16

3.1K 271 18
                                    

_HTK_

Suara gemuruh motor memasuki halaman rumah. Itu adalah motor Zean, yang sudah sampai di depan gerbang rumah Shani. Hujan sudah reda, hanya menyisakan hawa dingin yang menusuk.

"Mampir dulu yuk, sekalian kamu ganti baju di sini, nanti aku pinjemin baju adek aku," ajak Shani. Dia tak tega melihat Zean basah kuyup dan kedinginan.

"Ga usah kak. Aku langsung pulang aja. Nanti sekalian bersih-bersih di rumah," tolak Zean dengan sopan.

"Yaudah. Langsung pulang ya, jangan mampir kemana-mana lagi. Nanti sampai rumah langsung mandi, kalau bisa bikin yang anget-angetan biar badan kamu jadi anget. Jangan sampai besok kamu masuk angin karena hujan-hujan," kata Shani penuh perhatian.

"Iya Kak Shani, nanti aku lakuin apa yang kak Shani minta. Aku pamit ya kak?"

"Eh, bentar. Em, boleh minta nomor ponsel kamu ga?" Tanya Shani malu-malu.

"Oh boleh kok," jawab Zean. Shani tersenyum senang, dia segera membuka tasnya mengambil ponselnya yang dia simpan di dalan tas. Untung tas yang Shani gunakan anti air, jadi bagian dalam tas Shani tak basah saat kena air. Zean menerima ponsel Shani dan mengetikkan nomornya tanpa nama. Setelah itu dia mengembalikan lagi, dan berpamitan untuk pulang. "Udah kak. Aku pulang ya?"

"Iya makasih banyak ya. Maaf kamu jadi tambah telat pulangnya," ungkap Shani.

"Iya kak ga papa. Duluan ya kak?"

"Iya hati-hati di jalan." Zean mengangguk dan kembali melajukan motornya untuk segera pulang ke rumah. Pasti orang rumah sudah khawatir karena dia tak kunjung pulang sampai jam segini. "Eh, astaga hoodie Zean?" Shani lupa kalau dia masih mengenakan Hoodie milik Zean.

_HTK_

"Assalamuallaikum." Zean menyalimi tangan Mamanya yang sudah menanti di ruang keluarga.

"Waalaikumsalam. Kamu kemana aja baru pulang? Ga inget rumah kah? Ga usah pulang aja sekalian sana, biar jadi gelandangan," omel Mama Zean.

"Baru pulang dimarahin. Ngajak berantem?" Balas Zean main-main.

"Berani kamu?!"

"Nggak ma! Zean cuma bercanda. Maafin Zean ya ma, baru pulang. Karena tadi ngaterin kakak kelas Zean dulu kasihan ga ada jemputan," jelas Zean.

"Boong tuh Ma, pasti kelayapan dulu, main dulu, buktinya tuh bajunya basah semua," kompor Cindy.

"Eh, lo jangan jadi kompor meleduk ya?" Cindy menjulurkan lidahnya meledek.
"Seriusan kok Ma, tadi Zean nolongin kakak kelas Zean dulu. Makanya baru pulang. Udah dong Ma, jangan dimarahin nanti Zean masuk angin yang ada. Udah kedinginan ini Zean," kata Zean memelas.

"Udahlah Ma, biarin aja. Lagian dia anak lakik, jadi maklumin," kata Papa Zean membela.

"Halah! Mau lakik mau cewe sama aja! Harus tau aturan!" Omel Mama Zean. Papa Zean sampai kicep tak mau lagi berkata kalau istrinya itu sudah bersabda.

"Maafin Zean Ma," ucap Zean cemberut. Dia merubah mimik wajahnya menjadi melas. Agar Mamanya itu luluh dan tak lagi mengomel.

"Huh, lain kali kalau pulang telat hubungin orang rumah, biar Mama ga khawatir. Udah pulang telat ga ada kabar lagi," kata Mama Zean yang sudah tak semarah tadi.

"Iya Ma. Maaf tadi, ponsel Zean mati, batrenya lobet," jelas Zean.

"Yaudah sana kamu mandi. Mama bikinin susu anget buat kamu," kata Mama Zean.

"Oke Ma. Zean mandi dulu."

Cuph. Zean mencium pipi Mamanya, kemduian dia pergi ke kamarnya untuk bersih-bersih. Rumah Zean hanya satu lantai, tapi cukup luas. Bahkan di belakang rumahnya tersedia lapangan basket yang dibuatkan Papanya jika Zean ingin bermain basket. Kamar Zean terletak di sebelah kamar Cindy. Saat melewati kamar Cindy, Zean berhenti. Lalu tersenyum usil.

Selesai mandi Zean kembali bergabung dengan keluarganya yang sedang berkumpul. Memang sudah rutinitas setiap hari keluarganya itu akan menyempatkan untuk menonton bersama atau berbincang walaupun sebentar. Zean mengambil duduk di sebelah Cindy yang sibuk nyemil keripik rasa original. Zean yang ingin merasakan juga mengambil beberapa keripik.

"Ish! Jangan banyak-banyak," kesal Cindy. Pasalnya adiknya ini jika sudah cocok dengan rasa makanan yang sedang dimakan, akan tak tanggung-tanggung menghabiskan dalam sekejab.

"Dikit doang ih!"

"Zean susu hangat kamu udah Mama bikinin. Ambil sendiri gih di dapur."

"Makasih Ma," ucap Zean.

"Oh iya kak, ponsel lo bunyi mulu dari tadi di kamar. Berisik!" Kata Zean. Kebiasaan kakaknya itu jarang membawa ponsel saat sedang berkumpul seperti ini.

"Iyakah?"

"Iya."

Cindy meletekkan toples isi keripik, kemudian pergi untuk mengecek ponselnya di kamar. Zean yang melihat pun terkekeh, kemudian dia ikut bangkit untuk mengambil susunya di dapur. Tak lama Zean kembali sambil meminum susu hangat itu dengan pelan.

"AAAAAA! ZEAANNN!" teriak Cindy. Zean yang minum sampai ingin menyeburkan air dalam mulutnya. Setelah air itu tertelan Zean langsung tertawa puas. Dia tau kalau kakaknya itu pasti sudah terkena dalam rencana usilnya tadi.

"Kamu apain kakak kamu, Zean?" Tanya Papa Zean, tapi Zean tak menjawab dan masih tetap tertawa.

"Zean! Ini pasti kelakuan lo kan?!" Cindy datang dengan membawa mainan ular-ularan ditangannya.

"Ih kakak! Buang kakk! Ngapain kamu pengang-pegang ular gitu?!" Panik Mamanya, ia belum tau kalau yang dipegang Cindy adalah ular mainan.

"Kalau iya kenapa?" Kata Zean tengil.

"Ih! Ngagetin tau gak?!" Cindy melemparkan ular mainan itu pada Zean. Mama mereka sampai terjingkat melihat ular mainan itu melayang. "Itu ular mainan Ma, ga usah takut," kata papa menenangkan.

Zean tertawa puas melihat kakaknya itu kesal. Rencana untuk menjahili kakaknya kali ini kembali berhasil.

























Zean ternyata rese anaknya wkwkkw.

Besok apa? Yah senin! Hari memalaskan.

Dah gitu aja, maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang