19

3.1K 275 19
                                    

_HTK_

Ting tong~

"Permisi!"

Ting tong~

Zean sudah sampai di depan rumah Shani. Dia beberapa kali memencet bel, tapi tak ada yang membukakan. Siang ini hari kembali terlihat mendung. Zean takut kembali kehujanan jika tidak segera dibukakan gerbang. Dia akan mencoba memencet bel sekali lagi, jika masih tak ada yang membukakan Zean akan memutuskan untuk pergi saja dari sana.

Ting tong~

"Permisi!" Zean mengintip ke arah pintu rumah yang kini terbuka dan menampilkan seorang ibu-ibu yang berjalan tergesa menghampiri.

"Iya dek, cari siapa?" Tanya ibu itu dengan sopan.

"Cari Kak Shani, bu. Saya temennya, mau ketemu sama dia," jawab Zean.

"Oh temen non Shani? Maaf ya dek baru bukain, tadi Bibi di kamar mandi. Nyonya sibuk ngurus Non Shani lagi sakit," jelas ibu itu sambil membukakan gerbang untuk Zean. Sepertinya ibu itu adalah asisten rumah tangga di sini.

"Iya ga papa bu," ucap Zean.

"Panggil bibi aja dek. Motornya masukin aja dek biar ga hilang." Zean mendorong motornya untuk masuk ke dalam perkarangan rumah Shani.

" Zean mendorong motornya untuk masuk ke dalam perkarangan rumah Shani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gini kira kira gambaran rumah shani. Dari google)

Zean digiring masuk ke dalam rumah dan dipersilahkan duduk. "Oh iya, ini bik bubur ayam buat Kak Shani." Zean menyerahkan sekresek besar berisi bubur ayam yang tadi dia beli.

"Banyak banget dek," kata Bibi.

"Ada siapa Bi?" Tanya seorang perempuan dewasa, sepertinya ibu dari Shani.

"Ini bu, ada temennya non Shani mau ngejenguk. Dia bawa bubur buat non Shani katanya, tapi banyak banget," jelas Bibi.

"Astaghfirullah, banyak banget dek. Shani yang pesen tadi?" Tanya Ibu Shani yang juga kaget melihat bubur yang Zean banyak teramat banyak.

"Nggak, ini saya sendiri yang inisiatif beli. Soalnya saya ga tau jumlah anggota keluarga Kak Shani, jadi saya beli banyak aja sekalian, biar ke bagi rata semua," jelas Zean sambil cengengesan.

"Ya ampun, kamu ini. Harusnya ga usah repot-repo nak," kata Ibu Shani.

"Ga papa tante. Ga repot kok. Emm... tante, Kak Shaninya ada?" Tanya Zean.

"Ada, dia lagi istirahat. Tadi tante suruh makan buat minum obat susah banget anaknya. Rewel. Tante panggilin dia dulu. Bi tolong salinin dua bubur ayam ini ya, buat temen Shani sama Shani."

"Baik nyonya."

"Tunggu sebentar ya nak." Zean mengangguk. Sambil menunggu, dia meminkan ponselnya. Beberapa pesan masuk yang berisikan teman-teman Zean yang mengajaknya untuk kumpul bermain. Namun, Zean menolak dengan alasan dia sibuk, dan lelah sehabis kegiatan tadi.

"Zean?"

"Eh, hai kak." Zean tersenyum melihat kedatangan kakak kelasnya itu.

"Kamu kok bisa di sini? Mau apa? Kenapa ga ngabarin kakak?"

"Mau jenguk Kak Shani. Sengaja biar, suprise."

"Darimana tau aku sakit?"

"Tadi udah nebak dari di sekolah. Aku jadi ngrasa ga enak. Kak Shani pasti sakit karena kehujanan kemarin ya kak? Seharusnya kemarin kita nunggu hujan reda aja, biar kak Shani ga jadi sakit gini," kata Zean merasa bersalah.

"Nggak kok. Aku sakit bukan karena kemarin. Memang karena lagi kecapean aja, sama karena perubahan cuaca yang mau pindah ke hujan. Jadi kamu ga usah merasa bersalah gitu ya? Kakak ga papa kok," jelas Shani. Dia tak tega melihat adik kelasnya itu merasa bersalah.

"Kata ibu kakak, kakak ga mau makan. Padahal udah waktunya minum obat?"

"Ah nggak kok," elak Shani. Dia merutuki ibunya yang mengadu pada Zean jika dirinya tak mau makan.

"Ga usah ngelak kak. Kak Shani harusnya jangan telat makan sama minum obat, biar ga sakit terus. Biar sakitnya cepet sembuh," kata Zean penuh perhatian.

Ibu Shani datang bersama Bibi yang membawa makanan dan minum di atas nampan. "Nah Shani, biar ada temennya, sekarang kamu makan terus minum obat. Jangan rewel, kamu udah gedhe. Jangan kayak anak kecil lagi," omel Ibu Shani.

"Mama," desis Shani pada Mamanya untuk tidak mengomel di depan Zean. "Apa? Makan cepet. Nak, kamu juga makan ya temenin Shani," kata Mama Shani.

"Tapi tadi saya udah makan tante," jawab Zean. Sebenernya dia merasa tak enak jika harus makan di sini.

"Makan sedikit aja ga papa. Shani, kamu harus makan, kalau sampe Mama pas kembali ke sini lagi kamu belom makan dan belum minum obat, awas aja," ancam Mama Shani.

"Iya-iya," jawab Shani pasrah.

"Mama tinggal dulu." Mama Shani meninggalkan mereka berdua agar lebih leluasa saat makan. Sedangkan bibi tadi sudah pergi setelah meletakkan nampan di atas meja.

"Dimakan kak. Daripada di omelin Ibu Kakak lagi," kata Zean.

"Rasanya ga enak dimulut aku. Pait," ungkap Shani.

"Sedikit aja ga papa kak. Biar perut kakak ada isinya." Zean yang melihat Shani hanya mengaduk-aduk buburnya, merasa gemas. Zean tanpa pikir panjang langsung mengambil alih bubur Shani dan bersiap untuk menyuapi Shani makan. "Buka mulut kakak," kata Zean sambil mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut Shani.

Shani dengan ragu dan malu-malu membuka mulutnya, menerima suapan dari Zean. Dia mengunyah sambil mengarahkan wajahnya ke arah lain. Karena jujur saja dia malu. Dan perhatian yang Zean berikan itu membuat debaran yang berbeda di hatinya. Perutnya pun merasa geli seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan di sana.




















Adududuh udah suap-suapan aja ni dia sejoli wkwkwk.

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang