"Aku dan adikku menghabiskan masa kecil dan remajaku sebagai budak di perkebunan pamanku, sekarang anda bilang kalau saya adalah seorang pangeran? Selain itu, ibuku bukan perempuan murahan, dia tidak berkencan dengan laki-laki manapun selain ayah kami!" Roran terlihat emosional. Dia berusaha mengatur nafasnya. Tentu saja, alih-alih bahagia dia malah merasa dikhianati.
Raja Anatoille, pura-pura mati dalam perang dan meninggalkan ibunya sebagai seorang janda. Dia malah harus meminta belas kasihan ke keluarganya untuk merawat mereka karena penyakit yang menderanya.
"Kalau saja dari dulu anda kembali, ibuku mungkin tidak perlu meninggal karena sakit paru-paru. Tentu saja dokter kerajaan akan mudah mengobatinya!" Roran melanjutkan.
"Lalu sekarang anda datang dan mengaku sebagai ayahku? Tidak! Ayahku sudah mati!"
Sophie juga merasa marah saat ini, dia tidak berpikir untuk menghentikan kakaknya. Pria itu, tidak pantas untuk disebut ayah.
"Kalau aku terus bersama kalian, mungkin bukan hanya ibu kalian yang meninggal. Tapi kalian juga, bahkan diriku. Kau tidak mengerti, menjadi anggota keluarga kerajaan bukan hal yang mudah. Percayalah, aku justru melindungi kalian,"
"Kenapa tidak abaikan saja kami? Kenapa mencari kami?!"
"Karena situasi tidak mengizinkanku untuk memiliki anak dari ratuku, dia mandul dan aku butuh seorang pewaris. Tapi sekali lagi, aku tidak peduli apapun pendapatmu, aku seorang raja dan aku yang membuat keputusan. Beruntung, kau diberkahi darah keturunan keluarga Antoirre yang menjadikanmu tangguh. Berkali-kali lolos dari upaya pembunuhan adalah buktinya,"
Raja menatap serius kepada Roran, tidak gentar akan perlawanannya.
"Kau akan mengerti suatu saat nanti, aku akan berusaha menebus masa kecilmu yang hilang. Kau tidak bisa menolak ini, Roran. Ini adalah takdirmu. Tidak mungkin aku mengizinkanmu dan adikmu kembali ke jalanan. Tidak, aku akan membuat pengumuman soal ini nanti. Sekarang, ikuti saja arahan dari Johann, dia adalah gurumu. Dan kau juga, Sophie, Priscilla adalah gurumu. Kalian harus ikuti nasihat mereka kalau mau hidup cukup lama." Raja Phillip menjelaskan.
Kemudian dia meraih semangkuk sup kacang polong yang berada di depannya dan menyendoknya.
"Yang Mulia! Anda tidak boleh memakannya!" Sophie tiba-tiba berseru.
Raja Phillip berhenti dan melihatnya.
"Gadis kecil, kenapa kau berkata lancang seperti itu?"
"Ma-maaf tapi aku mencium bau akar burdock dari sup itu. Itu, secara perlahan akan membuat fungsi otot melemah. Mu-mungkin koki istana tanpa sadar memasukkannya,"
Raja Phillip tersenyum dan mendorong mangkuk itu menjauh.
"Tidak sengaja? Tidak, ini pelajaran pertama dariku untuk kalian. Di istana ini, kalau ada racun, itu pasti disengaja. Setelah ini aku harus memberikan hukuman mati untuk beberapa orang di dapur. Astaga, hampir saja. Sophie, Aku terkesan kau punya penciuman yang bagus,"
"Hu-hukuman mati?? Apakah itu tidak berlebihan?"
"Tentu saja tidak. Mereka berusaha menyakiti seorang raja, hal yang sama juga akan berlaku untukmu, Roran. Karena kau adalah pewarisku. Tapi aku seorang yang adil, aku akan meminta para ahli memastikan apakah benar ada akar burdock di sup ini sebelum menghukum mereka," Raja lanjut makan roti baguette dengan tenang.
"Aku belum setuju ingin menjadi pewarismu!"
"Lalu kau mau jadi apa? Lari ke desa terpencil membuka ladang dan hidup begitu saja sampai menua? Roran, apakah kau sadar dengan menjadi raja maka kau bisa melakukan apa saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...