Roran merapatkan jaketnya seraya memeluk dirinya sendiri. Roran sedang menunggu pelayan menyalakan api perapian, sementara itu dia berdiri di beranda untuk melihat bintang. Roran yang sudah cukup mengantuk merasa bulan dan bintang mulai terlihat samar. Tapi dia harus menyelesaikan beberapa dokumen lagi sebelum bisa tidur.
Dia kira menjadi pangeran mahkota akan membebaskannya dari urusan administrasi remeh. Karena dia belum menjadi pemimpin resmi, selain itu banyak menteri yang membantu tugas raja. Ternyata raja mengalokasikan beberapa pekerjaan ke roran. Kebanyakan adalah pekerjaan sosial, atau hal-hal yang tidak terlalu berpengaruh dengan berjalannya sebuah kerajaan.
Hanya saja, untuk Kerajaan sebesar anatoille. Roran harus mencurahkan banyak energinya. Banyak orang miskin dan mereka yang butuh bantuan. Tapi dana yang dianggarkan tidak cukup banyak sehingga roran harus mencarinya dari sumber lain.
Dia butuh banyak donatur untuk menjalankan semua panti asuhan serta mungkin memakai sebagian anggaran pribadinya. Mengetahui fakta ini, roran jadi merasa tidak berdaya karena tidak semua orang bisa ditolong kecuali jika negara benar-benar membuat kebijakan soal itu.
Tapi sampai kapanpun, program yang menjamin kesejahteraan bagi rakyat miskin tidak akan mudah lolos. Karena tidak ada keuntungannya bagi para menteri dan anggota dewan yang kebanyakan adalah bangsawan.
Ketika roran mengeluh dalam hati, dia melihat seekor burung merpati terbang ke beranda. Dia hinggap di teralis pagar dan mulai berkicau. Roran seketika segar kembali melihat si burung membawa surat yang digulung terikat di kakinya.
"Aduh!" Burung merpati itu mematuknya dan terbang menjauh ketika Roran ingin mengambil suratnya.
"Ah! Sudah datang ya?" Sophie setengah berlari ke arah beranda, dia masih memakai gaun tidur dan menggerai rambutnya.
"Burung bodoh ini milikmu?" Tanya roran sambil menunjukkan memar kemerahan di jari telunjuk kanannya.
"Bukan burung bodoh, namanya Rion," Sophie menyahut kesal sambil mengambil surat di kakinya.
"Bagaimana bisa seekor burung merpati segalak itu?"
"Dia terlatih, aku mendapatkannya dari sigmar,"
"Ah, sigmar ya? Lagi-lagi dia memberimu barang bagus," roran menggerutu.
"Kenapa kau terdengar iri?"
"Karena kau sekarang lebih banyak bergaul dengannya ketimbang aku, kalian melakukan banyak hal rahasia dan tidak mau mengungkapnya," Roran tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya.
"Kau kan sibuk,"
"Kalau aku meluangkan waktu, apakah kau mau berbagi rahasia kalian?"
Sophie melihat ke arah kakaknya bimbang.
"Ini tidak akan menarik bagimu,"
"Aku punya hobi rahasia,"
"Hobi yang kau rahasiakan pada kakakmu sendiri tapi tidak dengan sigmar yang tidak punya hubungan darah denganmu?" Sindir roran sengit.
"Bukan begitu, kak, tapi,"
"Kalian pacaran?" Tuduh roran.
"Astaga, tidak!"
"Lalu, kenapa kau suka diam-diam bertemu dengannya?"
Sophie menarik nafas, bersiap untuk menjelaskan. Sementara itu, Rion si burung merpati, sudah terbang pergi.
"Roran, kau percaya kepadaku kan?" Roran menanggapi dengan memutar matanya.
"Kalau ada hal yang tidak bisa kuceritakan kepadamu, itu karena aku memikirkan keamananmu. Ada beberapa rahasia yang sebaiknya tidak kubagi denganmu karena statusmu yang putra mahkota," sophie melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomansaWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...