Sophie tidak pernah berpikir kalau dia akan kembali ke tempat itu lagi. Yaitu laboratorium parfum yang berada di pusat kediaman raja. Tempat itu bau minyak esensial dan rempah. Bahkan hidung sophie tidak terlalu yakin bisa memisahkan ratusan aroma yang bercampur menjadi satu. Kelenjar rusa musk yang manis, kulit kayu yang seperti terbakar, wangi anggrek yang samar, daun teh muda yang ditumbuk serta aroma lain.
Setelah dua hari sophie dikurung di kamar gelap tanpa cahaya, indera penglihatannya melemah. Mentalnya goyah, walaupun dia sekuat tenaga tidak mau menangis. Dia sendirian. Tidak ada Roran, entah dia berada di mana saat ini. Sophie seperti biasa, hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.
Tangannya tidak diikat, namun masih terlihat bekas jeratan di tangannya. Dia merasa sebagai kriminal, walaupun bedanya dia diikat menggunakan tali sutra yang lembut. Mungkin para prajurit raja masih melihatnya sebagai bangsawan dan tidak tega membiarkan kulitnya disentuh tali tambang yang kasar.
Sophie hanya membasahi bibir dan kerongkongannya dengan air putih, yang rasanya mirip seperti air minum burung peliharaan roran. Serta beberapa butir anggur serta roti baguette keras. Namun walau perutnya terus merasa lapar, mulutnya enggan memakan apapun. Dia memikirkan roran, kakaknya, satu-satunya keluarganya.
Mereka sudah berjanji untuk saling melindungi. Tapi sophie telah ingkar. Dia merasa kalah, tidak berdaya, lemah dan kelaparan. Sophie melihat ke arah raja phillip yang duduk di salah satu sofa berselimut beludru di sudut kanan lab megah itu. Matanya memicing, menebarkan kebencian yang kentara.
Pria itu dan dirinya, berbagi darah yang sama. Namun sophie tidak merasakan kedekatan sama sekali. Dia tidak akan pernah mengakui phillip sebagai ayahnya.
"Di mana roran?" Sophie sadar bibirnya bergetar ketika dia mengatakannya. Dia menahan geram, meremas gaunnya tegang. Dia ingin tahu sekaligus takut mendengar jawaban phillip.
"Hmm? Bukankah seharusnya kau bertanya kenapa aku membawamu lagi ke sini?"
"Aku tidak peduli,"
"Aku juga tidak peduli soal roran, tapi kurasa dia masih hidup," jawab phillip remeh.
"Sigmar bercerita kepadaku,"
"Apa maksudmu?"
"Dia sudah hidup sangat lama di dunia dan dia tahu banyak soal sihir. Termasuk sihir apa yang kau gunakan untuk mengubah penampilanmu," kata Sophie dingin.
Phillip berdiri, bersandar pada dinding dan melipat tangan. Dia mirip sekali seperti roran, hanya saja, tatapannya berbeda. Dan baunya jelas tidak sama. Hanya orang dengan penciuman tajam dan pernah bertemu langsung dengan mereka berdua yang bisa membedakan mereka. Itu adalah sophie.
"Katakan, aku ingin dengar,"
"Itu sihir kuno dari negeri Utara, kau bisa mengubah dirimu menjadi orang lain. Dengan cara meminum rendaman kuku atau jaringan apapun yang dimiliki oleh orang yang ingin kau tiru," Sophie berujar.
"Tapi, ada syarat paling penting. Orang itu tidak boleh mati. Jadi, kalau kau memang ingin menyamar terus menjadi roran. Kau tidak bisa membiarkannya mati," sahut Sophie tajam.
Raja phillip tersenyum, menunjukkan apresiasinya.
"Sigmar, atau siapapun itu nama aslinya, memang punya pengetahuan yang istimewa. Karena itu, aku tidak bisa membiarkannya mati. Walaupun dia mungkin memang tidak bisa mati," raja berkomentar.
"Apa yang kau inginkan dariku?"
"Kau ingin segera pergi dari sini?"
"Tentu saja, aku tidak suka tinggal di sini,"
"Apa kau pikir aku akan membiarkanmu pergi setelah semua yang kau ketahui? Setelah urusanku denganmu selesai, aku akan memastikan kau tidak bisa membuka mulut," kata phillip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...