"Tuan duke bilang untuk membatalkan reservasi kamar dan liburannya," Carl segera memberitahu Andrei begitu dia tiba di hotel mewah dengan balkon menghadap ke laut.
Andrei, sedang bersantai di balkon kamarnya menikmati kehangatan pantai timur yang penuh wisatawan.
"Apa? Lalu di mana sang duke menginap?"
"Your grace bilang dia setuju dengan usulan duchess, mereka ingin punya pengalaman berbeda di bulan madu mereka kali ini. Sepertinya mereka ingin berkunjung ke desa dan pemukiman yang ada di Aqua Portia," Carl mengangkat bahu, merasa ragu sendiri dengan kalimatnya.
"Apakah duke tidak meminta kita untuk mencari penginapan di sekitar sana?"
"Tidak?"
"Bagaimana dengan pelayan?"
"Tuan duke bilang mereka hanya akan pergi berdua. Awalnya nona Mary memaksa ikut, karena dia ingin mengawal duchess. Tapi Tuan duke bilang dia cukup bisa diandalkan kalau hanya untuk mengawalnya,"
"Sekuat apapun duke kita, kalau ketahuan mereka pasangan duke dan duchess, akan berbahaya,"
"Aku sudah mengatakan itu, akhirnya duke berkompromi, meminta ada beberapa ksatria berjaga di luar desa tapi harus menyamar. Katanya dia tidak ingin warga desa cemas atau gelisah karena kehadiran mereka,"
"Apa tujuan mereka? Padahal Tuan duke jarang punya waktu luang. Menginap di pemukiman seperti itu tidak akan nyaman baginya," andrei berubah gelisah, meninggalkan kursi santainya.
"Kurasa duchess benar-benar tidak tahan. Dia sempat mengeluh tidak suka membawa banyak rombongan ketika bulan madu,"
"Ini tidak terdengar seperti duke kita, tapi, kalau itu benar, mungkinkah ini pertama kalinya duke thaddeus menuruti keinginan seseorang?" Andrei berpikir seolah itu tidak mungkin.
"Kita tidak pernah tahu, mungkin saja duke kita berpikir menginap di pemukiman warga akan menjadi pengalaman menarik untuknya," Carl tertawa.
"Atau dia mungkin menemukan potensi bisnis menarik di sana, kau tahu kalau duke kita pebisnis handal, dia selalu melihat peluang,"
"Itu terdengar lebih masuk akal, ini duke thaddeus yang kita bicarakan. Dia tidak pernah buang-buang waktu. Bahkan kunjungannya di Aqua Portia ini juga sekalian mengurus pekerjaannya," carl mengangguk.
"Ya, tidak mungkin sang duke bersedia menuruti permintaan duchess yang tidak biasa kalau tidak ada keuntungan baginya," Andrei berkata yakin.
***
Thaddeus yang dibicarakan sekarang, sudah menanggalkan setelan mahalnya, menggantinya dengan kemeja putih biasa dan celana panjang berwarna cokelat gelap. Ada noda kapur di ujung celananya karena tanah di desa itu kering dan sedikit gersang.
Peluh mengalir di leher dan tengkuknya, membuat rambut ikal hitamnya terlihat basah seolah habis mandi. Dia sedang menggunakan sekop, sesuatu yang baru pertama kali di sentuh. Dia hanya melihatnya beberapa kali, ketika tukang kebun rumah mewahnya bekerja di siang hari. Awalnya dia kira itu mudah. Ternyata benda itu berat, membuatnya harus mengeluarkan tenaga lebih.
Thaddeus bukan lemah. Dia salah satu ksatria terkuat di kerajaan, dia juga hampir setiap tahun memenangkan turnamen menembak dan berburu di Anatoille. Tapi pekerjaan kasar ternyata tidak semudah itu dilakukan.
Dia pikir, mungkin tidak ada salahnya sesekali berbaur dengan rakyat. Aqua Portia adalah bagian dari Dukedom Caleigh. Thaddeus mendapatkan banyak uang dari bisnis pariwisatanya. Pasir pantai merah muda dan laut biru kehijauan yang jernih adalah nilai utamanya. Thaddeus tidak pernah peduli dengan desa yang ada di sana. Karena semua diurus oleh anak buahnya yang kompeten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...