Pesta dansa Istana sedang berlangsung. Kali ini, Roran tampil lebih berwibawa dan percaya diri. Seolah dirinya ingin menegaskan kalau dia tidak butuh saran siapapun tentang cara dia mengatur negara. Bukan berarti dia antikritik. Namun penasihat istana, perdana menteri bahkan para Duke seperti Thaddeus tampak berusaha mempengaruhinya atau membuatnya setuju ikut cara mereka.
Roran masih belum bisa melupakan proposal yang diajukan Thaddeus beberapa waktu yang lalu. Duke itu mengajukan Nona Daisy Gunther sebagai calon ratu. Yang benar saja! Daisy gunther memang putri seorang marquiss. Dia layak menjadi ratu dari segi gelarnya. Namun roran tidak bisa menerima rumor yang menyertainya.
Lady Daisy biasa saja, dia tidak suka mandi dan lebih suka menyiram parfum ke tubuhnya. Selain itu, dia kerap melontarkan beberapa komentar sarkastik tentang kepemimpinan raja Roran. Memang, dia direkomendasikan dewan bangsawan. Katanya, adanya dia bisa menjadi penyeimbang. Namun roran tidak setuju.
Dia tidak peduli soal pernikahan politik, seperti yang dilakukan oleh Sophia dan Thaddeus. Walaupun pasangan itu memulai pernikahan mereka dengan ketidakcocokan, kini mereka cukup akur. Mereka juga team yang baik. Bahkan, Sophia dipuji sebagai duchess yang mampu menundukkan Thaddeus. Walau sang duke sendiri enggan setuju dengan itu.
Namun di atas semua itu, walau Roran enggan mengakuinya–Thaddeus dan Sophie saling peduli. Thaddeus kerap mengungkit pengakuan cinta Sophie dan menggunakannya untuk keuntungannya. Ada yang bilang kalau Thaddeus bersikap licik seperti biasa. Tapi, roran berpikir Thaddeus begitu menghargai perkataan istrinya dan akan mengingatnya sampai mati.
Roran menginginkannya. Hubungan emosional yang kuat, rasa saling menghargai dan kenyamanan. Dia akan sesak nafas kalau harus hidup bersama gadis yang tidak bisa dia cintai. Apalagi kalau hanya karena alasan politik. Thaddeus sepertinya juga tidak serius memilih Lady Daisy. Sophie bilang, thaddeus terlalu banyak waktu luang. Bisnisnya berjaya dan tidak banyak masalah di wilayahnya.
Namun sisi iblisnya memaksanya untuk merundung seseorang. Tidak tanggung- tanggung, Roran yang seorang raja kini menjadi targetnya. Bukan cuma masalah Lady Daisy. Dia juga mempersulit roran ketika membuat undang-undang serta rajin bertanya soal kebijakannya. Roran tidak minta banyak. Dia sudah berjuang keras untuk tidak membuat rakyatnya menderita. Apa terlalu muluk jika Roran berharap setidaknya dia punya ipar yang bisa berteman baik dengannya?
Roran curiga kalau thaddeus tidak suka istrinya menghabiskan banyak waktu di Istana. Makanya dia berusaha membuat roran sibuk. Thaddeus sepertinya berulang kali mencari alasan untuk menahan istrinya tetap di rumah. Sophia mengendalikan sang duke di telapak tangannya. Dia wanita berjiwa bebas, thaddeus tidak menyukainya. Tapi jika thaddeus memaksanya dia bisa kabur. Tidak peduli walaupun sophia mencintainya, dia bisa saja meninggalkan thaddeus.
"Yang mulia, terima kasih atas undangan anda," Father Quincy Baldwin menyapa. Roran tersenyum. Seperti dugaannya. Kehadirannya menyita perhatian. Gadis-gadis menatapnya seolah dia bujangan yang siap mencari istri.
Berkat biarawan itu, Roran bisa sedikit bernafas.
"Nikmati pestanya, father. Saya akan menyapa tamu lainnya," sahut Roran lagi.
Ketika Roran akan bertemu perdana menteri, Elena menghadangnya.
"Yang mulia, maaf..tapi, duchess mengutus saya,"
"Apa?"
"Duke thaddeus merencanakan sesuatu yang buruk. Lihat ke arah jam sebelas," bisik Elena.
Thaddeus tampak sedang bicara dengan Marquiss Gunther. Ada Daisy sedang menggandeng ayahnya. Tapi ada pemandangan yang tidak biasa. Kemana para gadis yang biasa mengelilinginya dan menyodorkan kartu dansa? Para gadis yang hadir tampak menundukkan kepala dan enggan mendekati raja roran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...