28

3.2K 301 36
                                    

_HTK_

Di sinilah Shani dan Zean sekarang. Di ruang OSIS, tempat yang aman menurut Shani. Dari pada di tempat lain, bisa saja banyak orang yang melihat dirinya bersama dengan Zean. Shani diam-diam sudah mengirim pesan pada temannya Feni bahwa dirinya akan telat masuk kelas dengan alasan sedang berada di uks tak enak badan.

"Kenapa Kak? Bel udah berbunyi tuh," kata Zean.

"Kita butuh waktu buat ngobrol," kata Shani.

"Kan bisa nanti pas pulang sekolah," jawab Zean.

"Kelamaan. Belum tentu juga bisa ngobrol, jadi lebih baik sekarang aja," jelas Shani.

"Oke. Apa yang pengen kak Shani omongin?" Tanya Zean tak mau basa-basi.

"Kamu kenapa?"

"Aku kenapa?" Bingung Zean, perasaan dirinya tidak kenapa-kenapa, dirinya Alhamdulillah sehat wal'afiat.

"Kamu dari kemarin berubah. Kenapa? Aku ada salah kah?" Tanya Shani. Apa perubahan Zean terlalu ketara, sampai Shani bisa mengetahuinya.

"Aku ga papa kok. Aku biasa aja," elak Zean.

"Bohong! Kamu berubah! Chat dari aku aja ga kamu bales dari kemarin."

"A-aku ga ada kuota."

"Chat aku yang tadi juga ga kamu bales!"

"Aku ga buka hp," jawab Zean lagi.

"Komen aku di postingan kamu ga kamu bales juga!"

"I-itu—"

"Ga usah kebanyakan alesan Zean. Langsung aja bilang, kamu kenapa berubah? Kamu terkesan ngejauhin aku. Aku salah apa, kasih tau? Aku ga tau salah aku apa," ungkap Shani dengan menggebu-gebu.

"Aku ga papa kak. Kak Shani ga ada salah apa-apa juga kok. Kak Shani salah ngira," jelas Zean.

"Cewe yang tadi di sebelah kamu siapa? Apa dia yang jadi alesan kamu ngehindar dari aku? Aku juga baca komen dari temen kamu kemarin kalau kamu boncengan sama cewe. Apa cewe itu yang dimaksud? Kapan? Kapan kamu boncengan sama dia? Jawab!" Shani tanpa sadar malah terbawa emosi.

"Nggak kak! Dia Kathrin, temen aku. Iya dia yang kemarin boncengan sama aku. Aku ngeboncengin dia karena kasihan, hujan-hujan pulang sendirian, jadi aku anter pulang. Tapi bukan dia yang jadi alesan seperti apa yang Kak Shani pikirin," jelas Zean.

"Terus apa?!" Tanya Shani dengan nada tinggi. Untung saja ruang OSIS ini kedap suara, jadi dapat dipastikan tak ada yang mendengar perdebatan mereka berdua di sini.

"Karena aku cemburu kak?! Aku cemburu liat kakak pulang sama pacar kakak itu! Karna pacar kakak itu, kakak jadi nolak pulang bareng aku! Lagian kalau kakak udah ada pacar kenapa kakak ga bilang?! Kakak ga mikirin perasan aku kah?!" Ungkap Zean dengan emosi. Shani terdiam mendengarnya, apa lagi melihat perubahan Zean yang menyeramkan saat marah membuat Shani cukup syok. "Aku cemburu kak, puas sekarang?" Ungkap Zean lagi dengan nada lirih.

"Aku ga punya pacar Zee," kata Shani tak kalah lirih.

"Terus cowo yang aku liat kemarin siapa? Yang Kak Shani temenin jalan-jalan di mall, beli baju, sepatu bahkan cincin kak," tanya Zean sangat kepo.

"Kamu salah paham Zean. Dia bukan pacar aku. Aku ga ada pacar. Dia itu sodara aku. Kemarin aku nemenin dia, karena dia minta bantuan aku cari barang buat pacarnya. Untuk cincin itu, dia beli buat ngelamar pacarnya. Kamu salah paham kalau ngira dia pacar aku," jelas Shani yang membuat Zean terdiam. Jadi selama ini dia hanya salah paham saja?

"Terus kenapa Kak Shani tadi senyum-senyum habis telfonan. Itu telfon dari siapa?" Tanya Zean.

"Itu dari sodara aku. Dia ngehubungin aku, ngasih tau kalau lamaran dia diterima sama pacarnya," jelas Shani. Lagi-lagi ternyata Zean hanya salah paham. Pemikirannya tentang pacar Shani ternyata itu salah!

HANYA TENTANG KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang