"My Lady, Your grace mengirimkan ini untuk anda," Carl, bertindak seperti butler senior, walau kenyataannya dia adalah ajudan pribadi sang duke.
Mereka berada di sebuah restoran mewah, yang kini sedang disewa oleh sebuah keluarga bangsawan untuk menjamu para kolega mereka. Pesta minum teh ini dihadiri oleh lebih dari dua puluh orang gadis bangsawan dari keluarga dengan gelar tinggi. Beberapa dari mereka terkenal suka bergosip dan tidak akan melewatkan acara minum teh bersama putri Sophia, Lady bangsawan paling dibicarakan saat ini.
Sudah ketiga kalinya sophie menghadiri acara pesta minum teh bagi sesama gadis bangsawan. Dia tidak berhasil menemukan teman akrab di sana. Semua interaksi mereka berdasarkan kepentingan politik dan ekonomi belaka. Kebanyakan para gadis itu juga bersaing, siapa yang memakai gaun paling bagus atau siapa yang memakai perhiasan paling mahal.
Carl, memberikan sebuah kotak berbalut sutera keemasan.
"Terima kasih Sir Carl," Sophie menyahut elegan sambil tersenyum. Dia bisa merasakan tatapan para gadis terhadapnya. Mereka penasaran hadiah seperti apa yang dibawakan oleh sang duke untuk tunangannya?
Tapi sophie tidak ingin mengakhiri rasa penasaran mereka terlalu cepat. Dia masih harus menjalankan misinya.
"Sayang sekali yang mulia, walaupun sang duke berkuasa dan tampan, tapi dia tidak setia. Pasti berat hidup bersamanya," Astrid sinclair, gadis berambut pendek yang pertama kali bertemu dengan sophie di hari penobatan Roran berbicara.
Sophie balas tersenyum kepadanya.
"Ah, saya hanya peduli dengan nasib anda yang mulia. Tidak ada maksud menyinggung," Lady Astrid tersenyum kepadanya seolah tidak melakukan kesalahan.
"Apa anda hidup di pelosok hutan? Atau anda tidak pernah baca berita? Atau jangan-jangan anda hanya suka baca berita gosip tentang skandal para bangsawan?" Sophie bertanya, pura-pura lugu.
"Apa maksud anda, yang mulia? Saya meraih 20 besar nilai terbaik di Grandital di antara mahasiswa tahun ke dua. Tentu saja saya tidak berotak kosong dan hanya membaca koran gosip," Protes Astrid sopan.
"Tidak bisa dipungkiri, tunangan saya adalah orang penting di kerajaan. Banyak perempuan berharap bisa bersamanya. Tentu aku tidak bisa menyalahkan mereka," Sophie menanggapi, raut wajahnya sedikit merona.
"Dia adalah pria paling baik hati yang saya kenal, perhatian dan sangat menghormati saya. Sayangnya, beberapa perempuan salah paham terhadapnya," kata Sophie lagi.
"Kurasa anda semua harus membaca klarifikasi di media lain, Anne Winthrop tidak waras, saya bersedih memikirkannya. Dia terlalu mencintai tunangan saya sampai berhalusinasi. Tapi, saya juga tidak mau membiarkan perempuan manapun merebut sang duke," Sophie melanjutkan sandiwaranya, ekspresinya sedikit menahan tangis.
Dia melihat para gadis di ruangan itu terharu dengan ucapannya.
"Tapi yang mulia, kami pernah mendengar kalau kalian tidak akur, tabloid mr catterpillar bilang—"
"Tentu saja aku awalnya tidak bisa menerima pertunangan ini. Aku masih sangat muda dan memberontak. Tapi, tuan duke memperlakukanku sangat baik. Dia bahkan mengajariku setiap hari agar aku bisa lulus ujian masuk Grandital," kata Sophie tersenyum senang.
"Wah, tuan duke sendiri yang mengajari anda? Dia bisa membantu anda menjadi pendaftar dengan nilai terbaik," Seru seorang gadis bangsawan takjub.
"Aku sangat sedih mendengar apa yang dibicarakan orang-orang tentang his grace, padahal dia adalah pahlawan negeri ini, seorang patriot yang seharusnya tidak dinilai hanya dari skandal belaka," sophie tampak geram mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomansaWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...