"Ini, your grace, jurnal yang kau minta," ketika waktunya makan malam, Sophie membawa satu tas besar berisi belasan jurnal di meja makan. Thaddeus, yang mengenakan baju serba hitam terdiam. Dia baru memerintahkan soal itu minggu lalu dan sophie berhasil melakukannya lebih cepat dari perkiraan.
Thaddeus melihat jurnal-jurnal bersampul hitam itu sekilas, merasa curiga. Buku-buku itu terlihat lusuh dengan lembaran kertas menggelap karena oksidasi. Tapi tulisan tangan yang ada di dalamnya masih bisa terbaca.
"Bagaimana caramu mendapatkannya?" Tanya thaddeus waspada.
"Eh? Memang kau kira aku akan melakukan apa untuk mendapatkannya?" Sophie balik bertanya.
"Kalau kau menyuruhku, kau pasti tahu kalau aku bisa melakukannya kan? Kenapa kau heran?" Lanjut sophie lagi.
Thaddeus memandang gadis jelita dengan tatapan percaya diri itu lekat. Awalnya, thaddeus hanya ingin melihat kemampuan sophie, membuat dia sibuk, mencari tahu tingkat kesetiaannya. Edward Burdock menghargai setiap jurnalnya, biasanya dia tidak akan mengizinkan siapapun memasuki ruangannya selain kepada orang-orang yang dia percaya dan hargai.
Apakah sophie sudah sedekat itu dengan Edward Burdock?
"Bagaimana caramu melakukannya?" Tanya thaddeus lagi tajam.
"Entahlah, mungkin seperti cara lady Anne ketika dia mencari informasi untukmu," sophie tersenyum percaya diri, menikmati kebingungan thaddeus.
"Kau tidak akan berani," Thaddeus merasa rahangnya mengeras, tangannya mengepal.
"Kau tidak punya nyali, kau– kau bahkan tidak sanggup bersentuhan dengan lawan jenis. Dan dia pria tua yang—" Thaddeus mengatakan argumennya.
"Dengan beberapa jenis parfum yang tepat, aku bisa mengatasinya. Kita sudah mengalaminya sendiri beberapa hari yang lalu dengan parfum pemikatku, your grace," Sophie tersenyum.
Ya, itu hanya gertakan. Thaddeus tahu benar sophie tidak akan melakukannya. Apalagi hanya untuk thaddeus, seseorang yang dia benci.
"Kau tahu kalau itu tidak benar," Sophie menghela nafas, duduk di kursi yang berseberangan dengan thaddeus kemudian minum segelas jus jeruk yang sudah disediakan.
"Aku menggunakan gelarku sebagai putri kerajaan, menawarkan akses kepada profesor edward untuk melihat koleksi seni di istana Roran. Begitu aku masuk ke ruangannya, aku menyemprotkan parfum penidur. Aku bisa melakukan apa saja termasuk mencuri jurnal-jurnal itu," Sophie mengangkat bahunya santai.
Ya, jelas-jelas sophie tidak serius. Namun, thaddeus pernah bertemu lusinan perempuan yang bersedia melakukan apapun demi Thaddeus. Dia tanpa sadar menyamakan sophie dengan mereka. Kemudian hatinya secara mengejutkan tidak bisa menerimanya. Thaddeus pun berpikir, kenapa dia terusik dengan itu? mungkin karena sophie akan menjadi duchessnya. Dia tidak mau seorang duchess yang mudah memberikan tubuhnya.
"Kerja bagus, sophia," thaddeus tersenyum getir, kelegaan meliputi hatinya. Dia harus berhenti memberikan tugas-tugas seperti itu. Sophie seharusnya sejak awal tidak pernah melakukannya. Cukup parfum saja. Dia hanya akan berada di laboratorium dan di bawah pengawasan penuh thaddeus. Itu lebih cocok untuknya.
Sophie lanjut memakan menu pembuka. Sepiring lobster fillet potongan kecil dengan saus truffle dan asparagus panggang. Seafood adalah favoritnya. Belakangan, para koki di mansion selalu menyajikan seafood. Walaupun duke mereka tidak suka makanan laut. Dia meminta koki memberikan makanan berbeda untuknya.
Sophie memutuskan untuk tidak bertanya soal jurnal itu. Tapi secara sepintas dia tahu, ternyata Edward Burdock adalah guru pembimbing Anthony Caleigh dan Phillip Antoirre sekitar 30 tahun silam. Jurnal-jurnal itu berisi kenangan sang profesor dengan para muridnya. Sophie rasa, thaddeus sedang berusaha mendapatkan informasi. Mungkin itu ada hubungannya dengan kenapa thaddeus seperti sangat membenci raja Phillip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...