_HTK_
Setelah mengantar Shani ke toko buku, Zean mengantar Shani pulang dan singgah sebentar di sana. Dia awalnya ingin langsung pulang karena hari sudah sore, tapi terpaksa harus mampir dulu karena ada Papa Shani yang melihat anaknya diantar oleh lelaki, ia langsung ingin mengintrogasi Zean.
Kini Zean sedang menghadap pada Papa Shani, sedangkan Shani di dapur bersama bundanya. Dia merengek pada bundanya agar bundanya itu mau meminta papanya tidak memarahi Zean. "Ma, buruan samperin Papa. Jangan sampai papa marahin si Zean, dia ga ada salah apa-apa," kata Shani.
"Temen kamu ga ada salah apa-apa kan? Jadi yaudah kamu tenang aja. Lagian papa ga mungkin marahin anak itu. Papa pasti cuma pengen tau seluk beluk temen kamu itu sampai berani nganter kamu pulang," jawab Mama Shani, sambi berkutat membuat minum untuk dirinya sendiri.
"Tapi Shani khawatir, pasti Zean takut ngehadapain Papa."
"Zean cowokan? Cowo ga bakal jadi penakut."
"Ish, Mama," kesal Shani.
Di hadapan Papa Shani, Zean sudah panas dingin. Ingin meneguk lidahnya sendiri rasanya susah, lidahnya kelu, matanya berkaca karena takut.
Apa salah gua ya Allah? Batin Zean."Kamu siapanya anak saya?" Tanya Papa Shani sambil terus memperhatikan Zean dari bawah ke atas dan sebaliknya.
"S-saya adek kelasnya Kak Shani, om," gugup Zean.
"Yakin cuma adek kelas? Bagaiamana bisa kamu nganterin pulang anak saya?"
"Em.. k-karna berawal punya tujuan yang sama mau ke toko buku sepulang sekolah, dan akhirnya saya sekalian anterin Kak Shani pulang."
"Saya dapat info kalau kamu kemarin pernah ke sini bawa bubur ayam banyak, betul?"
"I-iya om betul."
"Kamu kelas berapa?"
"10 om."
"Masih bocah ternyata?" Zean meneguk ludah kasar, suasana tegang ini membuat dirinya tak nyaman. Zean tak menyangka Papa Shani akan semenyeramkan ini, beda sekali dengan Mama Shani yang perhatian. "Saya tau, kalau kamu punya rasa dengan anak saya." Perkataan Papa Shani membuat Zean terkejut.
"Ha? Nggak kok om-"
"Tidak usah mengelak. Sangat terlihat dari tatapan kamu. Dan juga baru kali ini ada yang berani mengantar Shani sampai depan rumah, saya yakin kalau ada sesuatu diantara kalian," kata Papa Shani penuh selidik.
"Saya hanya ingin dekat dengan Kak Shani, Om." Zean menundukkan kepalanya sambil memainkan jarinya, dia takut.
"Jangan dekati anak saya jika kamu tidak serius. Saya bisa melihat kalau kamu anak baik, jadi saya restuin kalau kamu mau deketin anak saya. Jaga dia baik-baik, saya percaya sama kamu. Saya tunggu kabar baik dari kalian, jangan lupa makan-makan kalau kalian sudah jadian."
Zean yang mendengar perkataan Papa Shani sontak menangkat kepalanya, tak percaya. Papa Shani merestuinya?
"Saya masuk duluan ya. Semoga berhasil." Papa Shani tersenyum lalu, beranjak pergi. Zean memandang punggung Papa Shani dengan tatapan tak percayanya.
Shani yang melihat Papanya sudah pergi, dia langsung menghampiri Zean untuk menanyakan apa saja yang Papanya itu katakan pada Zean. "Kamu diapain aja sama Papaku? Kamu ga dimarahin kan?"
"Nggak kok Kak. Papa kakak ga marahin aku. Cuma nanya doang kok bisa kakak, aku anter pulang," jawab Zean. Dia tak menceritakan tentang Papa Shani yang merestui hubungan Zean dan Shani jika ingin berlanjut ke tahap yang lebih lagi.
"Syukurlah. Aku takut kalau papa marahin kamu." Shani melemaskan badanya lega.
"Khawatir ya?"
"Pakek nanya," sahut Shani yang membuat Zean terkekeh.
"Malem minggu keluar yuk," ajak Zean.
"Kemana?" Tanya Shani, karena tiba-tiba sekali Zean mengajaknya.
"Ya jalan-jalan, kemana aja. Lihat aja nanti," jawab Zean.
"Mau ga?"
"Boleh," jawab Shani.
"Oke, ntar waktunya kita lihat nanti malam minggu. Aku pulang dulu ya kak, udah mau maghrib."
"Ga nunggu abis maghrib aja sekalian?"
"Nggak. Aku pulang sekarang aja."
"Oke. Aku anterin ke depan."
Sebelum pulang tentunya Zean berpamitan dengan orang tua Shani, kemudian Shani mengantarkan Zean ke halaman depan yang akan bersiap untuk pulang. "Hati-hati di jalan jangan ngebut, maghrib-maghrib rawan soalnya," peringat Shani.
"Kalau ga ngebut ga bakal sampe rumah dengan cepet kak," jawab Zean.
"Nurut deh, jangan ngeyel. Nanti kalau udah sampe rumah hubungin aku," kata Shani.
"Siap Kak Shani yang baik," jawab Zean.
"Dah sana balik." Zean mengangguk lalu menyalakan motornya. Dia memandang wajah Shani sebentar lalu tersenyum saat Shani menggeplak helm Zean sampai kaca helmnya turun ke bawah.
"Jangan liatin kayak gitu," kata Shani.
"Kenapa?"
"Ya pokoknya jangan."
"Salting ya?" Goda Zean.
"Dih pede banget adek-adek satu ini," jawab Shani yant mengelak. Dia tak mau jika Zean tau, kalau dirinya memang salting.
"Yaudah aku pulang duluan ya kak."
"Iya, hati-hati."
"Iya." Zean mulai menjalankan motornya menjauhi rumah Shani.
Sedangkan Shani masih melihat motor Zean yang mulai menjauh. Sampai sudah dirasa cukup jauh, Shani mulai melompat-lompat karna merasa senang dengan apa yang terjadi hari ini. Dia merasa senang karena bisa pergi bersama Zean. Dia mulai merasa jika apa yang dia pikirkan tentang perasaanya mulai terbukti.
Olahraga sore dengan lompat lompat depan rumah.
Dah gitu aja, bsk gua sibuk ges, jadi ga bisa up. Gua izin ya sama kalian, tolong jangan teror gua, karena gua sibuk betull.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA [END]
Teen Fiction"Awalnya sih iseng, lah kok keterima?" Start : 17 September 2023 End : 26 November 2023 Revisi : 11 Juli 2024 Selesai : 14 Juli 2024