8

3.7K 294 32
                                    

_HTK_

Tahap seleksi satu akan diadakan pada hari ini. Jujur saja Zean merasa malas untuk mengikutinya, karena tahap seleksi ini dilakukan disaat masih kegitan belajar mengajar, yang membuat dirinya harus dispen, meminta izin untuk meninggalkan jam pelajaran demi menghadiri acara seleksi yang dilaksanakan pukul dua siang.

"Nanti siang lo ikut kan Zee?" Tanya Aldon. Karena dia tau keluhan Zean yang malas untuk hadir diacara seleksi nanti siang.

"Males banget asli, apalagi nanti mapelnya bu Fitri, guru yang kebanyakan ngomel kalau soal izin perizinan," jawab Zean.

"Udahlah pokoknya lu ikut. Lagian yang dispen ada banyak kan, ga cuma lo doang, jadi pasti bu Fitri ga kebanyakan komplen," balas Aldon menenangkan.

"Terserah ajalah." Alzee menelungkupkan wajahnya di atas meja. Pagi ini bel masuk sudah berbunyi, mereka menunggu kedatangan guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Jawa. Di sekolahnya ini entah bagaimana, bisa memiliki pelajaran Bahasa Jawa. Kalau kata dari guru mapel itu sendiri yang keturunan Jawa, "kalian ini tinggal di pulau jawa, jadi usahakan bisa berbahasa Jawa ya anak-anak. Lagi pula tidak ada salahnya untuk kita belajar bahasa Jawa. Menyukai budaya bahasa yang ada di Indonesia tak ada salahnya. Jangan mau kalau sama orang luar yang jauh-jauh datang ke Indonesia hanya untuk sekedar belajar tentang kebudayaan kita."

"Oy oy oy! Tugas minggu kemarin udah kalian kerjain belum?" Tanya Christof yang baru saja sampai, dia langsung mengambil tempat duduk di depan bangku Zean. Jadi kelasnya ini tempat duduknya selalu berubah-ubah. Kesepakatan mereka seperti itu, agar tidak bosan hanya duduk di tempat itu-itu saja.

"Tugas yang ngelengkapin bahasa krama?" Tanya Aldon.

"Iye."

"Udah nih. Gua tau kalau lo mau nyontek." Aldon tanpa diminta langsung menyerahkan buku tulisnya pada Christof.

"Terbaik deh lo. Eh Zee, kagak dapat bekal lagi?" goda Christof, sebab setelah pemberian bekal dari seseorang kemarin, tak ada lagi bekal yang Zean terima.

"Kagak. Gua udah bekel sendiri," jawab Zean.

"Oh begituu." Christof mulai menyalin jawaban dari Aldon dengan semangat. Ya semangatlah, orang tinggal nyalin tidak perlu mikir jawaban.

"Surat dispen nanti diambil dimana dah?" Tanya Rollan yang kini bergabung.

"Pagi-pagi dah minum es aja lu, Lan," kata Aldon yang melihat Rollan membawa es cekek di tangannya.

"Abisnya haus broww," jawab Rollan.

"Pasti itu ga manis es nya," tebak Christof.

"Manis kok," jawab Rollan.

"Masa sih? Mana coba." Rollan dengan polos memberikan es cekeknya pada Christof untuk dicicipi. Tak tau saja jika itu hanya alibi Christof agar bisa meminta es milik Rollan.
Christof mengecap-ngecapkan mulutnya seperti sedang mencerna rasa di lidahnya. "Bentar-bentar belum kerasa."

"Yeuu, bilang aja kalau lo pengen Chris-Chris pakek segala bilang es nya ga manis," kata Zean yang memperhatikan.

"Ya elah Chris," ucap Rollan tak habis pikir dengan temannya. Dia pikir temannya itu salah lidah sampai tidak merasakan manisnya es teh ini.

"Heheh...meminta dengan trik ini namanya," jawah Christof.

Anak-anak yang berkumpul di luar kelas serentak memasuki kelas karena guru mapel pagi ini telah hadir. Pelajaran akan segera dimulai. Zean dengan malas harus mengikuti pelajaran ini. Yang dia harapkan disetiap harinya adalah bisa segera pulang ke rumah agar tidak pusing memikirkan apa saja yang terjadi di sekolah ini.

HANYA TENTANG KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang