15

3.2K 285 23
                                    

_HTK_

Hari sudah maghrib. Dan keadaan kali ini masih hujan, walau pun sudah tak sederas tadi. Jika menunggu hujan reda, pasti malah semakin larut mereka pulang, hingga pada akhirnya mereka semua memutuskan untuk nekat pulang dengan hujan-hujanan.

Zean ketiga temannya termasuk pulang yang paling akhir diantara anak-anak yang lainnya. Sebab Rollan tadi tiba-tiba kebelet ingin membuang emas, hingga membuat Zean, Aldon, dan Christof mau tak mau menemani. Tak mungkin ditinggal sendiriankan? Apalagi maghrib-maghrib gini, takut ada sosok INVISIBLE yang mengganggu.

Sepanjang jalan menuju parkiran, Zean terus saja digoda oleh para temannya karena tadi fotbar bersama kakak kelasnya itu. "Ciee, kiw-kiw, yang abis fotbar sama kakel," goda Aldon.

"Kiw-kiw cukurukuk," ucap Rollan.

"Kugeruuu, empuk jeruu," lanjut Christof. Kemudian mereka berdua tertawa dan bertos tangan.

"Gila kalian semua," desis Zean.

"Eleh, salting itu mah. Kayaknya Kak Shani suka tuh, sama elo. Sikat aja Zee, sebelum diambil orang lain," kata Rollan.

"Iya betul Zee. Spek bidadari gitu jangan disia-siain. Ntar lu nyesel," lanjut Christof.

"Tau tuh. Jangan sampe ntar Kak Shani, gua yang embat," kata Aldon.

"Emangnya Kak Shani mau sama lo?" Tanya Zean.

"Ya, jangan langsung disadarin gitu dong Zee," kata Aldon, karena dia juga tau kalau pasti Shani tak mau dengan dirinya. "Lagian lo kalau ngehalu juga jangan kejauhan Don," timpal Rollan. Lalu disusul tawa dari mereka.

"Sialan lu pada," desis Aldon.

Sesampainya di parkiran depan sekolah, mereka langsung mengambil motornya masing-masing. Tinggal motor mereka bertiga yang tersisa di sana. Mereka sudah bersiap untuk pergi, tapi lagi-lagi terhenti saat Rollan melihat seseorang yang sendirian duduk di halte bis. Untung saja halte bisnya ada bagian atas yang menutupi sehingga tidak terkena air hujan yang masih turun. "Weh, itu Kak Shani ga sih?" Tanya Rollan sambil menunjuk ke arah halte bis.

"Ih iya! Ngapain masih di sana malem-malem gini. Kenapa ga pulang aja?" Sahut Christof.

"Siapa tau masih nunggu jemputan," kata Zean.

"Kasihan pasti jemputannya lama. Nah, kalau gitu lo pasti tau apa yang harus lo lakuin sekarang kan Zee?" Kata Aldon.

"Apa?" Tanya Zean yang tidak tau apa yang dimaksud Aldon.

"Dasar ga peka amat lo! Samperin lah. Anterin pulang. ya kali ditinggal sendirian gitu, kasihan," jelas Aldon.

"Kenapa harus gua?" Bingung Zean.

"Pakek nanya, dah lah Zee, bener kata Aldon, mending sekarang lo samperin Kak Shani, anterin dia pulang sekarang," kata Rollan.

"Yuk gaes, mending kita sekarang pulang, biarin Zean nganterin Kak Shani," ajak Rollan. Aldon dan Christof setuju. Mereka menjalankan motornya meninggalkan Zean.

"Woi! Jangan ditinggal dong," pekik Zean. Dia mau ikutan pergi, tapi merasa tak tega pada kakak angkatannya itu yang sendirian di halte bis.

Apa dia harus mengantarkan pulang saja? Tapi kalau menggunakan motor sudah pasti Shani akan ikut kehujanan, sebab Zean tak membawa jas hujan kali ini. Terus apa Shani mau jika Zean antar pulang? Dari pada Zean bingung, akhrinya dia mencoba menjalankan motornya ke arah halte bisa dimana Shani berada. Zean mematikan motornya lalu turun dan berdiri di sebelah Shani. Dia melepaskan helmnya dan mengapit diantara pinggangnya.

"Loh Zean, belum pulang?"

"Ini baru mau pulang. Kak Shani masih di sini nunggu jemputan?"

"Iya. Dari tadi ga sampe-sampe. Kayaknya kena macet," pikir Shani.

"Emm, mau pulang sama aku aja? Aku anterin," tawar Zean.

"Ntar ngrepotin Zee."

"Nggak kok, ga ngrepotin. Tapi, aku ga bawa jas hujan. Apa nunggu hujannya reda aja baru aku anterin pulang?"

"Emm, aku ga papa hujan-hujanan," kata Shani.

"Tapi nanti Kak Shani sakit. Besok kita masih ada kegiatan loh kak."

"Nggak ko, ga papa. Pulang sekarang aja, nanti kalau terlalu lama sampe rumah, takut orang rumah tambah khawatir," kata Shani.

"Yakin kak?" Tanya Zean, sebab dia tak mau jika besok kakak kelasnya ini sakit dan malah mengganggu aktivitas beaok. Bisa-bisa Zean menjadi merasa bersalah.

"Iya Dek Zean," jawab Shani dengan suara lembut nan sabar. Hal itu membuat Zean harus menahan senyum mendengarnya, dia juga harus menahan salting sekarang. Oh iya, Zean ingat jika dia membawa hoodie di dalam jok motornya. Dia segera mengeluarkan dan memberikannya untuk Shani. "Buat kakak. Dipakek, biar ga terlalu basah kena hujan nanti," kata Zean dengan perhatian.

"Kamu?" Shani merasa tak enak karena jika dia memakai hoodie ini maka Zean akan basah terkena hujan.

"Aku ga pakek ga papa. Orang udah basah juga, jadi buat kakak aja. Ayo kak, keburu nanti tambah deras." Shani akhirnya mau memakai hoodie itu dengan segera. "Tudungnya dipakek juga kak." Zean tanpa sadar langsung membetulkan tudung hoodie itu di kepala Shani. "Udah ayo kak." Sebelum naik ke atas motor. Zean mengusap jok motornya yang banyak tetesan air di atasnya. Setelah itu baru dia mempersilahkan Shani untuk duduk.

Shani menahan senyum atas perlakuan yang dilakukan adik kelasnya ini. Dia tak menyangka kali ini bisa pulang diantar oleh Zean. Dia pikir tadi akan menunggu sendirian jemputannya datang. Namun, siapa sangka kini Zean dengan suka rela menawarkan untuk mengantarkan pulang. Bisa saja Shani menolak karena dia tak ingin jatuh sakit terkena hujan. Namun, entah kenapa dia tak bisa menolah. Justru dia senang karena akhirnya bisa berboncengan motor dengan Zean. Sepanjang jalan dia tersenyum dalam diamnya.














Up di minggu siang yang panas seperti biasanya.

Kayaknya bagus gua bikin mereka pas boncengan trs kecelakaan, dan end WKWKWKWK, canda.

Ga tau mo ngomong apa lagi.

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang