[season 2] Bab 42 - The Crown Prince Palace

2.1K 318 26
                                    

Ketika Sophie menginjakkan kakinya di istana kembali, kebingungan segera menguasainya. Dia memang masih belajar etiket di Istana tapi saat ini dia tidak merasa kalau istana adalah rumahnya. Beberapa pelayan menyambutnya dengan tergesa. Tampaknya, duke thaddeus mengabari di saat-saat terakhir.

Di antara para pelayan itu ada Pippin, kepala pelayan istana putra mahkota. Sepertinya, karena sophie adalah milik sang duke, dia tidak lagi bisa menempati istana putri. Bagi sophie itu hal yang bagus, kalau bukan di istana Roran, dia mungkin harus tinggal di istana Ratu dan itu akan melelahkan.

Karena ratu charlotte selalu berusaha berakrab diri dengannya setiap kali mereka bertemu. Berbelanja, minum teh bersama, melukis serta melakukan kegiatan sosialisasi lainnya. Bukannya sophie tidak suka, tapi dia sudah terlalu dewasa untuk diperlakukan sebagai gadis kecil dan dia juga butuh privasi.

"Yang mulia putri sophia, kami sudah menyiapkan kamar anda di Istana," Pippin menyapa, matanya terlihat lelah.

Sophie menduga dia berusaha keras menyiapkan kamarnya tepat waktu. Mungkin baru beberapa jam sebelumnya.

"Biasanya kau selalu melarangku menginap di istana putra mahkota," Sophie menggodanya sedikit. Pippin melihatnya dengan sedikit tatapan menasihati.

"Anda bukan menginap, tapi tinggal sementara di sini. Ketika kami menerima kabar kalau duke thaddeus secara mendadak harus menjalankan misi di selatan, istana berdebat siapa yang akan menjamu anda. Ratu dan putra mahkota sama-sama bersikeras agar anda tinggal di istana mereka, tapi Raja memutuskan kalau anda tinggal di istana pangeran Roran," Pippin menjelaskan sambil berjalan beriringan dengan Sophie.

Mereka naik kereta kuda, karena komplek istana kerajaan sangat luas. Dengan langkah santai, para kuda itu berjalan melewati kebun bunga Ratu serta lapangan latihan para ksatria penjaga keluarga kerajaan.

Sophie merasa asing. Ini mungkin pertama kalinya setelah beberapa bulan dia kembali melihat Istana ketika menjelang petang. Karena biasanya dia menyelesaikan kelas etiketnya sebelum jam makan siang dan harus kembali ke mansion caleigh segera.

"Sophie!" Roran terlihat berlari turun dari tangga ketika melihat sang putri berada di depan pintu istananya. Sophie nyaris tidak membawa apapun selain sebuah kotak sutera berisi kalung permata pemberian tunangannya.

Sophie tidak terlalu antusias. Dia menghela nafas, membiarkan Roran mengacak rambutnya dan memeluknya. Biasanya sophie akan memberontak. Kadang dia tidak suka kalau roran memperlakukannya seperti gadis kecil.

"Kau harus bercerita kepadaku, soph. Apa yang terjadi? Kenapa belakangan aku selalu melihat berita tentang dirimu di koran?" Roran melihat Sophie dengan tatapan menghakimi.

Roran dan Sophie segera masuk ruang makan untuk menikmati makan malam yang terlalu awal. Sophie memotong pastri selai blueberi dengan pisau dan garpu sebelum menyuapnya ke mulutnya. Malam ini koki menyajikan salmon panggang, semangkuk salad, dan sup tapi sophie hanya tertarik makan croissant yang dioles selai.

"Ah ya soal itu," Sophie tampak tidak antusias.

"Menilai dari reaksimu, kurasa itu pura-pura ya?"

Sophie diam saja, mengunyah pelan. Tidak tahu kenapa, sophie merasa kesepian. Entah sejak kapan, bersama roran tidak lagi terasa seperti rumahnya. Di mansion caleigh dia sudah beradaptasi, dia senang berdiskusi dengan carl dan andrei, mengawasi tingkah elena yang selalu terpukau setiap sang duke menyapanya atau bertengkar karena alasan sepele dengan tunangannya.

Kembali lagi ke istana, dia menemukan Roran dengan aura berbeda dengan roran yang lama. Bukan berarti dia tidak lagi menyayanginya. Tapi status roran membuat mereka secara alamiah berjarak. Roran seolah memaksakan diri untuk bersikap santai dan akrab seperti biasa tapi dia tahu kalau protokol kerajaan dan pelajaran etiket yang diterimanya menyarankan untuk menjauhi interaksi semacam itu.

Taming The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang