39

2.7K 249 14
                                    

_HTK_

Hari sudah sore, Zean dan Shani memutuskan untuk pulang. Namun, saat sudah di rumah Shani dan Zean akan pulang justru tidak diperbolehkan oleh Shani. Shani terus saja menahan Zean agar tetap berada di rumahnya. Keluarga Shani sudah angkat tangan, malas meladeni sifat manja Shani yang kapan saja bisa terlihat.

"Kamu di sini aja. Kan kamu di rumah sendirian. Nanti kalau kamu nekat pulang terus di rumah malah diganggu makhluk Invisible emangnya mau? Nggak kan? Jadi di sini aja. Yak kan Mi?" Banyak sudah aladan yang Shani katakan agar menahan Zean lebih lama lagi.

"Terserah kalian aja," jawab Mami Shani yang fokus memainkan ponselnya dengan kecerahan cahaya ilahi.

"Makhluk Invisible-nya ga bakal berani ganggu aku kok," balas Zean.

"Ah, kamu mah ga tau aja. Ntar kamu digodain nangis lagi, apa lagi dijam segini rawan makhluk kayak gitu pada muncul. Mana sendirian di rumah. Serem Zean, jadi kamu di sini aja, pulangnya nanti."

"Huhfft yaudah iya, aku di sini dulu, pulangnya nanti deh," putus Zean pasrah yang membuat Shani bersorak senang.

"Jadi karna nak Zean masih mau di sini, mending kita main catur aja yuk," sahut Papi Shani yang ikut bergabung.

"Ga boleh! Abis ini Zean mau aku ajak jalan-jalan keliling sekitar." Shani menolak ajakan Papinya, karna dia sudah tau jika bermain catur pasti lupa waktu.

"Kalian kan baru aja pulang jalan, Zean mau diajak jalan kemana lagi sih Shan?" Heran Papi Shani, karena anaknya seakan tak ada capeknya.

"Mau aku ajak ke taman bermain komplek," jawab Shani.

"Itukan tempat buat anak-anak, kamu mau ngapain ke sana?" Sahut Mami Shani.

"Mau main. Lagian aku juga masih anak-anak kali Ma. Anak-anak SMA," kata Shani.

"Hadehh, malu kalau diliat anak kecil Shan. Udah gedhe tapi mainin permainan anak-anak," kata Mami Shani.

"Makanya aku pilih waktu malam ke sananya Mi, biar ga ada anak-anak yang main ke sana. Jadi ga perlu lah aku malu." Itulah Shani dengan sejuta jawabannya. Mami dan Papi Shani hanya menggeleng pasrah.

Benar saja, sehabis Maghrib Zean diajak dengan berjalan kaki menuju taman bermain anak-anak yang jaraknya tak jauh dari rumah Shani. Di sana nampak sepi, ya karena sudah malam jadilah sepi. Kalau pas keadaan terang, apa lagi hari weekend biasanya taman ini penuh dengan anak-anak yang bermain di sini.

"Ayo sayang main." Zean hanya menurut pasrah saat tangannya ditarik untuk mencoba permainan anak-anak yang ada si sini. Mulai dari mencoba jungkat-jungkit, perosotan, menaiki besi yang gerakannya bisa diputar, dan lain-lain. Mereka berdua sudah persis seperti anak-anak yang kesenengan dikasih mainan.

"Aku mau coba naik yang ini," kata Zean sambil mendekati sebuah kuda yang dibawahnya ada tuing-tuingnya. Apalah itu Zean tak tau namanya.

"Ntar kalau tuing-tuingnya mleyot, ga kuat kamu naikin gimana Zee?"

"Kuat kok sayang. Kalau ternyata rusak ya nanti kita tinggal melarikan diri," jawab Zean. Dia menaiki permainan itu lalu menggerakkannya. Suara gelak tawa kesenangan terdengar dari Zean.

"Kayak anak kecil deh kamu," kata Shani, tapi tak dihiraukan oleh Zean, karena dia masih sibuk dengan kesenangannya. Shani mengeluarkan ponselnya dan memfoto kegiatan Zean. Tak lupa di meng-uploadnya ke media sosial. Sepertinya dengan perlahan mereka harus mengubar hubungan ini, agar tak ada yang berani mendekati milik Shani.

___________________
Shn_Laksani

100 menyukaiShn_Laksani momong bocah @ZeandaranKomentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

100 menyukai
Shn_Laksani momong bocah @Zeandaran
Komentar...

Tehmpen tuhkan bener tebakan gue, kalian jadian!?😱

Sisca_istriearth kudu berterima kasih sama gue ga sih? Kan gue yang dari dulu ngedeketin kalian berdua😌

Roby_human wow😅

Rollan_batak cuokkkk, traktiran @Zeandaran

_____________________

"Kamu cape ga?" Tanya Zean saat di perjalanan mereka akan kembali ke rumah Shani.

"Nggak kok," jawab Shani. Namun, tiba-tiba Zean memberhentikan jalan Shani, lalu beralih jongkok di depan Shani. "Eh, kamu ngapain?" Bingung Shani.

"Naik ke punggung aku. Aku gendong sampe ke rumah. Pacar aku ga boleh kecapean. Jadi aku harus selalu jagain pacar aku," kata Zean.

"Nanti kamu yang jadi cape karna gendong aku," jawab Shani.

"Nggak kok. Pacar Shani kan kuat. Jadi apa pun buat Shani, aku bakal lakuin itu. Ayo naik." Shani dengan perlahan naik ke atas punggung Zean, serasa sudah nyaman, Zean berdiri dan melanjutkan jalan dengan Shani yang berada di gendongannya. Zean berjalan dengan santai, tak mempedulikan saat tak sengaja berpapasan dengan orang yang memperhatikannya.

"Aku malu," ungkap Shani, yang suaranya teredam karna  meringsek di pundak Zean.

"Malu kenapa?"

"Diliatin orang-orang."

"Biarin aja mereka. Sebentar lagi sampe kok," jawab Zean.

"Liat deh bulannya bagus banget." Shani mendongak melihat bulan yang Zean maksud. "Iya bagus. Aku pengen ngefoto, tapi hasilnya pasti ga kayak bulan, tapi malah kayak pilus," kata Shani.

"Kamu mau foto Bulan dengan jelas?" Tanya Zean.

"Mau!"

"Ambil di google, pasti banyak."

"Ih!"

"Ah!" Keluh Zean karena tangan Shani yang tadi dikaitkan dengan erat oleh sang pelaku. "Aku kira serius mau ngefotoin sendiri," kata Shani.

"Susah yang. Bener kata kamu, pasti jadinya kayak pilus," jawab Zean.

"Lagian buat apa juga aku ngefoto bulan? Kan udah ada kamu yang cantiknya melebihi bulan. Jadi aku ga perlu susah-susah cari kamera terus ngefoto bulan, tapi tinggal cari kamera terus cari kamu deh."

"Gombal," ucap Shani yang tersipu malu tuh, kalau kalian bisa liat.

"Gombal? Makhluk apa itu? Aku cuma ngungkapin fakta. Kamu itu sempurna, bahkan bulan aja iri kalau liat kamu, apalagi pas lagi senyum."

"Emang bulannya pernah ngomong ke kamu?"

"Pernah."

"Gimana?"

"Bulannya bilang; Zean, bilangin ke pacar kamu itu, Shani, jadi cewe jangan cantik-cantik. Aku jadi iri ngelihatnya. Karna kecantikannya, kamu jadi lebih milih merhatiin Shani dari pada aku. Gitu kata si Bulan," jawab Zean.

"Bulan yang kamu maksud yang mana dulu nih?"

"Bulan yang jualan nasi ketoprak di komplek aku. Kamu kenal kan?" Shani tertawa mendengarnya. Tentu dia kenal Bu Bulan yang jualan nasi ketoprak, yang sangat ramah pada orang-orang. Sudah beberapa kali Shani diajak Zean ke sana.

"Tapi beneran tau, kamu itu lebih indah dari pada Bulan. Kamu sempurna. Aku beruntung punya kamu. Kita gini terus ya? Jangan berantem-berantem. Aku sedih kalau kita sampe berantem. Aku tau aku masih kecil, jarak umur kita juga ya segitulah, tapi aku berusaha biar cocok di samping kamu kok. Jangan bosen sama aku ya?" Ungkap Zean. Shani tak menyangka Zean akan mengatakan hal seperti itu. Entah kenapa matanya kini berkaca-kaca.

"Jadi diri kamu sendiri aja sayang. Aku nerima kamu gimana pun sifatnya. Pada dasarnya emang aku udah bucin sama kamu. Jadi kalau kamu sampe jadi gila pun bakal aku terima," jawab Shani.

"Kenapa gila? Ga ada perumpamaan yang lain kah?"

"Yaudah aku ganti deh. Ga waras!"

"Awas ya kamu!" Zean berlari zig zag dengan kencang lalu juga berputar-putar, yang membuat Shani takut jika mereka nanti terjatuh. Namun, tidak dengan Zean dia malah tertawa puas.

"Zean! Jangan usil!"






















Dah, gua mo lanjut turu. Tadi baru bisa tidur jam 3 pagi, sekarang masih ngantuk.

Semangat yang sekarang lagi ujian.

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang