Sudah tiga hari berlalu sejak pasangan caleigh kembali bersama. Hari ini akhirnya Sophie akan bertemu dengan suaminya. Mereka tinggal di rumah yang sama namun kamar mereka terpisah. Thaddeus tidak mengunjunginya bahkan tampak sibuk sampai tidak sempat sarapan bersama.
Sophie tidak bertanya, dia hanya heran. Dia merasa Thaddeus sedikit menjaga jarak dengannya. Dia terkejut karena dia merasa tidak nyaman karenanya. Kereta kuda yang tengah dia tunggangi berjalan melambat. Di luar jendela terdengar keramaian. Para tamu yang terhormat satu persatu hadir memasuki istana. Saat itu malam cukup sunyi, tidak ada angin atau tetesan salju. Sophie membuka pintu kereta kudanya. Melangkah turun dengan hati-hati.
Dia melihat suaminya, gagah dan rupawan seperti biasa. Matanya hitam berkilat layaknya mutiara laut dalam, tegas dan mendominasi. Rambutnya yang ikal hitam dibiarkan begitu saja, Thaddeus tidak suka memakai minyak rambut untuk membuat rambutnya berkilap. Dia memakai setelan jas bernuansa cokelat tua serta sepatu hitam berbahan kulit. Thaddeus tersenyum, senyuman formal dan basa-basi. Dia mengulurkan tangannya dan sophie menerimanya.
"Your grace," Sophie menekuk kakinya sedikit, memberi salam hormat antar sesama bangsawan.
"Apa kabar? Apakah perjalanannya lancar?" Thaddeus membiarkan sophie menggamit lengannya. Dia bersikap layaknya gentleman pada umumnya.
Sophie terdiam. Dia tidak nyaman, dia merasa tidak bebas membantah atau mengutarakan apapun yang dia pikirkan seperti dulu. Thaddeus jelas menjaga jaraknya. Dia menjadi orang yang berbeda.
"Seharusnya kita bisa naik kereta kuda bersama, kita tinggal di rumah yang sama," Sophie berujar.
"Aku tidak ingin kau menjadi tidak nyaman dengan adanya diriku di sekitarmu, Sophia,"
"Apa?" Sophie memastikan pendengarannya.
"Kau tidak menyukaiku, aku berusaha untuk menghormati perasaanmu," Thaddeus tersenyum kepadanya, senyum yang dirasa tidak terlampau tulus dan penuh arti tersembunyi.
"Itu, entahlah," Sophie menggumam pelan. Wajar kalah thaddeus menyimpulkan hal itu. Sophie berulang kali berusaha kabur darinya, menentangnya dan menegaskan kalau dia tidak suka menjadi duchess. Thaddeus yang dulu berusaha menahannya tampak melunak.
Apakah itu karena sang duke tahu kalau posisi sophie tidak cukup kuat untuk kembali melarikan diri? Dia adik seorang raja dan istri seorang duke berkuasa di Anatoille. Kabur dan memulai hidup baru adalah hal yang mustahil.
Karena thaddeus tidak lagi mencemaskan dirinya kabur, dia mulai menjaga jarak. Dia tahu kalau sampai kapan pun, Sophie akan tetap menjadi duchessnya.
"Aku mulai memikirkan tentang hidup kita ke depannya, sophia. Kurasa, tentang dirimu yang akan menjadi dokter, aku tidak akan mencegahmu. Lakukan apapun yang kau suka. Sesuai janji, aku akan meloloskan undang-undang yang mengizinkan perempuan bangsawan bersuami untuk berkuliah dan memiliki karir," kata Thaddeus.
Dia memperhatikan raut wajah sophie yang datar.
"Kau tidak tampak senang,"
Sophie tidak menyahut. Dia baru menyadari kalau dia tidak seantusias itu menjadi dokter. Dia mungkin hanya ingin memberontak dari takdirnya, menolak segala aturan dan berpikir kalau dia ingin menjadi dokter dan mengabdi di masyarakat.
"Aku tidak tahu, mungkin aku hanya sedang lelah. Your grace, bisakah aku ke kamar mandi sebentar? Aku ingin membenahi riasan wajahku," Sophie membungkuk sebelum dia pergi.
"Aku akan menunggumu di balkon, setengah jam lagi pesta dimulai, jangan terlalu lama,"
***
Sophie duduk tanpa melakukan apa-apa di toilet. Dia hanya merenungi situasinya sekarang ini. Kenapa dia tidak merasa senang? Bukankah dia mendapatkan semua yang dia inginkan? Roran akan disembuhkan, dan raja yang ingin menyakitinya sudah dipenjara. Dia memang kembali sebagai duchess, tapi dia mendapatkan kebebasan untuk berkuliah serta berkarir nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...