"Aku ingin kau menjadi teman Sophia," kata Roran suatu hari kepada Sigmar, setelah roran memutuskan untuk mengambil resiko.
"Menjadi teman putri Sophia? Kenapa?"
Sigmar bukan orang yang lugu, dia sudah melihat ratusan kali rencana dan upaya manipulatif seseorang ketika mereka punya tujuan tertentu.Tidak ada keuntungan apapun dari menjadi teman putri sophia. Setidaknya bagi dirinya. Lagipula, karena sigmar adalah teman roran, seharusnya secara alamiah mereka akan saling mengenal dan akhirnya juga berteman. Tapi kenapa roran harus membuat permintaan seperti itu?
"Aku tidak akan menyembunyikan niatku. Aku tidak suka dengan duke thaddeus. Dan aku juga tahu, itu adalah alasan yang sama kenapa kau ingin berteman denganku. Bukankah kau juga membencinya?"
"Ya, mungkin bukan kebencian. Aku hanya tidak nyaman dengan ambisinya. Keluarga D'Artagnan lebih senang dengan putra mahkota sepertimu. Mudah ditebak dan diatur," Sigmar tersenyum.
"Kau boleh meremehkan sesukamu, aku tidak menutup mata soal pandangan orang lain terhadapku. Tapi aku juga bisa memanfaatkanmu. Kalau kau mau memihak kepadaku, kau juga harus menunjukkan loyalitasmu kan?" Roran tersenyum.
Sigmar tahu, walau roran masih hijau dalam peran barunya sebagai putra mahkota, dia cukup cerdas walau tidak bisa dibilang jenius. Dia juga kuat dan cakap. Satu-satunya penghalang untuk membentuknya sebagai raja yang kuat adalah. Dia terlalu naif. Dan Sigmar ada bersamanya untuk membantunya menjadi pemimpin yang lebih tangguh.
Sigmar tertarik, apakah Roran kali ini mulai berpikir untuk melakukan rencana yang sedikit negatif?
"Aku masih belum melihat kaitan antara kebencian kita terhadap thaddeus dan putri sophia,"
"Aku tidak ingin adikku terlalu dekat dengannya, atau terlalu terikat,"
"Yang mulia, mereka sudah bertunangan dan dari yang kulihat, sepertinya mereka saling mencintai," sigmar mengangkat bahu.
"Tidak, masih ada kesempatan sebelum mereka menikah," roran menegaskan.
"Dan hati seseorang bisa berubah," lanjutnya tegas.
Lagipula, mereka berdua tidak benar-benar saling mencintai. Pikir roran dalam hati. Tapi fakta itu tidak boleh diungkapkan dengan mudah.
"Kau pasti gila kalau berpikir aku mau menggoda putri sophia. Thaddeus lebih gila dariku, dia bisa melakukan apa saja," sigmar menolak.
"Aku tidak menyuruhmu menggodanya, sophie tidak bodoh. Dia tidak akan mudah terjebak dengan rayuan payah. Aku hanya ingin kau berteman dengannya. Aku ingin kau menjadi seseorang yang dia andalkan selain diriku,"
"Sophie tidak pernah mau berteman dengan laki-laki. Karena itu pandangannya terhadap kaum kita sempit dan terbatas. Kalau dia hanya kenal duke thaddeus selain aku, wajar saja kalau dia mudah jatuh cinta kepada sang duke," Lanjut roran menjelaskan.
"Oh, ternyata itu maksudmu. Mudah saja, aku akan melakukannya. Bukan karena dirimu saja. Kurasa berteman dengan putri kerajaan akan bagus bagi koneksi D'Artagnan ke depannya," sigmar menanggapi remeh.
"Sayangnya sophia mungkin tidak bisa memberimu apapun. Dia hanya seorang putri yang seluruh hidupnya di bawah kendali sang duke. Dia tidak punya jaminan apapun yang akan menguntungkanmu dalam bisnis ataupun politik," kata Roran lagi.
"Kau mungkin tidak sepenuhnya benar," Sigmar tersenyum.
"Eh? Apa maksudmu?"
"Lupakan, aku akan melakukannya, yang mulia," Tanggap sigmar santai.
Roran memang masih hijau. Sophia mungkin terlihat tidak punya kekuasaan apapun. Tapi dia adalah adik kesayangan dari Roran, sang pangeran mahkota. Roran sangat menyayanginya dan akan melakukan apapun untuknya. Selain itu, kalau benar duke thaddeus mencintainya, berarti sophia mungkin punya kekuatan yang tidak bisa diremehkan di Anatoille.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...