32

2.8K 262 39
                                    

_HTK_

Shani sedari tadi terus meremas-remas baju seragam milik Zean. Mereka masih sama-sama di atas motor perjalanan pulang. Iya pulang, tapi bukan pulang ke rumah Shani melainkan ke rumah Zean. Selesai mampir dari kedai es krim, tiba-tiba saja Zean langsung mengusulkan untuk mempertemukan Shani dengan sang Mama. Zean ingin memperkenalkan Shani pada Mamanya. Hal itulah yang membuat Shani kini merasa deg-degan. Dia takut jika Mama Zean tak menyukainya. Pikiran buruk terus menghantui Shani.

"Kamu dari tadi remes-remes baju aku mulu, sampai lecek nih," kata Zean dengan pandangan melirik Shani dari spion motor miliknya.

"Aku gugup tau," kata Shani.

"Kenapa gugup?"

"Siapa coba yang ga gugup karna mau ketemu Mama pacar aku sendiri. Pasti guguplah, nanti kalau Mama kamu ga cocok sama aku gimana? Kalau mama kamu ga terima aku jadi pacar kamu gimana Zean?" Kata Shani setengah merengek.

Zean menghentikan motornya, karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Zean memegang lutut Shani dan sedikit mengelusnya, lalu berkata, "Udah kamu tenang aja. Mama aku pasti bakal suka kalau ketemu kamu. Mama aku ga galak kok. Kamu santai aja nanti, anggep aja ketemu Mama sendiri."

Sebuah motor berhenti di samping motor milik Zean, tapi masih ada jarak diantaranya. Entah kenapa Shani dan Zean sontak melihat ke arah motor itu. Motor yang dikendarai oleh seorang bapak-bapak sambil menggonceng seorang anak laki-laki kecil di belakang. Anak laki-laki itu memandang dengan polos.

"Lucu ya adeknya," celetuk Shani.

"Iya lucu. Jadi pengen ngisengin," kata Zean.

"Jangan macem-macem kamu," kata Shani mewanti-wanti.

"Ga macem-macem kok, tapi satu macem aja," jawab Zean. Dia menatap anak kecil itu dengan jahil. Lalu Zean melototkan matanya. Tangannya bergerak memperagakan seperti ingin memotong lehernya. Kemudian Zean menampilkan senyum seperti ingin membunuh. Sontak saja anak kecil itu mengeluarkan suara tangisan.

"Zean!" Panik Shani. Untung saja lampu berubah menjadi hijau, Zean buru-buru menancap gasnya, segera pergi dari sana dengan suara tawa yang puas. "Kamu ini jahil banget!" Kata Shani sambil mencubiti pinggang Zean.

"Hahaha... aduh-aduh, udah jangan dicubit lagi," kata Zean.

"Kamu sih, lihat tadi adeknya nangis. Kalau bapaknya ga terima terus ngejar kita gimana coba? Kamu ini usil banget," omel Shani.

"Hahaha... ga papa sayang, bapaknya ga ada ngejar kita kok. Jadi aman," jawab Zean dengan santai.

Motor Zean akhirnya memasuki halaman rumah. Shani berdiri di samping motor Zean sambil memperhatikan rumah Zean. Rasa gugup kembali dia rasakan.

"Udah siap?" Tanya Zean.

"Aku gugup lagi," rengek Shani sambil mengentakkan kakinya pelan, membuat Zean tertawa.

"Santai, tarik napas, buang... tarik napas, buang...." Shani mengikuti apa yang Zean katakan sampai dirinya merasa lega.

"Udah, ayok." Shani ingin lebih dulu jalan, tapi ditahan sama Zean. "Kenapa lagi sayang? Mumpung gugup aku udah mendingan nih, ayo masuk."

"Iya tau, tapi helm kamu lepas dulu dong. Kalau kamu ketemu Mama, masih pakek helm kayak gini yang ada diketawain Mama aku ntar." Shani meraba kepalanya dan benar saja masih ada helm yang dia kenakan. Karena rasa gugupnya dia sampai lupa melepas helm. Muka Shani memerah, malu. Dia lekas melepas helmnya dan diletakkan di atas jok motor Zean.

Pacarnya itu dengan perhatian merapikan rambut Shani yang sedikit berantakan. "Udah cantik pacar Zean. Ayo sekarang masuk, pasti Mama seneng bisa ketemu kamu," kata Zean. Zean memimpin jalan dengan menggandeng tangan Shani. Jika biasanya dia akan langsung masuk ke dalam rumah, namun kali ini Zean dengan sengaja Zean mengetuk pintu rumah. Dia ingin membuat kejutan untuk mamanya, bahwa sekarang dia punya pacar.

Pintu akhirnya terbuka menampilkan Mama Zean. Zean tersenyum lalu menyalimi tangan Mamanya, disusul juga oleh Shani. "Tumben, ga langsung masuk," kata Mama Zean. "Dia siapa?" Tanya Mama Zean sambil menatap Shani meminta penjelasan.

"Ma, kenalin ini Shani kakak kelas aku," kata Zean.

"Oh kakak kelas kamu."

"Iya Ma, dia kakak kelas aku sekaligus pacar aku," lanjut Zean.

"Ha?? Apa?? Pacar kamu? K-kamu punya pacar??" Mama Zean tak percaya dengan penuturan sang anak.

"I-iya Ma." Shani hanya diam memperhatikan Zean dan Mamanya, tiba-tiba saja lidahnya menjadi kelu.

Mama Zean menatap datar ke arah Zean dan Shani secara bergantian yang membuat Shani bertambah gugup dan juga takut. "Memangnya siapa yang ngizinin kamu buat pacaran, Zean?" Kata Mama Zean dengan datar.

Shani meremas tangan Zean yang masih saling bertaut. Matanya sudah terlihat berkaca-kaca mendengar perkataan Mama Zean. Apa ini artinya Shani tak akan mendapat restu untuk berpacaran dengan Zean?



















Hayoyoo, ada apa lagi nihhh.

Daerah kalian udah pada ujan kah? Tadi ditempat gua akhirnya ujan deres, walaupun cuma sebentar sih.

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang