30

3.2K 278 37
                                    

_HTK_

Suasana hening. Zean dan Papa Shani sama-sama terfokus pada papan catur di depan mereka. Sesekali Papa Shani menyeruput wedang jahenya yang baru saja dibuatkan oleh istrinya. Suasana di luar dingin, karena hujan kembali turun. Lagi-lagi Zean harus menetap lebih lama lagi. Hal itu juga membuat Papa Shani senang, karena artinya mereka bisa bermain lebih lama lagi. Entah sudah keberapa kali permainan catur ini terus berlangsung. Di sisi lain Shani dibuat kesal karena Papanya itu tak kunjung menyudahi permainan itu. Dengan alasan ternyata Zean cukup jago dalam bermain catur, yang membuat Papa Shani terus meminta lagi dan lagi.

"Pa, udah dong mainnya. Shani mau ngobrol sama Zean," pinta Shani yang kini duduk di sebelah Zean, menyandarkan kepalanya di lengan Zean. Dia tak malu menunjukkan kedekatannya dengan Zean. Berbeda dengan Zean yang diam-diam deg-degan parah kalau Papa Shani marah, tapi sejauh ini Papa Shani membiarkan saja.

"Bentar dong Shan. Kamu kalau pengen ngobrol sama Zean ya ngobrol aja, Papa ga bakal ganggu kalian kok," jawab Papa Shani sambil berpikir lalu menggerakkan anak pion catur.

"Ih, nanti Papa denger obrolan aku sama Zean."

"Ya ga papa denger, orang Papa punya kuping," balas Papa Shani.

"Udah hampir sejam kalian main, apa ga bosen?" Tanya Shani.

"Nggak. Ini seru tau Shan. Makanya kalau kamu Papa ajak main catur tuh mau, biar tau sensasi mainnya."

"Nggak mau. Ngebosenin!" Jawab Shani.

"Parah kamu," ucap Papa Shani.

"Zeann~" rengek Shanu berharap pacarnya itu mau mengakhiri permainan catur ini. Namun, apalah daya Zean yang hanya bisa pasrah menuruti kemauan sang Papa Shani, kembali lagi semua dia lakukan demi mengambil hati Papa Shani.

"Kamu dari pada gangguin kita main, mending main sama Krisna sana. Dia kan udah pulang," saran Papa Shani. Memang benar Krisna adik Shani sudah pulang sedari tado. Namun, Zean belum sempat berkenalan, sebab saat Krisna datang, adik Shani itu langsung berlari ke kamarnya, karena merasa ingin buang air besar, rasanya udah diujung tanduk katanya.

"Ga mau, adek ngeselin," jawab Shani.

"Yaudah kamu diem aja dulu," kata Papa Shani.

"Ck!" Shani berdecak lalu beranjak pergi entah kemana. Zean memandang kepergian pacarnya itu. "Udah biarin aja. Nanti juga balik lagi," kata Papa Shani.

"Iya om," ucap Zean. Mereka tetap melanjutkan permainan catur sampai Krisna, adik Shani bergabung di tengah-tengah mereka bermain.
"Waduhh, kayaknya seru banget nih diliat-liat. Dari tadi belum selesai," kata Krisna.

"Lagi seru nih. Zean lebih jago dari kamu Kris," kata Papa Shani.

"Iya kah? Kalau gitu abis ini, harus lawan aku sih," kata Krisna.

"Oh iya, btw nama lo siapa?" Tanya Krisna pada Zean.

"Gua, Zean." Zean tersenyum sambil menjabat tangan Krisna.

"Pacar kak Shani ya?" Tebak Krisna.

"Loh, emangnya kamu udah jadian sama anak saya? Kok ga ada ngasih tau," sela Papa Shani.

"Anu om, i-iya, baru tadi resmi jadian," jawab Zean.

"Wah, selamat ya. Om ikut seneng dengernya. Kamu harus bener-bener jagain anak saya. Harus sabar juga, gitu-gitu Shani posesif parah, pencemburu juga," ungkap Papa Shani.

"Iya om. Saya bakal perhatiin kak Shani kok," jawab Zean. Dia merasa lega, karena respon keluarga Shani ternyata ikut senang.

"Kak? Lo lebih muda dari kakak gua?" Tanya Krisna kepo. Dia tak menyangka kalau benar yang akhirnya mendapatkan kakaknya itu, yang lebih muda.

HANYA TENTANG KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang