"Elenaa!" Dengan langkah riang, Sophie lagi-lagi menyapa Elena yang sedang tidak di perpustakaan berkutat dengan pembukuan sang duke.
Elena, yang memiliki tubuh ramping dan tinggi, serta rambut panjang yang mencolok perhatian itu menoleh. Dia berdiri, mengabaikan kegiatan berkebunnya sesaat dan membungkuk menyapa.
Gadis itu sadar diri. Walau semua orang tahu dia memiliki ketertarikan terhadap sang duke, Elena tetap menapak di tanah, ingat akan statusnya. Dia hanya berharap tetap berada di sisi sang duke dan membantunya. Elena sudah puas dengan hanya melihat senyumnya dan menerima hadiah darinya.
Itu juga yang membuat Sophie, yang adalah pasangan resmi dari thaddeus tidak sebal kepadanya. Sophie tidak melihat Elena sebagai perempuan yang berusaha merebut tunangannya. Elena hanyalah korban dari perasaannya yang tidak berbalas. Sophie iba terhadapnya dan merasa hidupnya akan sia-sia dihabiskan di mansion caleigh.
Hanya saja, gadis itu tidak bisa menyembunyikan kalau dia punya rasa iri terhadap sang putri. Elena berusaha untuk menghindarinya. Dan mengurangi interaksi dengan sophie.
"Kau juga ikut kan?"
"Apa?"
"Pesta dansa musim semi di rumah marquiss finley, mereka mengundang semua gadis bangsawan serta para gentleman," Sophie menjelaskan, meraih tangannya dan tersenyum ceria kepadanya.
Elena membuang wajahnya ke arah lain. Tidak bisa menyembunyikan rasa beban di hatinya. Jika seorang gadis lajang di usia siap menikah berkunjung ke acara itu, orang bisa menduga dia sedang mencari calon suami. Elena sudah berniat untuk mengabdi ke kuil, hidup selibat selamanya asal bisa tetap bekerja dengan sang duke. Ikut pesta dansa itu adalah hal yang sia-sia.
"Aku— aku tidak yakin, yang mulia. Maksudku, aku tidak berniat menikah. Pergi ke sana hanya akan membuat mentalku lelah karena semua orang akan berusaha menjodohkan aku," kata Elena.
"Jangan bilang begitu, kita bisa bertemu banyak orang di sana. Berkenalan, menjalin relasi, bukankah itu hal yang bagus?" Sophie membujuknya. Tapi jelas terlihat keengganan di wajah Elena.
Elena tidak siap menikah. Itu artinya dia tidak lagi bisa leluasa berada di sisi thaddeus, dan berpisah dengan dirinya. Elena tahu soal pesta dansa itu, dan keluarganya memaksanya hadir. Acara itu, juga masuk dalam jadwal acaranya. Gaun yang harus dia pakai juga sudah berada di kamarnya.
"Ikutlah, Elena. Aku juga ingin melihat dirimu datang dan bersosialisasi dengan bangsawan lainnya," Thaddeus hadir, berjalan di bawah matahari yang membuat rambut hitamnya tampak berkilau seperti mutiara, menimbulkan kontras yang indah dengan mata hitam kelamnya. Dia mengenakan pakaian bagus. Jelas dia hari ini tidak akan di rumah saja.
Elena, tersipu, melihat thaddeus dengan tatapan mendamba.
"B– baiklah your grace," kata Elena.
Sophie terpana, semudah itukah thaddeus membujuknya? Dia bahkan tidak perlu berusaha.
"Aku sudah melakukan yang kau minta, sekarang kau harus menepati janjimu, sophia," Thaddeus berbisik kepada sophie.
"Aku tahu," Balas sophie sedikit ketus, sebelum dia menerima tangan duke yang memandunya ke arah kereta kuda.
Sehari sebelumnya di kelas dansa,
"Seperti yang sudah kubilang, jangan bersikap seperti kucing ketakutan ketika sedang berdansa denganku!" Thaddeus memperingatkan, ketika tangannya melingkar di pinggang ramping Sophie.
Mereka saling bertatapan, dan sangat dekat. Sophie bahkan bisa mencium nafas sang duke yang segar, aromanya peppermint dan citrus. Itu adalah ramuan kumur yang digunakannya setiap malam sebelum dia naik ke ranjangnya setiap malam untuk mengakhiri hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taming The Villain Duke
RomanceWarning Red Flag ML Slow Burn 18+ Sophie pikir, dia akan mendapatkan akhir bahagia. Setelah belasan tahun hidup layaknya pelayan di rumah bibinya, sophie menerima kejutan kalau dirinya adalah seorang putri. Kakaknya menjadi putra mahkota dan dirinya...