siapapun masuk?"
"Kemudian, prajurit kami Mary memergoki kalian berpelukan di kamar," Ratu charlotte kelihatan malu ketika mengatakannya.
"Itu memalukan, tidak terhormat dan membuat saya kecewa, your grace. Kau berani menyentuh Sophia sebelum kalian menikah. Kau membuatnya trauma, walaupun dia bersikeras tidak ada yang terjadi, dia tidak bisa menjelaskan tindakan anda," Ratu charlotte menjelaskan.
Thaddeus memaksakan senyum. Sophie memang tidak bisa menjelaskan apapun. Dia sudah mengunci lidahnya dengan mantra. Dia tidak bisa mengungkapkan apapun soal dia menjadi perfumer atau alasan kenapa insiden itu terjadi adalah karena kecelakaan lab.
"Sekarang, berikan saya alasan, your grace. Kenapa kau melakukan itu kepada Sophia? Kalau itu masuk akal, aku akan mengabaikan ini dan kalian akan menikah nanti sesuai yang sudah direncanakan, tapi kalau tidak—"
Thaddeus merenung. Dia terdesak kali ini. Memang, dia tidak akan sepenuhnya menyalahkan sophie. Ratu tidak akan menginterogasinya dengan cara sederhana. Dia mungkin memakai parfum kejujuran yang memaksa sophie harus mengungkap semuanya. Tapi parfum itu bertumbukan dengan mantra yang thaddeus berikan untuk sophie. Gadis itu pasti menderita. Otaknya berusaha dimanipulasi dan dia berjuang keras untuk menceritakan semua tanpa dia membocorkan rahasia sang duke.
"Saya mencintainya, yang mulia. Anda pasti telah mengetahuinya dari media. Saya sudah lama tidak bertemu dan perasaan itu mendorong saya untuk melakukan perbuatan yang tidak terhormat. Saya tidak menyentuhnya, tapi saya sadar telah melanggar kehormatannya, menciptakan skandal di rumah saya sendiri," Thaddeus menundukkan kepala, mengaku.
"Saya berharap yang mulia bersedia mengabaikan ini, membiarkan putri sophia menyelesaikan pendidikannya dan tidak perlu mempercepat jadwal pernikahan kami," Thaddeus membuat permohonan.
Thaddeus tidak bersedia mengungkap rahasia bahwa sophie adalah perfumer spesialis pribadinya. Selamanya kemampuan sophie adalah miliknya, demi kepentingan keluarga caleigh. Untuk itu, thaddeus bersedia disebut mesum, tidak terhormat atau lainnya. Thaddeus akan membiarkan semua kesalahan menimpa dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...