03 - Salah Sasaran

13.5K 652 6
                                    

"Bagaimana?"

Di dalam ruangan yang dominan warna gelap, seorang pria bersetelan jas lengkap, menatap dingin laptop di atas meja. Bibirnya yang proposional, tampak datar tanpa adanya senyuman sedikit pun. Matanya yang tajam memicing ke arah layar dengan bola mata hijau keabu-abuan, bulu matanya lentik, rahangnya tegas dengan bulu-bulu halus yang menghiasi.

Dengan tubuh atletis yang gagah dan tegak saat duduk, pria itu mengeluarkan aura tidak mengenakan pada tangan kanan di hadapannya. "Maaf, Tuan. Kami─"

Dor!

Peluru melesat ke langit-langit ruangan, menunjukkan betapa murkanya pria itu. "Tidak becus! Mencari satu wanita saja tidak bisa!"

Ludwig menunduk, dia tahu dirinya salah, karena terus gagal menangkap satu orang perempuan saja. "Saya akan berusaha, Tuan."

Pria itu mengibaskan tangannya, membiarkan tangan kanannya itu pergi untuk kembali melanjutkan pencarian. Sedangkan pria itu, Axton. Menatap sendu sebuah figura foto di atas mejanya, meraihnya lalu mengusapnya lembut. Semua orang di benua ini, menghormatinya dan segan padanya yang di sebut sebagai penguasa.

Wajahnya yang kelewat tampan, membuat banyak wanita sosialita berbondong-bondong ingin menaiki ranjangnya. Setidaknya, meski tidak menjadi Nyonya Descartes, mereka bisa merasakan betapa perkasanya sosok Axton. Pria idaman semua wanita di benua, pria yang selalu di kelilingi wanita cantik juga seksi namun sikapnya yang dingin, selalu tidak peduli pada apa pun.

Jika Axton mau, dia tidak perlu mencari, karena semua wanita akan datang sendiri untuk menghangatkan ranjangnya yang selama ini gersang. Kekayaan yang melimpah, membuat Axton terus di gilai. Tapi dirinya, tetap mempertahankan kesendirian. Axton muak melihat semua wanita, tampak berharap bisa bersanding dengan dirinya.

"Sayang, aku akan membalaskan dendammu."

***

Berkat kehebatannya dalam melarikan diri, kini Putri Aguilera berhasil tiba di bandara internasional sebuah kota. Dia menatap semua orang dengan tatapan datarnya yang tertutupi kaca mata hitam, beruntung, Putri Aguilera sempat mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa yang tidak akan menarik perhatian banyak orang ketika melihatnya.

Kota ini menjadi pilihannya untuk melarikan diri, dia ingin membuktikan, jika tanpa status sosial sebagai keturunan kerajaan, Putri Aguilera tetap bisa hidup dengan enak. Sayangnya, dia tidak tahu betapa kerasnya dunia.

Ketika tengah menunggu taksi yang lewat, sebuah mobil mewah berwarna hitam, berhenti di dekat Putri Aguilera. Gadis itu harap-harap cemas, takut jika yang datang adalah orang suruhan Ayahnya dari kerajaan. Apalagi, ketika beberapa pria mendekatinya, tanpa kata, langsung membekap mulutnya dan membawanya paksa masuk ke dalam mobil.

Putri Aguilera pasrah, dia yakin, mereka pasti orang suruhan Ayahnya yang memerintahkan agar dirinya di bawa kembali ke kerajaan meski dengan cara di paksa. Selama di mobil, Putri Aguilera memejamkan matanya, dia sempat menahan napas karena yakin di sapu tangan itu ada obat bius. Jadi dirinya, tidak pingsan, hanya sengaja menutup mata dengan pasrah.

Orang-orang suruhan Ayahnya tidak akan berani melukai dirinya, makanya Putri Aguilera tampak tenang menutup mata. Berbeda dengan reaksi orang-orang yang membawanya, mereka bingung, baru kali ini menangkap seorang tawanan yang malah pasrah tanpa memberontak. Biasanya, para tawanan akan membuat mereka murka dengan terus memberontak lalu berakhir membuat mereka pingsan.

Tawanan yang kali ini, berbeda.

Mereka enggan berpikir jauh, salah satu dari mereka langsung menghubungi seseorang, mengatakan jika perempuan yang mereka cari telah di temukan dan berhasil di tangkap. "Bawa ke mansion, masukan ke gudang eksekusi."

Mereka langsung menjalankan tugas, kembali menggendong Putri Aguilera seperti karung beras lalu melemparnya ke dalam sel eksekusi. Ketika tubuhnya menghantam lantai lembab dengan keras, Putri Aguilera memekik tertahan. Dia tidak menyangka, jika orang suruhan Ayahnya bisa bersikap sekasar itu pada dirinya.

Putri Aguilera pun membuka kelopak matanya, mengerutkan kening, menatap sekitar yang begitu pengap dan remang. "Ini di mana? Ayah? Ibu? Kalian di mana?"

Ada apa ini?! Kenapa Ayahnya bisa tega mengurung Putri Aguilera di sebuah tempat yang sangat tidak nyaman? Sekesal apa pun Raja Antonius, beliau tidak akan pernah mengurung Putri Aguilera seperti ini. Mentok-mentok, hanya di kurung di paviliun timur, itu pun hanya di kurung untuk merenung apa yang dia perbuat itu memang salah. Tidak pernah di kurung di tempat seperti ini.

"Kalian tega sekali padaku," dengan perlahan, Putri Aguilera berdiri, gadis itu menatap sekeliling. Melangkah maju sampai keningnya menubruk sesuatu yang dingin dan Putri Aguilera baru sadar, jika yang dia tabrak adalah sel besi. "Penjara?" Lirihnya dengan tatapan bingung.

Apakah Raja Antonius tega memenjarakannya hanya karena dia menyinggung Putri Ameera? Jika iya, kebencian Putri Aguilera pada Putri Ameera akan semakin besar. Gadis itu mengepalkan tangannya dengan erat, kilat amarah dan dendam berkobar di sorot matanya. "Sialan!" Umpatnya dengan kasar.

Sangat tidak menunjukkan sosok Putri Ameera yang lemah lembut dan bertutur kata manis, Putri Aguilera sungguh membenci fakta saat semua orang, selalu memuji Putri Ameera yang penurut. Meski tidak pernah menyinggung dirinya, tapi Putri Aguilera cukup sadar diri. Mereka, diam-diam membicarakan tentang dirinya yang pembangkang dan bar-bar.

"Aku akan membuat hidupmu seperti di neraka, Ameera."

Bibirnya menyeringai, begitu kejam dengan penuh makna tersirat. Putri Ameera terus menarik perhatian orang tuanya dan Kakaknya, maka Putri Aguilera akan membuatnya merasakan dan melihat, bagaimana neraka ada di dunia. Tanpa tahu, jika neraka yang sebenarnya, akan Putri Aguilera rasakan sendiri.

***

Tawanan Iblis KejamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang