"Your grace, itu berbahaya," Carl, memberanikan diri bicara kepada Thaddeus yang hendak kembali ke kamarnya sendiri setelah mengurus pekerjaannya.
"Apa maksudmu?"
"Anda tidur tanpa pertahanan dalam ruangan yang sama dengan tuan putri. Bagaimana kalau—"
"Maksud saya, mungkin sebaiknya kita membatasi akses tuan putri sophia," lanjutnya.
"Kau pikir dia bisa saja menyakitiku?"
"Itu benar, karena dia tetap saja putri raja Phillip, bagaimana kalau—"
"Omong kosong, Tidak mungkin aku bersikap ceroboh. Tentu saja aku sudah mempertimbangkannya," Thaddeus menunjuk Carl, sedikit angkuh.
"Gadis itu, bahkan tidak mampu menyakiti seekor kupu-kupu. Aku pun muak dia selalu protes soal caraku memperlakukan elena. Sifat baik hatinya itu membuatku sakit kepala,"
"Well, soal itu—"
"Sama dengan kakaknya Roran, dia seorang pacifist dan yakin kalau perdamaian adalah solusi untuk semua hal. Sedikit ironis mengingat mereka berdua adalah keturunan raja Phillip," Thaddeus tertawa kecil dan merasa yakin dengan ucapannya.
Thaddeus melihat keluar jendela kamarnya. Dia hanya melihat ranting kering yang sesekali menggesek kaca karena tertiup angin, serta pemandangan perbukitan yang suram dan gelap. Pemandangan itu membuatnya semakin gusar. Hatinya tidak tenang. Dia merasa gelisah.
Semua sejak kedatangan Sophie. Terutama karena gadis itu, dengan gamblang dan nyaman menunjuk kekurangannya, bersikap sok tahu serta mengkritiknya. Thaddeus tidak terbiasa dibantah. Tidak ada yang berani melakukan itu padanya.
Karena semua orang melihat dia sebagai Duke yang berkuasa. Seseorang yang bisa dengan mudah mematikan nyawa dan karir seseorang tanpa menerima hukuman.
Tapi sophie, melihatnya sebagai manusia yang setara dengannya. Sophie berharap thaddeus mengikuti aturan wajar sebagai manusia. Ketika dia tidak suka akan sesuatu, dia akan mengungkapkannya. Sophie bukan gadis yang bersedia bungkam walaupun hidupnya sedang dikekang.
Thaddeus awalnya ingin menghancurkannya. Itu tidak sulit. Jika dia mematahkan satu cakarnya, Sophie akan jinak, tidak lagi mencicit marah terhadapnya untuk sesuatu yang bagi Thaddeus bukan sebuah dosa. Tapi thaddeus tidak lagi mau melakukannya.
Obsesinya tidak lagi ingin melihatnya lemah tidak berdaya, dan mungkin terlupakan begitu saja. Thaddeus tanpa sengaja telah menantang dirinya sendiri. Berpikir bisa membentuk sophie seperti duchess yang dia mau. Menjadi boneka yang patuh dan berharga. Sesuai dengan nama kontraknya dengan raja phillip.
Layaknya seniman, thaddeus berpikir untuk memahat sebatang kayu mentah dengan kualitas bagus, menjadi sesuatu yang lebih berharga dan mahal.
Kemudian seperti biasa, thaddeus mungkin akan kehilangan minat dan mengabaikannya begitu saja. Membiarkannya layu atau terinjak sia-sia di sangkar emasnya.
Sophie bisa saja bertahan dengan prinsipnya, berlagak sebagai putri baik hati penegak kebenaran. Tapi thaddeus yakin itu tidak akan bertahan lama.
"Ada yang ingin anda katakan, your grace?" Carl sedikit merinding. Sebagai seseorang yang sudah bekerja belasan tahun di mansion caleigh. Ketika sang duke melihat ke arah jendela dan tersenyum tipis, itu artinya akan ada masalah.
Dulu, thaddeus pernah tersenyum seperti itu, kemudian menyuruh seseorang pergi ke kediaman seorang marquiss yang pernah menantangnya. Sang marquiss, juga punya kuda yang bertanding bersama kuda milik Duke. Dia memanipulasi kemenangan, meracuni kuda sang duke dengan obat pelemah otot sehingga dia kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...